Ruang Kaum Muda

 

Wahyu dilahirkan dari pasangan FX Saryono dengan Bernadeth Siti Rahayu Ningsih di Metro Lampung Tengah 15 Juni 1973. Anak pertama dari empat bersaudara ini menjalani pendidikan di TK, SD, SMP  Xaverius Tanjung Karang dan SMU di Pangudi Luhur St Yosef Surakarta. Lulus D3 Politeknik Mekanik Swis (PMS) – ITB Bandung (turunan dari ADMI Solo) tahun 1996.

 

Tahun 1994 PMS mengutus 11 orang dari berbagai suku dan agama untuk membangun POLMAN selama 11 bulan (kerjasama ITB dengan PT Timah) di Sungailiat Bangka. Kesebelas pembangun POLMAN tinggal di Mess Topas yang sederhana di Pemali Bangka, yang diurus oleh mas Alek Janurombang. Mereka bekerja sebagai team sesuai dengan kapasitasnya / bidangnya masing-masing seperti perawatan, logistic, pergudangan dan lain-lain. Tugas team juga menyusun program pendidikan, jadwal perkuliahan, keuangan, menyiapkan lay out bengkel, alat bantu pengajaran dari material kayu dan besi dan running, perkuliahan biasa dan lain-lain. Kesebelas team sekarang sudah berpencar di Batam, Bali, Surabaya, Bandung, Singapura. 2 dari kebelas orang di antaranya masih setia mengelola pendidikan di POLMAN, termasuk mas Wahyu. Waktu itu kami mau menunjukkan prestari, bukan sekedar mencari uang. Prinsip yang sama, misi yang sama, visi yang sama membuat ikatan emosi kami sangat kuat, sehingga sekalipun kami sudah berpisah masih tetap bekerjasama.

 

 

Setamat dari PMS tahun 1996 Mas Wahyu memenuhi panggilan PT Timah untuk mengajar di POLMAN. Baru setahun mengajar di 1997 PT timah mengirim ke IMH Institute Machina Hereminta di Elgoibar Busqe Spanyol Utara. Di sana dia training tentang teknologi laut. Pulang dari training dia mendapat kepercayaan untuk membuat alat bantu berupa wash ray di Pusat Peleburan Timah. Tahun 1998 mas Wahyu mendapat beasiswa dari PT Timah untuk melanjutkan kuliah di UNSRI jurusan Teknik Mesin. Setelah menggondol S1 dia mendapat tugas membuat proposal untuk pengembangan diri seperti sekolah, program, pembelian alat, dan lain-lain selama selama 6 tahun kepada DIKTI (dirjen pendidikan tinggi) dalam program TPSDP. Dari Project TPSDP mas Wahyu bisa menamatkan S2 Hogeschol van Utrecht (HVU), program Master Maintenance Management selama dua tahun, 14 Maret 2004.

 

Saya pernah belajar di Spanyol dan Belanda. Kondisi Gereja di Utrecht hampir sama dengan kondisi di St Maria Pengantara Segala Rahmat Sungailiat: keterlibatan orang tua lebih banyak dan rajin daripada mudika. Sedikit lebih berbeda yakni di gereja Sungailiat masih mengenal NAPAS (Natal dan Paskah), sedangkan di Utrecht tidak mengenal NAPAS. Bagaimana langkah untuk menyikapi kondisi tersebut? Mas Wahyu melukiskan sepak terjangnya di tahun 1998 sebagai pijakan untuk menyikapi situasi kaum muda di tahun 2008.

 

Saya menangkap ada masalah kaum muda dengan hirarki, masalah kehidupan kaum muda itu sendiri, dan pengangguran. Saya bersama Kristiawan, Yohanan, Pianos, aleks Janurombang, Piter Janurombang dan lain-lain mempunyai prinsip “luruskan jalan teman menuju jalan Tuhan” dan komitmen untuk berkumpul dari kelompok kecil. Minuman dan makanan dibawa dari rumah kami masing-masing. Berawal dari kelompok kecil tersebut tumbuh gagasan-gagasan baru untuk membuka warung kopi dan jual roti bakar, membuka PEKAT di gang Maras Sungailiat (percetakan kaum muda katolik) dengan modal kolektif sesama mudika. Sekarang semua anggota sudah bisa mandiri. Hubungan emosional antar kami masih terjali dengan sangat baik sehingga kerjasama kami masih berlanjut di bidang lain seperti team work sebelas pembangun POLMAN. Pola seperti ini masih relevan untuk kaum muda jaman sekarang.

 

Saya mencermati bahwa perhatian orang tua kurang terhadap kaum muda sangat kurang daripada Huria Kristen Batak, godaan Narkoba dari lingkungan sangat besar, berkurangnya rasa Nasionalisme, rasa ego kaum muda cukup tinggi, sudah mengenal globalisasi, memakai peralatan-peralatan canggih seperti internet, Hand Phone, Web Site, dan lain-lain. Mungkin pola pendidikan di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, Sekolah Atas cenderung mencari prestasi. Guru lebih cenderung mengajar daripada mendidik siswa. Idealnya selain guru mengajar, ia mendidik siswa agar mereka mengerti tentang budaya, etika, moral, agama, dll. Siswa tidak hanya cerdas di bidang intelektual, tetapi cerdas secara emosional, kerohanian mantap, dan tubuh sehat. Berolah raga penting, belajar penting, pengolahan emosi penting, dan berdoa juga sangat penting.

 

Paroki Maria Pengantara Segala Rahmat Sungailiat, dan seluruh paroki ada wadah seperti misdinar, sekolah minggu, karismatik, dan mudika. Wadah tersebut bisa menjadi sarana untuk mengembangkan diri. Terbersit harapan Wayu untuk orang tua, “Orang tua tidak perlu menahan kreatifitas kaum muda karena menahan membuat kita lelah. Orang tua hendaknya memberi ruang kepada kaum muda  agar kaum muda bisa mengekspresikan dirinya.” Di ujung percakapan mas Wahyu yang menikah tahun 2005 dengan Maria Ekaristin di Bekasi berpesan kepada kaum muda “Jadilah dirimu sendiri dan bukan seperti orang lain.” (Titus budiyanto, wisma keuskupan Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pangkalpinang 33147)

 

Asap Rokok Obat Mujarab

Wisma keuskupan , 2 Agustus 2008

 

Iman sakit. Perut terasa mual. Kepala pusing. Sekujur tubuh panas. Setiap kali dia makan, makanan itu keluar lagi (muntah). Istri membawanya ke rumah sakit Mitra Keluarga Surabaya. Iman divonis terkena virus. Vonis ini mencengangkan pihak keluarga. Yang namanya Virus bisa menular dan membahayakan nyawanya.

 

Perihatin melihat kondisi Iman, saudari Veve menyarankan berobat ke Singapura. Dia mengantar adiknya berobat di sana. Dia berangkat dari Jakarta 14.00 wib menuju ke Singapura. Veve dan Iman tiba di bandara Singapura jam 15.wib.  Mereka langsung menuju ke sakit Elisabeth Singapura. Dokter Lee menyarankan agar Iman menjalani USG. Hasil USG Elisabeth menunjukkan bahwa seluruh organ tubuh Iman sehat.

 

Menurut Veve dokter Lee menasehati Iman agar tidak merokok. ” Kamu harus berhenti merokok. Rokok bisa merusak tubuhmu. Kerusakan tubuh bisa mengakibatkan kematian. Anak-anak masih kecil-kecil. Mereka masih membutuhkanmu.”

 

Veve dan Iman dari rumah sakit pulang ke apartemen. Di depan pintu apartemen mereka berjumpa dengan bapak Naomi. Bapak itu bertanya kepada Imam, “Kalian datang ke singapura untuk apa?”

 

“Berobat. Saya sakit karena merokok.” Jawab Iman kepada bapak Naomi.

 

“Ini saya merokok. Umur saya sudah 78 tahun. Saya merokok tidak apa-apa.” Bapak Naomi menegaskan bahwa rokok bukan penyebab rasa sakit.

 

Asap rokok bapak Naomi terhisap oleh Iman ketika mereka bercakap-cakap. Percakapan terhenti setelah mereka menemukan kunci di tas Veve. Di dalam kamar Iman minta dibelikan makan. Veve segera membelikan makan. Dia bisa makan banyak setelah menghirup asap rokok Naomi.

 

Sehari kemudian Iman bertemu dengan dokter. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa Iman sehat. “Bagaimana mungkin bisa sembuh dalam tempo 13 jam?” dokter Lee heran melihat Iman sehat. Padahal sehari sebelumnya Iman sekarat.

 

Apakah orang bisa menyembuhkan melalui asap rokok? Bukankah secara medis asap rokok bisa mengganggu kesehatan? Kasus ini sangat menarik untuk dicermati.

Sang Istri melarang Iman merokok. Rokok bisa membahayakan kesehatan, bahkan nyawa. Larangan isteri terhadap iman disampaikan berulangkali di rumah dengan intensitas emosi yang tinggi. Maka iman mempunyai keyakinan bahwa rokok menyebabkan sakit. Pikiran bahwa dia sakit karena rokok adalah penyebab Iman sakit. Ketika keyakinan Iman dirontokkan oleh Bapak Naomi dengan bukti otentik, keyakinan itu runtuh. Ketika keyakinan itu runtuh, iman mengalami kesembuhan. (Pastor Titus Budiyanto, Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pangkalpinang 33147)

 

Hati Terkulai

 

 

Pengantar

Tugas utama aku setiap hari di keuskupan pangkalpinang adalah membantu Rm. Hendrawinata dan Rm. Stefanus Tomeng untuk mengelola Tabloit majalah BERKAT. Selain itu sebagai seorang imam banyak tugas sampingan seperti mencarikan sumber mata air, mendampingi orang dalam sakrat maut, pelayanan doa, membantu menerapi banyak masalah psikis seperti phobia, trauma, luka batin, mencari sumber mata air, dan lain sebagainya. Berulangkali saya mendampingi keluarga yang sedang dalam kondisi koma lama dari berbagai kota di Indonesia. Pendampingan tersebut terasa biasa (bukan hal luar biasa). Menjadi luarbiasa ketika saya berada di posisi itu. Maka sharing dan refleksi atas pendampingan orang tua , yang koma menjadi topic dalam tulisan ini. Semoga berguna untuk para pembaca.

 

Pendampingan di rumah : Sakramen Perminyakan ke Medis

 

2 Juli 2008 ibu Maria Mulyani menelponku ketika aku sedang menerima klien. “Bud, kedua mata bapak melotot ke atas. Dia berkata bahwa dia melihat bunda maria. Sekarang tubuh kurusnya terbujur kaku di atas tempat tidur. Kami harus bagaimana?”

 

Sekalipun aku sudah menjadi seorang imam, ibu tetap memanggil nama kecil pemberiannya. Di matanya aku tetap seorang anak walaupun aku sudah menjadi imam sejak 23 September 2002. “Bisakah saya berbicara kepada beliau? Tempelkanlah hand phone ditempelkan di telinga bapak!”

 

“bisa. Tunggu sebentar. … nah silahkan kamu berbicara dengan bapakmu.”  Di hadapan bapak aku pun diposisikan oleh ibuku sebagai seorang anak. Kapanpun dan dimanapun mereka adalah orang tuaku, dan aku adalah anak mereka. Aku tidak bisa membalik kenyataan hidup bahwa aku adalah orang tua mereka.

 

“Bapak … bapak, ini budi. Ini adalah anakmu. Ada apa?” Aku mengetahui posisiku di hadapannya, maka aku menyapanya bapak.

 

“Aku melihat bunda maria di atas tempat tidurku di Kuningan Blok I N0. 26 Yogyakarta 55281. Dia dikelilingi dengan cahaya indah. Menakjubkan sekali. Dia mengajakku untuk pergi bersamanya.” Begitulah cerita bapak Yosef Dasiyanto kepadaku melalui telepon.

 

“Bersukurlah bapak bisa memandang wajah bunda Maria. Sekarang marilah kita berdoa rosario bersama-sama.” Sekalipun aku anak, aku juga imam. Seorang anak yang adalah imam mengajak bapak untuk berdoa ketika dia menghadapi pengalaman personal bertemu dengan Bunda Maria.

 

“Iya … “  Bapakku mendaraskan doa salam maria berulangkali. Delapan kali salam maria saya mendengar dia muntah-muntah. Saya menutup telepon. Saya segera menelpon ke hand phone Indri anak nomer 4 yang sedang berlibur ke jogjakarta. Saya memintanya agar membawan bapak segera berobat ke Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Sementara menunggu dokter Edy, ahli penyakit dalam praktek saya meminta pastor di paroki Pringwulung melalui ketua lingkungan Kuningan Karangmalang untuk memberikan sakramen perminyakan.

 

Saran utama sebagai seorang imam adalah mengajak berdoa bapak kita yang sedang sakit. Langkah kedua adalah menghubungi pastor di paroki untuk memberi sakramen perminyakan (bukan identik dengan sakramen kematian). Langkah ketiga adalah membawanya segera ke dokter, agar ada tindakan medis oleh dokter ahli. Doa sangat penting. Berobat ke dokter juga tidak kalah pentingnya.

 

Pendampingan di Rumah Sakit : Sekarat ke Ajal

Pukul 03.00 wib Indri, kakakku yang keempat meneleponku dari rumah sakit panti rapih. “Bapak sudah 20 x kejang. Menurut dokter, dia koma. Kemungkinan untuk bertahan hidup tipis. Pastor segera pulang ke jogya! Semua saudara/saudari kita segera dihubungi agar pulang ke jogja!”

 

Aku menceritakan kondisi bapakku kepada rekan komunitasku Rm Hendrawinata. Beliau adalah kepala rumah tangga keuskupan, Vikjen, dan delagatus KOMSOS, tempatku berkarya. “Ayahku sekarang sedang koma di rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta.” Berita tersebut juga saya sampaikan kepada Mgr Hilarius Moa Nurak SVD dan rekan imam di wisma keuskupan Pangkalpinang. Mereka menyarankan aku untuk segera pulang ke jogjakarta. Kata Mgr Hilarius,”pulanglah. Siapa tahu kehadiranmu bisa meneguhkan ayahmu.”

 

Berkat bantuan seorang pengusaha muda di pangkalpinang aku bisa terbang dengan pesawat Sri Wijaya Bangka ke Jakarta dan berkat bantuan pengusaha di Jakarta aku terbang dengan pesawat garuda Jakarta ke Yogyakarta. Pukul 15.15 wib saya tiba di Kuningan Blok I N0. 26 Yogyakarta. Saya mencari ibu kandungku di rumah. Saya memeluknya,”Ibuku.”

 

Sambil meneteskan air mata ibu Maria Mulyani berujar,”Bapakkmu masih koma. Sekarang prima di rumah sakit menjaga bapak. Ringankanlah salibku, ya Tuhan.”

 

“Tabahkan hati ibu. Bapak pasti selamat.” Aku meneguhkan ibu, anak-anak, dan cucu-cucu bapak Yosef Dasiyanto, karena mereka mengurus setiap hari bapak Yosef Dasiyanto. Mereka yang menjaga bapak di rumah sakit secara bergilir. Segera aku berangkat ke rumah sakit setelah menguatkan ibu, kakak, dan keponakanku.

 

Aku terpaku memandang bapakku terbaring di ruang Elisabeth Pantirapih Yogyakarta. Kedua mata masih melotot ke langit-langit. Jarum infus tertancap di sebelah kiri tangan. Selang oksigin berada di depan kedua lobang hidungnya. Selang putih menjulur ke lambung. Mulut dipelester putih. “Bapakku, ini adalah budi. Ini budi, bapak.”

 

Kedua matanya meneteskan air mata ketika dia mendengar suara anaknya. Dia menangis sesenggukan. Dia mengerti kehadiranku dan ajakanku untuk berdoa. “Apakah bapak masih melihat bunda Maria?”

 

Dia menganggukkan kepala.

 

“Bagus sekali. Berdoalah selalu kepada Bunda Maria. Dia akan menemani kita dalam suka dan duka. Para malaikat akan menjaga bapak siang dan malam. Kehadiran Bunda Maria dan para malaikat membuat seluruh tubuh bapak rileks, pikiran tenang, dan hati bahagia. Pejamkan mata bapak. Tidur nyenyaklah selama 2 hari 2 malam. Allah menjagamu siang dan malam.”

 

Setelah kedua kelopak mata bapakku terpejam aku meninggalkan kamar tidur bapak. Di pojok pintu masuk aku menangis. Rasa pedih menyayat hati, tak tertahankan. “Dia rajin sekali berdoa, mengapa menderita seperti itu, Tuhan? Sejak SD dia sudah ditinggalkan oleh bapaknya, dia menderita. Apakah di akhir hidupnya juga menderita?”

 

Sekalipun aku adalah seorang imam, aku masih bisa menangis. Aku sangat rapuh menghadapi penderitaan hidup orang yang kucintai di depanku. Ketika aku mengalami goncangan, SMS singkat dari rekan imam atau umat sangat meneguhkan. SMS pastor Hendra, “Salam dan doaku.” Atau SMS beberapa umat, “tabahkan hatimu. Tuhan memberikan yang terbaik untuk ayahmu.”

 

Aku selalu meminta kepada para penjaga agar mereka mengajak bapak berdoa. Berdoa salam maria atau bapa kami. Beberapa hari aku menjaga bapak yang kucintai, beberapa hari juga aku menangis di rumah sakit ataupun di rumah Kuningan Blok I N0 26 Yogyakarta. Dalam tangisku aku berulangkali aku berdoa kepada Tuhan,”Tuhan sudilah Engkau memanggil orang tuaku. Dia sudah sangat menderita. Kasihan dia.”

 

Aku mencoba meminta kepada Tuhan sang pengendali hidup. Seolah permohonanku sia-sia. Jeritan doaku siang malam tidak membuat bapakku sadar dari komanya. Bapakku tetap sekarat. Menyadari bahwa doaku tidak berdampak, maka dalam doa aku mengubah isi doa. “Kehendak-Mu apa yang Engkau mau sampaikan melalui koma nya bapakku, Tuhan?”

 

Dalam tiga hari saya bergumul dengan pertanyaan itu. Karena seolah-olah doaku tidak mendapat jawaban, maka saya memanggil ke tujuh saudara saya untuk pulang ke Jogjakarta. Saya memutuskan untuk mencabut semua infus, selang ke lambung, dan beberapa selang lain. Saya mau membawa bapakku pulang ke rumah. Di tengah pergumulan membiarkan bapak sekarat di rumah sakit atau dibawa pulang, saya mendengar suara sangat jelas menggema, “Belum waktunya.”

 

Suara hati menegur saya. Biarpun seluruh keluarga sudah berkumpul, saya membatalkan niat untuk mencabut selang-selang maut di tubuh bapak. Saya memegang pesan dokter Edy, yang menangani bapak. “Sejauh pihak keluarga masih mempercayakan kepada rumah sakit, maka kami tetap mengambil tindakan medis. Kami tidak mampu menyentuh di luar wilayah kami, kematian. Romo lebih mengetahui perihal ini.”

 

Pastor Benny Somi Balun pr, sekjen keuskupan Pangkalpinang 11 Juli 2008 menegaskan ,”Coba konsultasikan kepada dokter saja.” Ketika saya menanyakan rencana pencabutan selang tersebut berdosakah? Demikian juga bapak Adrian Prabowo, anak pertama dari Yosef Dasiyanto menyampaikan rasa optimisnya, “kita beri dia kesempatan untuk hidup. Biarlah dokter berusaha menyembuhkan dia. Kondisi sekarang sudah membaik. Kata dokter Iwan, saudara kita, bapak terkena saraf motoriknya sehingga menyebabkan dia lumpuh. Kita nanti bisa melatihnya.”

 

Pukul 08.45 wib, 13 Juli 2008 dalam Ekaristi di kampung Jeruk Pangkalpinang saya menyampaikan doa permohonan untuk bapak Yosef Dasiyanto. “Tuhan, sudilah Engkau berbelas kasih kepada bapak Yosef Dasiyanto dan keluarganya.” Saya tidak berani lagi meminta sedikit memaksa kepada Tuhan agar bapak Dasiyanto segera dipanggil dengan alasan rasional. Saya hanya minta belas kasih kepada Tuhan. Hidup atau mati berada dalam kendali Tuhan.

 

13 Juli 2008 pukul 12.40 wib aku mendapat telepon dari ibuku, Maria Mulyani, “Bud, bapak meninggal. Aku telepon ke rumah tetapi tidak diangkat.”

 

“Ibu tenang. Mintalah tolong kepada suster di panti rapih agar mereka mengurus bapak. Pesanlah peti di rumah sakit.”

 

 

Pendampingan Post Kematian : Sabda Allah Menerangi Kegelapan Hati

 

Ucapan duka datang dari rekan-rekan imam keuskupan Pangkalpinang. Beberapa rekan imam di gereja seperti di paroki St Yusuf Tj Balai, paroki St Yusuf Katedral, paroki St Bernadeth, Gereja St Yosef, dan di beberapa komunitas seperti pastoran Mesu laut Pangkalpinang, komunitas keuskupan Pangkalpinang mendoakan arwah bapak Yosef Dasiyanto. Intensi misa untuk arwah ayahku merupakan bentuk cinta dari rekan-rekan imam yang mencintaiku. “Aku mencintai mereka, dan mereka mecintaiku.” Cinta tulus dari rekan imam sungguh menguatkan hati yang pedih.

 

Ribuan ucapan duka dan doa dari berbagai kota di Indonesia  melalui SMS, internet, tabloid BERKAT, telepon menarik pikiranku yang sempat melayang – menerawang jauh (blank). Kehadiran tokoh-tokoh masyarakat seperti lurah, kepala desa, kapolsek, para tetangga, kenalan sangat meneguhkan hati kendor. Senyum ramah para tamu mencairkan hati beku. Kekompakan ibu-ibu katolik mengingatkan bahwa kita bersama. Kerja suka rela ibu-ibu yang beragama muslim menggugah inspirasi bahwa kemanusiaan mampu menyentuh relung hati manusia tanpa melihat agama.

 

14 Juli 2008 pukul 08.14 wib, semua keluarga berkumpul di ruang tamu. Mereka menangis melihat tubuh ayah terbujur kaku di peti di ruang tamu. Setelah mereka selesai berdoa sambil menangis di samping peti jenasah bapak, saya mengajaknya berdoa. Saya membaca kitab Ayub untuk menguatkan keluarga, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali kedalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayub 1:20-21). Tidak ada kotbah di tengah-tengah tangisan, tetapi ikut merasakan tangisan mereka.

 

Misa requiem 13 Juli 2008 dipersembahkan oleh tiga imam yakni pastor Titus Budiyanto, pastor Laurensius Dihe Sanga Pr, dan pastor Suratno. Pastor. Kotbah pastor Suratmo sangat memikat hati,”Satu sisi kehilangan orang yang dicintai secara manusiawi membuat orang sedih, tetapi di sisi lain sebagai orang beriman kematian merupakan awal kesempurnaan hidup. Kematian bukan akhir dari segalanya, tetapi justru awal hidup baru, yakni bersatu sempurna dengan Allah.”

 

Misa Requiem hari ketujuh 18 Juli 2008 dipimpin oleh pastor Titus Budiyanto dan pastor Laurensius Dihe Sanga. Kotbah pastor Laurens Dihe Sanga menyinggung tentang penderitaan.

 

”Yesus mengalami penderitaan, yakni di tanam Getsemani Ia berdoa, “Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39). Tetapi yang terjadi Yesus tetap meminum cawan itu. Yesus dijatuhi hukuman mati, Yesus memanggul salib dan Dia mati di atas kayu salib. Kematian merupakan awal memasuki kemuliaan, yakni kebangkitan. Apakah kita berani mengikuti Yesus dengan setia kendati hidup Yesus diwarnai dengan penderitaan? Bapak Yosef Dasiyanto mengimani Yesus, maka ia mengalami penderitaan, kematian dan kebangkitan.”

 

Penutup

Pasangan hidup seorang imam adalah imam itu sendiri. Pesan singkat atau telepon dua patah kata saja sangat menghibur hati yang sedih. Intensi misa dari para imam juga sangat luar biasa dampaknya untuk orang yang sedang sedih ditinggalkan ayah. Demikian juga kehadiran rekan imam ketika misa penguburan sangat mengangkat hati yang terkulai.

 

Sabda Allah dalam misa arwah dan kotbah dari dua rekan imam di misa arwah menghantar saya untuk memahami lebih jauh tentang tentang kematian. Bapakku mengambil bagian dari penderitaan Yesus. Berkat kemurahan Tuhan, saya yakin dia dibangkitkan olehNya. Kematian bapak Yosef Dasiyanto merupakan puncak kesempurnaan hidup manusia: Allah asal dan tujuan hidup manusia. Bapak Dasi sudah bersatu dengan Tuhan, sang asal hidupnya.

 

Pengalaman pendampingan keluarga dan si sakit menghantarku pada pencerahan bahwa kematian merupakan misteri yang tak mampu kujangkau dengan akal sehatku. Manusia manapun tak mampu memaksa Tuhan untuk mematikan dan menghidupkan. Tuhan adalah pengendali hidup, bukan manusia pengendali hidup. Semakin kita mau mengambil alih wewenang Tuhan, maka kita memasuki penderitaan hidup. Semakin kita menjalani penuh syukur atas anugerah hidup, sekalipun itu terasa sangat menderita, kita akan menemukan mutiara kehidupan. (Pastor Titus Budiyanto, wisma keuskupan Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pangkalpinang 33147)

Tenggelam di Semesta

Wisma keuskupan Pangkalpinang, 12 Juli 1008

Met sore Pastor, lagi sibuk dengan Blog nya?

He he … iya baru saja menulis. Ibu sekarang berada dimana?

Lagi dirumah, tadi seharian jalan, diajakin kakak ke Sea World Australia. Aku sudah pernah pergi semua. Jadi kurang tertarik

Dingin? Sejuk?

Huhhh dingin banget Bahagia Semalam aku melihat kebesaran Tuhan, baru pertama kali lihat Saturnus dan Yupiter dan bintang-bintang di langit, baguuuus banget. Lihat pake teleskop he he Indah sekali ciptaan Tuhan.

Menakjubkan … Bener-benar bagus……. Bintang… langit … bumi … saturnus … yupiter … besar sekali

Mudah-mudahan malam ini tidak berawan banyak jadi bisa lihat lagi. Saturnus yg besar sekali. Ada bintang yg cahaya nya persis seperti berlian Tuhan mempunyai berlian.

Kita terpana memandang keindahan ciptaan Tuhan Ciptaan Tuhan semuanya indah ya?

Mau oleh-oleh apa dari sini, nanti aku kirim ke Bangka kalo sudah pulang

Aku tidak ingin apa apa. yang kuinginkan setiap hari adalah melayani orang. inilah kebahagiaanku. Saya takjub melihat orang yang sembuh. Melalui mereka aku melihat kemuliaan Allah, melalui bintang dilangit aku melihat kemuliaan Allah.

Karya Pastor memang indah, begitulah yg dikehendaki Tuhan. Pastor suka baca buku? Apa sudah pernah baca buku dgn judul Journey of souls dan Secret yang terjemahan bahasa Indonesia.

Kedua buku yang ibu maksud sudah dibaca. Aku suka buku pengembangan diri … Di dalam diri ibarat seperti langit bintang saturnus. Semakin kita menyelami diri kita, semakin kita menemukan kebesaran Allah. Aku sekarang sedang membaca buku di alam raya.

Buku di alam raya karangan siapa?

Buku tersebut dikarang oleh Allah … Pada saat aku memandang bintang di langit aku terpana dan takjub. siapakah penciptanya ya? Ketika aku melihat langit jernih biru muda, aku terkagum kagum. siapakah penciptanya ya? Ketika aku mendengar debur ombak lirih di pantai parai, aku terpana . siapakah penciptanya.

Ya ampun kirain bener buku sampe aku mau beli…..kalo gitu di transfer aja deh hehehe He he… Ketika ibu melihat saturnus, ibu sudah belajar dari alam. Ketika ibu merasa dingin menusuk tulang, Allah membalut anda. Ketika anda bisa terbang ke antara bintang bintang, anda menjadi bebas merdeka dan bahagia. Di dunia ibu sehat, di akhirat ibu mulia bersama para kudus disurga.

Aku juga di pantai parai sempat tercengang, kok ciptaan Tuhan itu indah sekali, sampai foto banyak sekali dan juga foto dari mata ketiga.

Angin menghembus ke tubuh di tepi pantai. Sejuk …

Sebetulnya aku senang termenung-menung sendiri di tepi pantai, tapi teman-teman tidak membiarkan aku sendirian, mungkin nanti suatu saat aku akan datang lagi. Bagus nya di Parai tidak ramai Sekali waktu kita perlu bermenung menung, tetapi kita juga perlu bersama sama …

Ketakjuban terhadap ciptaan Allah membuat kita semakin bahagia seakan kita mendapatkan Kasih Allah, yang mengalir ke dalam diri kita.

Benar, cuma jarang ada teman yg punya ‘minat’ sama dengan aku. Puji Tuhan aku bertemu dengan Pastor yang bisa menambah kedamaian hatiku.

Deburan ombak itu menyejukkan hati. Menggema setiap waktu anda , dimanapun anda berada. Setiap gema alunan ombak menenangkan sekujur tubuh anda. Setiap bintang seperti berlian di langit itu tetap muncul dalam bayangan ibu. Rasa dingin membalut tubuhmu menyentuh relung hati terdalammu. Ketika kau berada di jakarta yang panas, rasa dingin itu bisa muncul kembali . Hatimu bisa mengembara … menembus alam raya. Hatimu seluas alam raya. Seakan alam raya berada di dasar hatimu.

Therapy membuat aku semakin gampang ter “memory” saat aku melihat keindahan ciptaan Tuhan, kayaknya sekal lihat langsung terbayang terus. Memory indah sekarang selalu ada di pelupuk matamu. Sekujur tubuh terasa sangat enteng. Warna indah alam menjadi pelangi di bayanganmu.

Di saat ‘blank’ aku melihat diriku sendiri, dalam keadaan sendiri juga, aku sempat takut, gimana aku balik ke diriku sendiri. Bagus …

Kau bisa mengendalikan dirimu sendiri. Kapan kamu blank kapan kamu kembali kau sendiri. Kadang waktu meditasi, kadang ikut novena kerahiman di gereja bisa terjadi, aku coba tenang, tenang akhirnya bisa menguasai lagi. Iya, semua ada dalam kendalimu

Aku tidak tahu kalo meditasi dalam agama katolik itu bagaimana? aku belajar meditasi saat aku belajar yoga waktu sekolah dulu. Aku diberitahu teman yg ber meditasi bersama suster di kapel dengan menyebut ‘ maranatha’ dalam setiap nafas kita. Katanya kalau meditasi tanpa ada yg mengarahkan berbahaya.

Roh kudus membimbingmu, maka mintalah agar Dia mengajarimu berdoa.

Ok, apa perlu berkonsentrasi di mata ke-3? Jadi sebelum mulai meditasi kita berdoa terlebih dahulu?

Yap betul, Tuhan ajarilah aku berdoa. Paulus mengajarkan kepada kita, “Saudara-saudara, Roh Kudus datang membantu kita yang lemah ini. Sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus (Roma 12:13.16-19)

 Setelah kamu meminta bimbingan Roh Kudus, mulailah memandang Allah melalui ciptaanNya. Aku memandang allah, allah memandang aku. itulah kontemplasi.. Kita sudah tidak memikir mikir lagi tetapi hati kita terpana dengan Allah.

ooo…aku ngerti Melalui ciptaan, kita bisa terpana dengan Allah. Coba ibu ikuti pastor beberapa detik ya …

Ok

coba bayangkan ketika anda tadi ke sea word Australia. Pejamkan mata. Ketika anda terbayang dengan keindahan alam itu, dan anda terpana dengan Allah sang pencipta, maka anda sudah masuk kontemplasi

Terus

Saat anda terpana … anda tidak sempat berfikir panjang 5 W (apa , siapa, kapan, dimana, mengapa , bagaimana), tetapi anda dipenuhi ketakjuban. Saat anda takjub, anda sudah blank. Anda sudah kontemplasi. Anda datang ke sea word dengan anda membayangkan, adalah serupa. Keduanya bisa menghantar pada ketakjuban kepada Allah.

oooo…ok, pada saat blank itu apa yg terjadi dan aku harus bagaimana, apakah diikuti saja?

 Kita tak perlu banyak bicara … Dalam kontemplasi semua kebutuhan kita dipenuhi Allah.

ok

Yang ada di dalam hidup adalah syukur dan terimakasih tak terhingga syukur pujian merupakan doa. Jadi doa tidak meminta minta terus. Ketika kita diam, itu juga sudah berdoa. Saat kita blank, Allah bekerja banyak. Seluruh panca indera kita menjadi 1000 x lebih peka.

Ok

Di bayangan anda sekarang ada keindahan Tuhan. Di saat keindahan Tuhan memenuhi pelupukmu, maka hatimu sangat tenang dimanapun ketika gema ombak ciptaan Tuhan atau sabda Tuhan mengema di kepala anda, anda mengalami kesehatan prima dan kedamaian tiada taranya

Ok, aku ngerti sekarang

Bagus … kapanpun ibu berdoa , ibu bisa mengakses lagi ketakjuban Tuhan di sea word atau di pantai parai. Setelah anda takjub .. anda boleh memuji tuhan. Anda boleh diam terpana. Anda boleh bersyukur. Ketika anda mampu mencapai doa penuh syukur – pujian, anda menemukan kebahagiaan berlipat lipat. Kita mengubah dari pengemis menjadi pemberi …

ok, berlimpah terima kasih atas petunjuk yang Pastor berikan, jangan bosan ya Allah maha besar …

Dia tidak pernah bosan Nikmatilah liburan di sea world. Kecaplah betapa nikmatnya Tuhan. Tuhan bersamamu selalu. Salam dan doaku.

Terimakasih Pastor

Terimakasih juga ibu … (Pastor Titus Budiyanto, wisma keuskupan Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pangkalpinang )

 

Pengampunan yang Menyembuhkan

 

Jumaat 4 Juli 2008, wisma keuskupan Jalan Batu Kadera XXI N0. 545 A Pangkalpinang 33147

 

 

“Temanku marah sama aku karena aku salah paham.”

 

“Kalau begitu kau harus pandai menyesuiakan diri.”

 

“Bisakah diperintahkan supaya dia memaafkanku?”

 

“ Bisa.”

 

 “Aku sudah minta maaf 3 atau 4 kali.”

 

“sikap rendah hati dan biblis.”

 

“Dia menyuruh temannya membohongi. Temannya bilang hand phone nya hilang, tetapi ternyata nggak. Akhirnya temennya ngaku sama aku kalau dia berbohong. Karena dia takut sama cynthia.”

 

“Pastor minta kau, Bayangkanlah temanmu itu.”

 

“Yang mana mo? Yang diperalat atau yang salah paham?”

 

“Kau pernah minta maaf kepada siapa?”

 

 “Si salah paham.”

 

 “Siapa namanya?”

 

“Cynthia.”

 

“Yang diperalat?”

 

 “Natasha.”

 

 “Bisakah kau membayangkan wajah orang yang membuatmu jengkel? kesel?”

 

 “Semuanyakah?”

 

“Pilih salah satu dari dua orang tersebut.”

 

 “Oke.”

 

“Cynthia. Oke sudah mo.”

 

“Laporkan apa yang terjadi. Apakah Cynthia berwarna atau hitam putih? Kejadian itu hitam putih atau berwarna?”

 

 “Kadang-kadang kelabu.”

 

 “Tetapi kadang putih bersinar-sinar terang.”

 

“Oke kalau begitu sinarnya dibuat redup. Warnanya dibuat hitam putih.”

 

“Malah tambah terang.”

 

 “Oke tak apa tambah terang. Coba gambar itu diperbesar sebesar rumah.”

 

“Oke, sekarang saya tidak bisa melihat apa-apa.”

 

 “Oke.. terus coba dia didorong kedepan jauh…, jauh sekali… semakin jauh..”

 

“Tidak bisa mikir ……………….. “

 

 “Bukan dipikir … fokus .. dibayangkan …”

 

 “Pikirannya keblokir!”

 

 “Blok nya dibuka dan gambarnya didorong menjauh.”

 

 “Tidask bisa membayangkan mukanya.”

 

 “Oke itu bagus sekali. Kamu dorong semakin jauh sampai kamu tidak bisa melihat dia lagi.”

 

“Suara Cynthia masih dengar?”

 

 “Masih jelas.”

 

 “Oke suaranya dibuat kecil sayup sayup … volume dikecilkan sampai lembut sekali… hampir tak dengar.”

 

 “Aku mengingat pada saat dia sedang teriak memanggil nama saya.”

 

“Oke bagus. Sekarang teriakan itu dieja. Misalkan teriakan angel dieja menjadi seperti  a …….. n ……. g …… e …… l …………………………………………………………………”

“Jadi begitu?”

 

“Kalau kurang jeda dibuat semakin panjang ……………………………….. “

 

“A – nya kenceng.”

 

“A – nya dikecilkan ….”

 

 “N – nya pelan.”

 

 “Setiap huruf dibuat seperti kaset rusak suarannya.”

 

“Gel-nya kenceng lagi . Aduh ga bisa lagi …”

 

 “Bayangkan orangnya didorong lagi semakin jauh darimu. Semakin dia menjauh darimu, berarti suara itu lembut …………………………. mengecil ………………….. menjauh jauh……………………….. dan sayup sayup …………………………………… menghilang.

 

 “Sudah. “

 

 “Oke … sekarang bagaimana perasaanmu?”

 

 “Kalut.”

 

 Dia sudah menjauh darimu. Apakah kamu pernah melihat gambar Yesus?”

 

 “Pernah di rumah. Saya pernah juga melihat di Video.”

 

“Sekarang letak wajah Cynhia diganti dengan gambar wajah Yesus.”

 

“Oke.”

 

 “Bisa?”

 

 “Bisa pastor.”

 

“Di depan wajah Yesus berdoalah untuk Cynthia seperti Yesus berdoa. Tuhan ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

 

“Oke.

 

 “Oke pastor.”

 

“Saya kalut.” 

 

 Oke perasaanmu kalut. Pernahkah angel ikut retret? Pernahkah waktu retret dengan kotbah?

 

Pernah

 

Apakah pernah mendengar kisah tentang orang yang baik, tetapi orang lain melukai?

 

Nggak

 

 Yesus orang baik, tetapi dia dilukai khan? Dia disiksa khan? Dia ditendang khan. Dia diolok olok khan? Dia diejek khan? Dia dicaci maki. Dia dihina khan?

 

 Iya

 

 Apa sikap Yesus waktu itu

 

 Diam. Menerima

 

Yap…

 

 Di atas kayu salib Yesus buat apa?

 

Sabar

 

 Yap

 

Terhadap orang yang memaki?

 

Berserah kepada Bapa-Nya

 

Yap. Ampuni mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat…

 

 Memohon doa dari Bapa-Nya agar mengampuni mereka yang melakukan hal tersebut atas diriNya.

 

Sekarang pasator minta kau membayangkan kejadian itu, dan maukah kau bersikap seperti Yesus? Kau datang dalam bayangan itu dan mengampuni mereka.

 

Ga gampang. Risau rasanya

 

 

Penyebab risau adalah diri sendiri karena tidak mau memaafkan. Ayo pastor minta kau sekarang membayangkan peristiwa itu.

 

Ya

 

Aku nggak salah 100%

 

Yesus tidak salah 100%, tapi Dia tidak membenci

 

Dia salah 70%. Maksudku Cynthia salah 70%, aku cuma 30%.

 

Algojo salah 100 % prosen, Yesus benar 100%

 

Kedamaian ada di hati… Jangan biarkan orang melukai hati kita. hati adalah milik kita.

 

Tetapi tetap berserah kepad Bapa tapi, tapi…. tetapi aku ga salah.

 

Yesus mengampuni tidak ada tapi

 

Kenapa harus aku yang meminta maaf?? Dan mengapa dia tidak mencoba mengampuni saya???

 

Yesus tidak bersalah… Tidak perlu meminta maaf.. tapi yang penting adalah sikap kau atas perilaku mereka.

 

Mengapa cynthia egois? Aku sudah mencoba mendekati tetapi justru yang bermasalah khan dia  bukan kau.

 

Apakah kau bisa kasihan terhadap mereka karena mereka diliputi kebencian, egois. Orang egois dan benci tidak bisa tenang hidup.

 

Dia selalu membuat jengkel kalau ada aku, manas-manasin.

 

Itu benar.

 

Saya sudah merasakan sedikit.

 

Saya juga merasakan hal itu. Ktika aku berada di posisimu. Ketika saya benci teman-teman saya, saya tdk tenang.

 

Nah, apa untungnya benci?

 

Apa yang pastor lakukan kalau jadi saya?

 

Berarti ketika mereka membenci kamu, mereka juga tidak tenang

 

Apakah kau mempunyai komputer?

 

Ya, ini dia

 

Kalau pastor menulis hal jelek (input) maka komputer meproses dan output juga jelek…

 

Jelek, jelek cynthia jelek

 

Ada sampah (input) ….. diproses oleh bumi (dipendam)…. out put menjadi pupuk kompos. ada sampah berupa cacian, fitnah, olok-olokan. Sampat tersebut diproses oleh hati Yesus. Hasil olahan Yesus (out put) adalah PENGAMPUNAN. Yang membuat bahagia adalah bagaimana memproses sampah, bukan in put nya.. Yang membuat bahagia adalah bagaimana memproses sampah, bukan in put nya.

 

Menjadi sesuatu yang dapat berguna, betul..?? Saya mengerti pastor. Kita harus mengambil segi positif setiap peristiwa betulkah? Ya, saya akan anggap ejekan Cynthia sebagai kritikan agar saya bisa lebih baik. Saya memaafkan dia.  Tiba-tiba saya diliputi perasaan bahwa besok saya harus memberikan suatu surat kepada Cynthia. Aku memaafkan Cyntia.

 

Sekarang bagaimana perasaanmu?”

 

 “Saya sangat damai.”

 

Sebagai puncak tulisan ini, saya menyampaikan pembicaraan pastor dengan Angel. “Angel sudah berdamai dengan cyntia. Jumaat 4 Juli 2008, saya akan berenang bersama dengan cyntia dan Jenifer di Taman Palem Cengkareng Jakarta. Dedi mengantar kesana.”   

Setitik Cahaya di Lorong Gelap

Setitik Cahaya di Lorong Gelap

 

Isyak Meirobie pasangan Angelina Funny, lulusan seni Taruma Negara Jakarta, merupakan anggota DPRD Kabupaten Belitung periode 2004-2009. Posisi sekarang adalah anggota komisi I dan Badan Kehormatan DPRD. Keadaan ekonomi keluarga yang mengalami kesulitan berobat dan membeayai sekolah, pengalaman juara karya ilmiah Mahasiswa bidang politik Universitas Tarumanegara tahun 1998-2000, menjadi pendorong dirinya masuk ke dunia politik. “Orang tionghoa tidak mau mengambil kesempatan terjun di bidang politik. Sikap tersebut tidak menyelesaikan masalah. Saya justu mau mengambilnya dengan terjun di politik. Melalui politik aku mau membangun Belitung dengan lurus agar masyarakat mengalami hidup sejahtera, bisa mengenyam pendidikan, mendapatkan pelayanan kesehatan. Bekerja di bidang politik ibarat masuk kedalam kegelapan. Banyak tabrakan kepentingan, maka saya harus menjadi terang di dalam gelap dengan cara bekerja dengan lurus; berjalan lurus saja banyak intrik, apalagi jalan kita berkelok-kelok. Terinspirasi dari hal tersebut dia menulis buku berjudul, setitik cahaya di lorong yang Gelap.”

Usaha keluarga Isyak Meirobie di Belitung antara lain adalah air isi ulang dan PT Radio Musica Idola. Dia berkomitmen untuk tidak usaha di bidang timah, perminyakan dan proyek pemerintah. Saya berusaha mencari lahan di luar, yang tidak berkaitan langsung dengan jabatan saya. “Saya pasti mendapatkan kemudahan kalau saya usaha timah, perminyakan dan proyek pemerintah karena hal tersebut menguntungkan saya tetapi belum tentu menguntungkan masyarakat Belitung. Biarpun saya triple minoritas: satu-satunya dari PIB, katolik dan Tionghoa di DPRD, tetapi saya berjalan berdasarkan perundang-undangan. Kebenaran terkadang ditentukan oleh banyaknya suara di DPRR bukan berdasarkan kebenaran seperti 24 orang mengatakan bahwa air dalam gelas adalah teh, 1 orang mengatakan air putih maka yang dibenarkan adalah suara 24. Sekalipun saya hanya satu, saya mau menjadi seperti virus, yang berpengaruh luas ke lokal maupun nasional.”  

Isyak sekarang mencalonkan diri sebagai wakil bupati Belitung dalam Pilkada 23 Oktober 2008. Ia yang bermimpi untuk mengembangkan bidang kesehatan, pendidikan dan air bersih di Belitung di belitung menulis, “Agama merupakan pegangan hidup, pelita yang menuntun  langkah hidup, serta lentera yang mengajar orang bagaimana untuk bersyukur atas kehidupan dan … agama itu harus dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Iman tanpa perbuatan adalah mati.”  (pastor Titus Budiyanto, wisma keuskupan, Jalan Batu Kadera XXI N0. 545 A Pangkalpinang 33147, tlp. 0717-424014)

Menyatu dengan Derita-Nya

wisma keuskupan Jalan Batu Kaldera XXI N0. 545 A Pangkalpinang 33147

 

Ibu Melani mempunyai kakak perempuan. dia sudah 14 hari berada di ICU salah satu rumah sakit di Jakarta. Melihat kondisi fisik dia sangat lemah. berdasarkan data medis di bagian kepala ada penyumbatan pembulu darah dan mengalami gangguan jantung. seluruh keluarga sudah iklhas dengan kepergiannya. Bagaimanakah sikap keluarga terbaik bagi kakak kami?

 

Pertanyaan tersebut dilontarkan kepada ibu Meli kepada pastor. Melani menghadapi dilema. kalau alat-alat di tubuh kakak dicabut, maka perhitungan dokter dia cepat meninggal. kalau alat-alat di tubuh di biarkan, maka harta pihak keluarga terkuras habis.

 

Saya berulangkali menghadapi situasi dilematis seperti ibu Melani. Saya menyarankan agar perawatan secara medis tetap dilakukan dengan konsekwensi apapun. Selama penanganan dokter di rumah sakit, saya meminta mereka agar berdoa bersama setiap hari bersama saya. Setelah berdoa bersama, saya menyarankan agar pihak keluarga menandai si sakit dengan tanda salib di dahi atau di telapak kaki dengan minyak. Salib mengingatkan akan misteri paska.

 

Saya menyarankan agar si sakit mau menyatukan penderitannya dengan penderitaan Kristus yang tersalib. Firman Tuhan saya kirim melalui SMS. Dari beberapa SMS saya pernah mengirimkan , “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri sendiri. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, naum tidak putus asa. kami dianiaya, namun kami tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan namun kami tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. sebab kami yang masih hidup ini, terus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. (II Korintus 4:7-11).  Saya mengharapkan bahwa firman Tuhan meneguhkan keluarga dan si sakit.

 

15 Maret 2008 ibu Melani menginformasikan bahwa kakaknya sudah sadar. Perlahan-lahan kesehatannya pulih. Sekarang 18 Maret 2008 kakak ibu Melani sudah sembuh total. Mereka bersyukur kepada Tuhan atas kesembuhan kakak tercintanya. Allah sungguh maha murah.  

Meneladani Sikap Yesus

Keuskupan Pangkalpinang

Amal Baik bukan Jaminan Kebahagiaan Ibu Phillip Sing-sing mengeluh, Stefen , anak kandung saya setahun ini jarang pergi ke gereja. Saya khawatir dengan masa depannya. Dia sudah menjalin hubungan dengan seorang wanita muslim. Kalau iman rapuh, maka dia bisa berpindah agama. Padahal sejak dalam kandungan saya rajin membaca kitab suci agar dia pun mencintai kitab suci di saat dewasa. Sejak kecil saya rajin membawanya ke gereja. Tingkah laku sering melukai perasaan orang tua. Saat perasaan terluka, dia sering mengusir anaknya dari rumah dan tidak mengakuinya sebagai anak kandungnya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah sikap seperti itu disebabkan oleh rumah atau kamar tidur? 

Suami saya banyak berbuat amal untuk gereja. Dia pandai elektronik. Dia beberapa kali menolong beberapa pastoran untuk urusan semacam itu. Dia ringan tangan membantu orang lain. Dia pun banyak membantu di gereja. stasi Mesu Laut paroki St Yusuf Pangkalpinang. Dia rajin ke gereja setiap hari minggu. Di rumah dia rajin berdoa. Dia sangat baik dan saleh, tetapi dia meninggal 90 hari lalu karena kanker. Mengapa hal tersebut terjadi pada orang baik? Apakah semua kejadian yang menimpa kami disebabkan oleh rumah atau kamar tidur? Pastor paroki waktu itu menolak pembaptisan anak kami di paroki St Yusuf Pangkalpinang. Beliau menegaskan bahwa baptisan bayi di stasi hendaknya diadakan di stasi. Komunitas di stasi mempunyai tanggungjawab terhadap perkembangan iman anak setelah pembaptisan. Tetapi penolakan tersebut membuat kami tertekan. Kami merasa bahwa pastor marah terhadap kami. Dia menjadi enggan untuk berjumpa dan berbicara kepada keluarga. Sikap beliau sungguh membuat kami tertekan. Apakah rasa tertekan bisa menyebabkan sakit kanker dan sejenisnya?  Atau penyebab semua penderitaan keluarga kami adalah rumah? 

Setiap minggu saya mengikuti perayaan Ekaristi. Setiap doa lingkungan saya mencoba mengikutinya. Posisi bendahara di stasi Hati Kudus Yesus Mesu Laut paroki St Yusuf Pangkalpinang adalah saya. Perbuatan amal sering saya buat. Saya rajin ke gereja. Saya mengabdi kepada gereja. Saya banyak berbuat amal. Tetapi mengapa saya masing sering sakit? Mungkinkah pengaruh rumah?

 Kisah nyata di atas dituturkan oleh ibu Phillip Euw Sing-sing. Sekeluarga sudah dekat dengan Tuhan dan melayani Tuhan, tetapi mengapa mereka masih menderita? Mereka sudah berbuat amal terhadap orang lain, mengapa mereka masih menderita? Mereka sudah rajin berdoa untuk kebaikan si anak agar anak mencintai Tuhan dalam hidup, tetapi mengapa justru terjadi kebalikan? 

 Meneladani Sikap Yesus

Semua manusia , saleh atau bejat, pasti bisa menderita seperti sakit, tua, mati, keinginan, dicerca, dianiaya, ditindas, dihina, dilecehkan, diperlakukan tidak adil, ditinggalkan orang dekat, dan lain-lain. Agama tidak menghapus penderitaan. Penderitaan seringkali merupakan bagian dalam proses mencapai pencerahan. Para santo dan santa selama hidup banyak mengalami penderitaan hidup. Yesus pun mengalami penderitaan lahir dan batin luar biasa hebat.

Saya terinspirasi dari renungan romo Gianto yang dikirim ke ApiK tentang renungan untuk Rabu Abu. “Dalam pemahaman Matius dan orang-orang yang penuh harapan pada zaman itu, Mesias yang mendatangi mereka ialah Mesias yang memiliki wibawa seorang raja (dalam teks Ibrani Zakharia ada penjelasan “ia adil dan jaya” – yang tidak ikut ditampilkan Matius karena sudah jelas) dan sekaligus tokoh yang “lemah lembut”, maksudnya, yang dapat memahami kerapuhan manusia. Memang seolah-olah ada dua tokoh: satu sisi kebesaran, sisi lain kelemahlembutan. Kedua-duanya mendatangi Yerusalem bersama.”

Yesus mempunyai dua kekuatan yakni lemah lembut dan maha kuasa. Yesus mampu memadukan kedua kekuatan tersebut untuk menyikapi hidup-Nya. Dia menyikapi secara lemah lembu sanjungan, pujian orang-orang atau pengkhianatan, penganiayaan, pembantaian, penyaliban disikapi oleh Yesus secara bijak. Santo paulus meminta kepada umat di Filipi agar mencontoh sikap Yesus. 

Bagaimanakah sikap kita atas kenyataan hidup sangat mempengaruhi perasaan, pikiran dan perilaku kita. Penolakan pastor paroki atas baptisan anak Phillip euw sing-sing melahirkan perasaan terluka, karena mereka menyikapinya secara negative. Penolakan pembaptisan anak diidentikkan dengan penolakan pastor paroki atas dirinya, ungkapan amarah atau kebencian pastor paroki atas keluarganya. 

 Stefen, anak pertama jarang pergi ke gereja, sering pulang larut malam dan berpacaran dengan wanita muslim. Dia mengkambinghitamkan rumah dan ketidakefektifan doa pribadinya. Sang ibu sudah berusaha banyak berdoa di saat hamil dan berkarya untuk gereja, tetapi sang anak justru mengecewakan orang tua. Dia berfikir bahwa melayani di gereja otomatis membawa keluarga pada kebahagiaan. Dia menduga doa-doa merupakan cara ampuh mendidik anak menjadi saleh. Justru semua itu mengecewakan perasaannya. 

Sikap ibu Phillip euw sing-sing justru menambah persoalan baru di atas. Dia sibuk mencari kambing hitam, yakni ketidakefektifan doa dalam proses pendidikan anak dan rumah. Dia tidak berusaha mencari akar persoalan kenalanan si anak. Bahkan sering dia mengusir Stefen, anak kandungnya dan tidak mengakui Stefen sebagai anak kandungnya.  

 Sikap kasar ibu Phillip terhadap Stefen justru menimbulkan persoalan baru. Penoalakan ibu terhadap sang anak justru perasaan terluka si anak. Anak yang terluka akan mempegaruhi perilaku anak, yang cenderung melukai perasaan orang tuanya. Ketidakmampuan memutus mata rantai seperti itu kemudian dia mengkambinghitamkan rumah. Rumahlah penyebab keluarga, mama dengan anak sering bertengkar!  

Ketika sang ibu Phillip diminta untuk meneladani sikap Yesus, lemah lembut, ia menolak dengan tegas. Menurut ibu Phillip euw Sing-sing Yesus bisa bersikap secara lembut hati ketika diri-Nya dianiaya, diolok-olok, ditolak, disesah, disalib dan seterusnya, karena Dia adalah Tuhan. Saya adalah manusia. Saya bukan Tuhan. Jadi tidak mungkin saya atau umat bersikap seperti Tuhan! 

Kedamaian sejati banyak sekali ditentukan oleh sikap kita. Kalau kita menyikapi banyak hal secara negatif, maka perasaan kita akan mudah terluka. Kita banyak diombang-ambingkan oleh perasaan kita. Kita bukan digerakkan oleh suara hati terdalam kita. Kita bebas menentukan pilihan sikap kita. (Pastor Titus Budiyanto, wisma keuskupan Jalan Batu Kaldera XXI N0. 545 A Pangkalpinang 33147)       

Amal Baik bukan Jaminan Kebahagiaan Ibu Phillip Sing-sing mengeluh, Stefen , anak kandung saya setahun ini jarang pergi ke gereja. Saya khawatir dengan masa depannya. Dia sudah menjalin hubungan dengan seorang wanita muslim. Kalau iman rapuh, maka dia bisa berpindah agama. Padahal sejak dalam kandungan saya rajin membaca kitab suci agar dia pun mencintai kitab suci di saat dewasa. Sejak kecil saya rajin membawanya ke gereja. Tingkah laku sering melukai perasaan orang tua. Saat perasaan terluka, dia sering mengusir anaknya dari rumah dan tidak mengakuinya sebagai anak kandungnya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah sikap seperti itu disebabkan oleh rumah atau kamar tidur? 

Suami saya banyak berbuat amal untuk gereja. Dia pandai elektronik. Dia beberapa kali menolong beberapa pastoran untuk urusan semacam itu. Dia ringan tangan membantu orang lain. Dia pun banyak membantu di gereja. stasi Mesu Laut paroki St Yusuf Pangkalpinang. Dia rajin ke gereja setiap hari minggu. Di rumah dia rajin berdoa. Dia sangat baik dan saleh, tetapi dia meninggal 90 hari lalu karena kanker. Mengapa hal tersebut terjadi pada orang baik? Apakah semua kejadian yang menimpa kami disebabkan oleh rumah atau kamar tidur? Pastor paroki waktu itu menolak pembaptisan anak kami di paroki St Yusuf Pangkalpinang. Beliau menegaskan bahwa baptisan bayi di stasi hendaknya diadakan di stasi. Komunitas di stasi mempunyai tanggungjawab terhadap perkembangan iman anak setelah pembaptisan. Tetapi penolakan tersebut membuat kami tertekan. Kami merasa bahwa pastor marah terhadap kami. Dia menjadi enggan untuk berjumpa dan berbicara kepada keluarga. Sikap beliau sungguh membuat kami tertekan. Apakah rasa tertekan bisa menyebabkan sakit kanker dan sejenisnya?  Atau penyebab semua penderitaan keluarga kami adalah rumah? 

Setiap minggu saya mengikuti perayaan Ekaristi. Setiap doa lingkungan saya mencoba mengikutinya. Posisi bendahara di stasi Hati Kudus Yesus Mesu Laut paroki St Yusuf Pangkalpinang adalah saya. Perbuatan amal sering saya buat. Saya rajin ke gereja. Saya mengabdi kepada gereja. Saya banyak berbuat amal. Tetapi mengapa saya masing sering sakit? Mungkinkah pengaruh rumah?

 Kisah nyata di atas dituturkan oleh ibu Phillip Euw Sing-sing. Sekeluarga sudah dekat dengan Tuhan dan melayani Tuhan, tetapi mengapa mereka masih menderita? Mereka sudah berbuat amal terhadap orang lain, mengapa mereka masih menderita? Mereka sudah rajin berdoa untuk kebaikan si anak agar anak mencintai Tuhan dalam hidup, tetapi mengapa justru terjadi kebalikan? 

 Meneladani Sikap Yesus

Semua manusia , saleh atau bejat, pasti bisa menderita seperti sakit, tua, mati, keinginan, dicerca, dianiaya, ditindas, dihina, dilecehkan, diperlakukan tidak adil, ditinggalkan orang dekat, dan lain-lain. Agama tidak menghapus penderitaan. Penderitaan seringkali merupakan bagian dalam proses mencapai pencerahan. Para santo dan santa selama hidup banyak mengalami penderitaan hidup. Yesus pun mengalami penderitaan lahir dan batin luar biasa hebat.

Saya terinspirasi dari renungan romo Gianto yang dikirim ke ApiK tentang renungan untuk Rabu Abu. “Dalam pemahaman Matius dan orang-orang yang penuh harapan pada zaman itu, Mesias yang mendatangi mereka ialah Mesias yang memiliki wibawa seorang raja (dalam teks Ibrani Zakharia ada penjelasan “ia adil dan jaya” – yang tidak ikut ditampilkan Matius karena sudah jelas) dan sekaligus tokoh yang “lemah lembut”, maksudnya, yang dapat memahami kerapuhan manusia. Memang seolah-olah ada dua tokoh: satu sisi kebesaran, sisi lain kelemahlembutan. Kedua-duanya mendatangi Yerusalem bersama.”

Yesus mempunyai dua kekuatan yakni lemah lembut dan maha kuasa. Yesus mampu memadukan kedua kekuatan tersebut untuk menyikapi hidup-Nya. Dia menyikapi secara lemah lembu sanjungan, pujian orang-orang atau pengkhianatan, penganiayaan, pembantaian, penyaliban disikapi oleh Yesus secara bijak. Santo paulus meminta kepada umat di Filipi agar mencontoh sikap Yesus. 

Bagaimanakah sikap kita atas kenyataan hidup sangat mempengaruhi perasaan, pikiran dan perilaku kita. Penolakan pastor paroki atas baptisan anak Phillip euw sing-sing melahirkan perasaan terluka, karena mereka menyikapinya secara negative. Penolakan pembaptisan anak diidentikkan dengan penolakan pastor paroki atas dirinya, ungkapan amarah atau kebencian pastor paroki atas keluarganya. 

 Stefen, anak pertama jarang pergi ke gereja, sering pulang larut malam dan berpacaran dengan wanita muslim. Dia mengkambinghitamkan rumah dan ketidakefektifan doa pribadinya. Sang ibu sudah berusaha banyak berdoa di saat hamil dan berkarya untuk gereja, tetapi sang anak justru mengecewakan orang tua. Dia berfikir bahwa melayani di gereja otomatis membawa keluarga pada kebahagiaan. Dia menduga doa-doa merupakan cara ampuh mendidik anak menjadi saleh. Justru semua itu mengecewakan perasaannya. 

Sikap ibu Phillip euw sing-sing justru menambah persoalan baru di atas. Dia sibuk mencari kambing hitam, yakni ketidakefektifan doa dalam proses pendidikan anak dan rumah. Dia tidak berusaha mencari akar persoalan kenalanan si anak. Bahkan sering dia mengusir Stefen, anak kandungnya dan tidak mengakui Stefen sebagai anak kandungnya.  

 Sikap kasar ibu Phillip terhadap Stefen justru menimbulkan persoalan baru. Penoalakan ibu terhadap sang anak justru perasaan terluka si anak. Anak yang terluka akan mempegaruhi perilaku anak, yang cenderung melukai perasaan orang tuanya. Ketidakmampuan memutus mata rantai seperti itu kemudian dia mengkambinghitamkan rumah. Rumahlah penyebab keluarga, mama dengan anak sering bertengkar!  

Ketika sang ibu Phillip diminta untuk meneladani sikap Yesus, lemah lembut, ia menolak dengan tegas. Menurut ibu Phillip euw Sing-sing Yesus bisa bersikap secara lembut hati ketika diri-Nya dianiaya, diolok-olok, ditolak, disesah, disalib dan seterusnya, karena Dia adalah Tuhan. Saya adalah manusia. Saya bukan Tuhan. Jadi tidak mungkin saya atau umat bersikap seperti Tuhan! 

Kedamaian sejati banyak sekali ditentukan oleh sikap kita. Kalau kita menyikapi banyak hal secara negatif, maka perasaan kita akan mudah terluka. Kita banyak diombang-ambingkan oleh perasaan kita. Kita bukan digerakkan oleh suara hati terdalam kita. Kita bebas menentukan pilihan sikap kita. (Pastor Titus Budiyanto, wisma keuskupan Jalan Batu Kaldera XXI N0. 545 A Pangkalpinang 33147)       

Menggiurkan

Setan sering menggoda manusia dengan berbagai macam cara yang menarik supaya manusia jatuh kedalam dosa. Dalam Injil Matius kita mencatat beberapa godaan iblis sebagai berikut misalkan: 1) kekuasaan atau kuasa melakukan banyak mukjijat yang dilambangkan dengan kemampuan mengubah batu menjadi roti 2) kehebatan, ketenaran, gengsi atau prestasi yang dilambangkan dengan menjatuhkan diri dari bumbungan bait Allah yang tinggi dan mengharap para malaikat menolong, 3) kekayaan duniawi yang dilambangkan dengan tawaran setan mau memberikan kerajaan dunia dengan kemegahannya kepada Yesus.  

Kisah Kejadian juga menampilkan godaan Setan. Adam dan Hawa digoda oleh setan untuk memakan buah larangan. Karena keinginan manusia untuk menyamai Allah maka ia memakan buah larangan Allah tersebut. 

Kalau manusia tidak tahan terhadap godaan setan maka manusia dapat jatuh ke dalam dosa. Dosa dapat dilukiskan sebagai berikut:  orang melempar ke suatu sasaran dengan batu. Batu tersebut meleset – melenceng – dari sasarannva – alias lidak kena sasarannya. Batu yang melesat diibaratkan manusia yang menuju ke arah sasaran, Allah. Melencengnva lemparan mengibaratkan manusia kalah terhadap godaan-godaan setan dan mengakibatkan dosa.

Godaan-godaan setan membuat manusia melenceng dari Allah – keluar dan jalur yang benar yang ditetapkan oleh Allah. Karena manusia keluar dan jalur Allah maka manusia tidak akan sampai kepada Allah; manusia jauh dari Allah: Akibat dosa adalah penderitaan manusia. 

Setelah Adam dan Hawa memakan buah larangan maka mereka mengetahui bahwa mereka telanjang. Artinva mereka berada dalam situasi dosa. Akibatnya dosa bagi Adam dan Hawa adalah ketelanjangan dan mereka diusir dan taman Eden. Ketelanjangan melukiskan penderitaan manusia sedangkan tempat di sebelah timur taman eden adalah lukisan manusia yang jauh dan Allah yang dilukiskan dengan taman Eden.

Jadi akibat dosa yang diperbuat oleh Adam dan Hawa adalah penderitaan manusia. Penderitaan itulah yang diinginkan oleh setan. Setan setiap waktu selalu menggoda dan menggoda manusia agar manusia melenceng dari Jalan Allah. 

Godaan-godaan setan itu menarik dan menvenangkan manusia sehingga manusia mudah tergiur dengan godaan itu. Hawa tergiur godaan ular – setan – dan Adam tergiur godaan Hawa. Hawa berdosa karena digoda oleh ular. Adam berdosa karena digoda oleh Hawa.

Jatuhnva dosa Adam dan Hawa mengingatkan gagasan dari Paulus dalam suratnya kepada umat di Roma,”Dosa telah masuk dalam dunia oleh satu orang […} Sebab itu sama oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman. Demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang berolah pembenaran untuk hidup.” 

 Argumentasi Santo Paulus sangat logis – masuk di akal kita. Dosa satu orang bisa membuat banyak orang berdosa dan perbuatan benar satu orang dapat menyelamatkan banyak orang.

Ilustrasi ini semoga membantu memahami maksud pikiran di atas: Romo Thomas naik kendaraan Vespa ke pasar Mambo. Dia memboncengkan perempuan. Di jalan dekat pasar mambo si Polan aktifis paroki melihat romo Thomas berboncengan dengan gadis itu.

Si Polan yang doyan bualan itu menceritakan kepada teman-teman di sekolahnya dan di kelompok kategorial dengan semangat. Katanva,”sava tadi melihat pastor Thomas di dekat pasar Mambo berboncengan dengan perempuan cantik, rambutnya lurus, lesung pipinya, alisnya hitam, bedak tebal. 

Sepulang sekolah kopral Ling1ung teman Polan menceritakan ulang cerita Polan dengan bumbu masakan masako kepada tetangga­-tetangganya. Kata Kopral Linglung kepada mereka,” temanku Polan seorang melihat pastor Thomas berboncengan dengan perempuan cantik: mesra sekali: tangan mulus, mata sipit itu memeluk perut pastor Thomas. Sungguh!”  

Dimas teman kopral Linglung sepulang dari rumah Polan bercerita kepada papa dan mamanva di meja makan. Kata Dimas,” pastor Thomas sekarang berpacaran dengan perempuan cantik, Kalau pacaran mereka naik Vespa.” 

Bayu Ningrat teman adik Dimas menceritakan kepada teman-teman mainnva katanya,”pastor Thomas sangat berani. Dia berpacaran dengan seorang wanita. Pasti ia sudah ada main dengan perempuan itu. Nggak mungkin jaman sekarang ini  kalau pacaran hanya sekedar bertatapan mata dengan mata!” 

Suci Ningrat teman Bayu Ningrat mencerintakan kepada temannya temannya,”saya mendengar kabar bahwa romo Thomas selingkuh dengan perempuan cantik, bahenol. Memalukan!” Berita romo Thomas membonceng adik kandung wanita menyebar bagaikan wabah kolera dalam waktu yang sangat cepat. Seluruh umat di kota Antah Berantah mengetahui berita tentang romo Thomas yang berboncengan dengan seorang gadis yang sebenanva adalah adik kandungnya.

Informasi orang pertama sangat berbeda dengan kenyataan dan informasi tersebut jauh berbeda ketika informasi tersebut sampai di telinga Suci Ningrat. Kalau informasi Suci Ningrat diteruskan, maka semakin banyak dia menyebarkan informasi keliru (menyebar kebohongan). Informasi baik bisa menjadi informasi yang sangat buruk dan mematikan seseorang, Apalagi informasi jelek, pasti orang akan hangat dan semangat menyebarkannya.

Alangkah indahnya kalau sepulang gereja setiap orang dan kita meceritakan kepada semua orang yang dijumpai sehingga seluruh kota gempar dengan kabar gembira sehingga semua orang mendapat mengenal Yesus sehingga gara-gara satu orang semua orang bisa mengenal Yesus, sehingga. 

Marilah kita melatih mengendalikan diri sehingga kita fasih menghadapi godaan­-godaan setan yang menarik hati. Latihan kita tidak perlu yang hebat. Pilih satu kecenderungan negatif dalam diri kita dan kita olah dengan tekun.

Seandainva kalau kita cenderung membicarakan kejelakan orang maka kita mengurangi kebiasaan buruk tersebut. Kalau mungkin mengganti berita buruk menjadi berita baik untuk disebarkan kepada semua orang.  Kalau kita cenderung mencari kekayaan tidak wajar seperti korupsi, mencuri, germo, dan lain-lain sampai melupakan Tuhan, marilah kita sisihkan waktu kita untuk Tuhan dan sesama. Kalau kita gila kekuatan atau kekusaan seperti memperebutkan kedudukan tidak wajar maka marilah kita mencoba merendah di hadapan Allah yang maha kuat karena Dialah yang maha kuat. Kalau kita cenderung ingin mengtahui segala hal maka marilah kita mengekang keinginan tahu kita dan mengakui kebesaran Tuhan yang tak mampu tertandingi oleh manusia. 

Seringkali keinginan tahu justru akan membunuh diri kita sendiri dan membuat kita menderita. Dengan latihan-­latihan dan campur tangan Tuhan dalam setiap hidup kita, kita berharap semakin fasih menghadapi godaan setan. Dengan demikian kita tidak mudah jatuh kedalam dosa. (Titus Budiyanto, wisma keuskupan Jalan Batu Kaldera XXI N0. 545 A Pangkalpinang 33147) 

Sejiwa

wisma keuskupan Jalan Batu Kaldera XXI N0. 545 A Pangkalpinang 33147

Wanita itu dihantarkan-Nya kepada Adam. Maka Adampun berkata: Inilah tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Dia akan disebut wanita, karena diambil dari pria. Sebab itu pria akan meninggalkan ibu bapanya dan mengikatkan diri pada isterinya. Dan keduanya akan hidup bersatu padu jiwa raganya (Kej2:24)

Yang mencipta manusia adam dan hawa adalah Tuhan. Yang mempertemukan adam dengan hawa juga Tuhan.  Kitab kejadian ini dikutip oleh Yesus dalam Injil Markus 10:7-8, “Karena itu pria akan meninggalkan ibu bapanya dan mengikatkan diri pada isterinya. Dan keduanya akan hidup bersatu padu jiwa raganya.”

Selanjutnya Yesus memberi penjelasan bahwa mereka bukan lagi dua melainkan satu. Yang dipersatukan oleh Allah, jangan diceraikan manusia (Mrk 10:9). Menurut Yesus pun yang mempersatukan laki-laki dengan wanita adalah Tuhan dan persatuan tersebut kekal sifatnya. Asal keduanya normal pastilah mereka bisa bersetubuh untuk melanjutkan keturunan mereka, walaupun salah satu di antara keduanya atau salah satu di antara mereka ada yang tidak mencinta.

Kitab kejadian dan Injil Markus, Yesus menegaskan bahwa persatuan tersebut mencakup kesatuan jiwa dan kesatuan raga. Persatuan tubuh didasari oleh persatuan hati – jiwa. Bila hati sudah bersatu maka rasa bisa bersatu.  Bila rasa sudah bersatu, maka tubuh bisa bersatu.

Mampukah hati istri dengan hati suami menjadi satu? Mampukah perasaan suami dengan istri menjadi satu? Mampukah pikiran istri dengan suami menjadi satu? Mampukah tubuh istri dengan tubuh suami bersatu?

Hati saling mencinta dan menyatu pasti mampu mempertahankan perkawinan hingga akhir hayat. Kita percaya bahwa istri (hawa) dihantar oleh Allah kepada suami. Mereka berdua mengikrarkan janji perkawinannya di hadapan Tuhan dan kita semua dalam gereja di saat pemberkatan perkawinan.

Tersirat niat saling mencinta dalam suka maupun duka dan dalam untung maupun rugi selamanya. Mimpi tersebut pasti menjadi kenyataan kalau sungguh di antara dua hati , dua jiwa dan dua tubuh ini sungguh menyatu dalam cinta. Sebaliknya perkawinan pastilah hancur, kalau tidak ada kesatuan hati selamanya