Keluar dari Ruang Semadi

Salatiga, 12 Agusus 2008

 

 

Begawan Seta mempunyai tempat pertapaan indah. Dian selesai membangun tempat bersamadi di tengah-tengah pertapaan tahun 4010. Ruang samadi berbentuk buluat seperti bola. Lantai ruangan dipasang marmer putih. pintu masuk setinggi 4 meter di sebelah utara. Seluruh ruangan hanya terisi salib. Di tengah-tengah pertapaan. Seluruh ruangan semadi terbuat dari kaca.

 

Jadwal samadi Begawan Seta yakni pukul 04-06 wib, pukul 12.00-13.00 wib, pukul 15.00 – 16.00 wib dan pukul 20.00 – 21.00 wib. Tanggal 23 Januari 4017 pukul 15.00 wib dia memasuki ruangan. Dia terkejut melihat burung gereja dan segerombolan semut berjajar di tengah di dalam ruangan. Beberapa kotoran burung berada di ujung ruangan. Dia duduk bersimpuh di lantai. Kepalanya tertunduk ke bumi.

 

Melihat sang Begawan memasuki ruang meditasi, burung gereja tersebut grogi. Demikian juga semut-semut kecil itu. Mereka berjuang keluar dari ruang semadi. “Hai semut terbanglah kemari! Di sinilah pintu keluar.”

 

“Oke, yes. Aku menuju ke tempatmu.”

 

Burung gereja melihat dunia luar dari dunia dalam melalui kaca tembus pandang. Dia tidak menyangka bahwa itu kaca. “Brak! Aduh, aku sakit.”

 

“Aku sudah mencoba jalanmu, tetapi aku menemukan penghalang. Kepala membentuk ke kaca. Kita ikuti saja ujung kaca ini, hai greja!”

 

Burung gereja itu berputar-putar mengelilingi ruang meditasi. Sekali waktu dia berhenti sejenak menarik nafas. Setelah dia berhasil menghimpun tenaga, dia terbang mencari jalan keluar. “Hai semut, aku yakin bahwa inilah jalan keluar. Aku melihat dunia luar dengan jelas dari dalam ruang ini. Marilah mengikuti aku.” Burung gereja itu terbang meluncur menuju keluar, tetapi dia menabrak kaca lagi. “Aduh sakit. Aku terjatuh. Bagaimana ini?”

 

“Aku tidak mau mengikuti jalanmu. Kepalaku sudah “benjot” terbentuk ruang kaca. Setiap aku menemui jalan mentok, aku mencoba jalan lain dengan mengikuti pojok ruang kaca ini. Hai gereja, lebih baik kamu mengikuti jalanku saja. Siapa tahu jalan yang kutempuh ini adalah jalan keluar.” Segerombolan semut merah tersebut berbaris berbondong-bondong di pojok ruang kaca. Mereka berjalan kearah pintu masuk.

 

Sementara burung gereja dan segerombolan semut itu berjuang mencari jalan keluar, dia terpekur dalam doa.

 

“Kamu berada di bawah, sedangkan aku berada di atas. Kamu tidak bisa terbang bebas, sedangkan kamu tidak bisa terbang bebas. Karena aku lebih tinggi darimu, maka aku lebih bisa melihat di luar yang tidak bisa kamu lihat. Kita harus berjuang menembus dinding ini. Kita harus meruntuhkan dinding ini.”

 

“Tubuhmu lebih besar daripada tubuhku. Tubuhku sangat kecil sekali. Aku mencoba dulu jalanku ini dengan mengikuti setiap alur – lekuk bangunan ini. Silahkan saja kalau kamu mampu menghancurkan dinding kaca ini.” Ujar semut kepada burung gereja.

 

Burung gereja itu berputar-putar ke seluruh ruangan, dan mencoba menembus dinding kaca meditasi. Berulangkali dia mencoba meremukkan ruang kaca semadi itu. Semakin dia kuat menabrak, sekujur tubuhnya semakin remuk. Seluruh tenaga dicurahkan menabrak di tempat yang sama, tetapi dia belum juga bisa bebas. Dia justru pingsan kecapaian.

 

Sementara semut merah kecil mampu menemukan pintu keluar dengan mengikuti alur. Setelah selesai semadi Begawan Seta beranjak mengambil burung gereja yang pingsan itu. dia berujar, semut lebih luwes – fleksible daripada burung gereja di dalam MENCARI jalan keluar. siapapun yang kaku akan mati, sedangkan orang fleksible akan jaya.” Di keluar ruangan dan  meletakkan di rumput hijau agar dia bisa menarik udara segar. 5 menit kemudian burung tersebut sadar dan terbang bebas.

 

 

(Pastor Titus Budiyanto, Wisma Betlehem Jl Cemara 41 a Salatiga Jawatengah)

 

 

 

 

Read 0 comments

  1. waktu SMP-SMA aq ikut legio maria di gereja. Sekali waktu ada rekoleksi. Seneng2…tp pas renungan berasa bgt…daleeeeemmm….
    Kata romo pembimbingnya gini…kalo ga salah Rm. Tri, MSF (triatmoko…kalo ga salah.. :P), kita jadi orang muda, Legioner, harusnya pake ilmu per..pegas…
    Knp? Krn per ato pegas semakin ditekan kuat maka ia akan melesat semakin tinggi…
    Jadi jgn jadikan hambatan ato halangan alasan utk tdk dapat melakukan sesuatu tp seharusnya membuat kita semakin kreatif.
    Krn kita dikasih talenta masing2 utk itulah kita perlu bekerja sama. Siapa pun dia…apapun pekerjaannya…jgn pernah meremehkan orang, krn Tuhan menciptakannya pasti berguna utk sesama.

    hmmm….hare geneeeee….ilmu pegas ini memang berguna…
    ditengah himpitan hidup yg kian keras…kita harus lbh tinggi melesat…krn kita punya Yesus..harusnya gitu bukan?? AMIEN.

  2. waktu SMP-SMA aq ikut legio maria di gereja. Sekali waktu ada rekoleksi. Seneng2…tp pas renungan berasa bgt…daleeeeemmm….
    Kata romo pembimbingnya gini…kalo ga salah Rm. Tri, MSF (triatmoko…kalo ga salah.. :P), kita jadi orang muda, Legioner, harusnya pake ilmu per..pegas…
    Knp? Krn per ato pegas semakin ditekan kuat maka ia akan melesat semakin tinggi…
    Jadi jgn jadikan hambatan ato halangan alasan utk tdk dapat melakukan sesuatu tp seharusnya membuat kita semakin kreatif.
    Krn kita dikasih talenta masing2 utk itulah kita perlu bekerja sama. Siapa pun dia…apapun pekerjaannya…jgn pernah meremehkan orang, krn Tuhan menciptakannya pasti berguna utk sesama.

    hmmm….hare geneeeee….ilmu pegas ini memang berguna…
    ditengah himpitan hidup yg kian keras…kita harus lbh tinggi melesat…krn kita punya Yesus..harusnya gitu bukan?? AMIEN.

Tinggalkan Balasan ke titusbudi Batalkan balasan