Cermin

Pertapaan Yung Fo, 6 november 2009

DSCN0899

cermin

Ketika kita bosan di rumah, alam mengirim signal bahwa kita merindukan keinginan jalan-jalan.

Ketika kita bosan bekerja, alam mengirim signal bahwa kita tidak cocok terhadap pekerjaan kita atau perlu mengambil jarak sejenak terhadap rutininatas kita.

Ketika muncul amarah, justru alam memberi warning bahwa kita merindukan kesabaran. Ketika pikiran kalut kacau pada waktu dicaci maki, alam mengirim signal bahwa kita memang merindukan ketenangan dan kedamaian batin.

Ketika kita tidak bisa tidur di malam hari, alam mengirim signal kepada kita bahwa kita merindukan untuk segera menyelesaikan pekerjaan kita atau menyelesaikan persoalan kita dengan sesama dan Tuhan.

Ketika kita tamak terhadap harta, alam member signal bahwa masa kecil kita miskin – berkekurangan sehingga diri mau menunjukkan bahwa dia mampu melampauinya.

Ketika maag kita kambuh, alam mengirim signal bahwa kita sedang stress terhadap pekerjaan atau kita menyimpan kesalahan orang lain.

Ketika kita galau, alam mengirim signal bahwa nurani kita menggugat atas perilaku, sikap dan pikiran kita terhadap diri, sesama dan Tuhan.

Ketika kita males berdoa atau malu terhadap Tuhan, menjadi pertanda bahwa kita mungkin menyimpan bau busuk di dalam hati dan kita merindukan pertobatan.

Ketika orang membenci kita, alam memberi signal bahwa dia merindukan ia merindukan pengampunan atau sikap kita terhadapnya kurang sesuai dengan persepsinya.

Ketika orang mempersoalkan uang/dia merasa kurang atas pemberian kita maka alam memberitahu kepada kita bahwa dia masih memerlukan uang atau kekurangan uang karena pemberian kita belum sesuai dengan harapan dia.

Ketika orang tidak mau berjumpa dengan kita atau menghindar pada waktu berpapasan dengan kita, alam memberitahu bahwa sikap kita terhadap orang itu kurang fleksible atau orang itu merindukan penerimaan diri.

Ketika orang merasa miskin, alam memberitahu bahwa dia merindukan kaya

Ketika orang terluka dengan kita, alam memberitahu bahwa perkataan kita atau perbuatan kita kurang berkenan di hati allah dan sesama

Ketika orang merasa diperlakukan tidak adil oleh kita karena kita memberi atau membantu orang tersebut kurang sesuai harapan orang itu, maka alam memberi signal kepada kita bahwa kita perlu belajar memberi/membantu sesuai dengan harapan orang dan bukan berdasarkan harapan kita

Ketika orang menjelekkan nama kita, alam mengirim signal bahwa kita perlu rendah hati menjalin dengan banyak orang dengan kasih tulus.

Ketika orang menfitnah kita, alam mengirim signal bahwa kita sedang dimurnikan atau kita telah menyakiti Tuhan dan sesama.

Ketika orang tidak memakai kita, alam memberi signal bahwa pekerjaan kita kurang baik dan kurang bertanggungjawab.

Ketika orang tidak mau terbuka terhadap kita, alam mengirim alarm kepada kita bahwa kita kurang mampu menjaga mulut kita.

Ketika orang menfitnah dan kita justru marah, itu pertanda alam bahwa memang betul adanya didalam diri terdapat kelemahan.

Bagaimanapun tutur kata buruk orang lain / perbuatan buruk orang lain atau perkataan dan perbuatan baik orang lain merupakan cermin perilaku, sikap dan tutur kata diri kita sendiri. Kita patut bersyukur bahwa Allah memakai orang orang demikian. Sehingga kita dipacu untuk menjadi bijak dan baik adanya seperti bapa disurga baek adanya.

Ketika harta benda ayun musna, keluarga dan sahabat meninggalkan dirinya, banyak orang menyalahkan dia, ayub menangkap signal bahwa ia sedang dimurnikan oleh Allah melalui pencobaan oleh tangan iblis. Sekalipun ia menderita hebat, ia tetap setia kepada Tuhan dan rendah hati terhadap sesama. Perlu rahmat Tuhan menjadikan segala signal sebagai goal kita dalam hidup menuju sebuah kesempurnaan jiwa. Mohon berkat dan doa untuk berkarya bagi sesama dan Tuhan dengan segala kelemahan dan dosa.

Ibuku di Surga

pertapaan yung fo, selasa 13 Oktober 2009

Engkau rindu menerima komuni kudus,namun engkau menahan kerinduanmu demi keharmonisan keluargamu. Kerinduanmu terus terpelihara sekalipun berpuluh-puluh tahun. Sekalipun engkau tersiksa dengan obat penenang&obat tidur,engkau memilih keharmonisan keluarga. Deritamu semakin bertambah manakala anak kesayanganmu meninggalkan dunia fana ini.

Penderitaan atas pengorbanan&kehilangan anak tercinta semakin menyeretmu pada pusaran penderitaan berkepanjangan. Bayang-bayang kebaikan Tuhan&anak kesayangan menghantui setiap langkahmu&menghantarmu pada kematianmu.Sekalipun puluhan tahun engkau sudah tak menjamah hosti kudus,engkau merindukan Tuhan selalu. Detik-detik terakhir engkau meninggalkan Pangkalpinang engkau berani mengekspresikan kerinduan penerimaan sakramen tobat di hadapan imam , suami, anak-anak dan menantumu. Engkau sisihkan waktumu bersimpuh di depan gua maria Yung Fo untuk sekedar mendaraskan doa rosario atau memandang bunda maria. Engkau sembunyikan rosariomu di tempat tersembunyi yang hanya engkau ketahui dan Tuhan ketahui.

Engkau tidak rela terbang berpindah ke lain tempat. Engkau memanggil-manggil nama-Ku. Engkau menyebut-nyebut nama-Ku. engkau menginginkan Aku bersamamu dan besertamu selalu. Engkau menggenggam erat tanganKu. Engkau tak mau terpisah dariKu.

“tuhan memberi. Tuhan mengambil.” kapan Tuhan mengambil pemberianNya, kita tidak mengetahuinya. Kematian adalah misteri. Engkau tegar meninggalkan Bangka. senyummu menghibur menenangkan semua orang di sekelilingmu. namun kami tidak menyangka bahwa engkau segera mengatupkan kedua kelopak matamu di Jakarta.

Api cintamu kepada Yesus masih menyala sekalipun ditekan oleh apapun di sekelilingmu. Pengorbananmu justru menghantarkan anak-anakmu untuk memahami makna cinta sejati kepada kekasihmu. 2 tahun sudah berlalu engkau bahagia dengan para kudus di surga. waktu terus berjalan. anak-anakmu&cucu-cucumu bertumbuh besar melanjutkan melangkahi waktu. Tuhan memberkatimu..

Kelepasan

Pertapaan Yung Fo, 7 Oktober 2009

Aku hanya mau hidup sampai tahun 2012, setelah berkumpul dengan isteri, anak-anak, menantu, dan cucu di singapura.

Aku tidak mau hidup lama di dunia, sudah puas hidup di dunia.

sekiranya aku meninggal, tubuhku dibakar dan abunya dibuang di laut. Setelah tubuhku dibakar, penyakitku lenyap – tidak menyebar dan tidak merepotkan anak cucu, yang harus menyembayangi di hari-hari kematian.

Tanggal 16 Oktober aku terbang ke atas awan menuju ke negara singa untuk mewujudkan angan-anganku. Nafas hidup, ku hembuskan di tengah-tengah hening di antara mereka. Roh ku menaungi semua sebelum aku menghadap kepada sang pencipta, Tuhan.

Kini saatnya aku merdeka, terlepas dari belenggu penderitaan di dunia. memasuki kehidupan baru , dimensi baru kehidupan. Bahagia bersama dengan sang penciptaku.

Maafkan segala dosa dan salah selama menari di dunia yang sudah tua renta ini, agar aku bisa pergi dengan enteng kehadiratNya. terimakasih atas kebaikan anda semua.

salam dari surga.

Merona

Jumaat, 31 Juli 2009

Wanita menegur dengan lembut namun sangat keras dan tegas. Dia bagaikan air: menyimpan kelembutan menghidupkan dan sekaligus kedasyatan menghancurkan.

Jaman nenek moyang melukiskan bahwa Tuhan itu sangat lembut hati dan sekaligus menakutkan; dia sangat dekat dan sekaligus jauh.

Jadi ingat tulisan di buku tua bahwa bayi atau wanita memiliki energi tanpa batas yakni kepasrahan – kelembutan – kekuatan – kehidupan.

Dia sangat pencemburu. Tidak dibiarkan orang lain mendekatinya. Dia menjadi galak seperti singa betina, bila perasaanya terganggu atau waktu-waktu tertentu di siklus tertentu. Jadi ingat bahwa Dia juga pencemburu. Waktu bangsa Israel membuat patung sembahan dari emas, Dia murka. Orang-orang Israel gentar melihat murka Nya akibat cemburuNya.

Sebuah syair lagu dari seniman kita,” cinta itu anugerah. Maka berbahagialah. Sebab kita sengsara bila tak punya cinta.” Syair ini mengingatkan juga 12 tahun silan ketika mendengar syair seorang seniman,”kesetiaan, pengorbanan, kepasrahan merupakan unsur cinta sejati”

PerbuatanNya merupakan proyek cinta-Nya untuk menghantar kepada kebahagiaan atau keselamatan. Ketika dia menegur, cemburu atau memukul kita merasa Dia jauh atau meninggalkan kita.

Betulkah bahwa dia meninggalkan atau menyertai perjalanan? Dia jauh atau dekat dengan kita? Aku yakin bahwa Dia selalu bersama-sama dengan kita dan sangat dekat dengan kita. Dia ada di dalam dan di luar.

Kau kini jauh atau dekat? Kau peduli atau cuek? Kau cinta atau benci? Kau mau menyelamatkan atau menghancurkan?

Aku masih mengimani bahwa Engkau mencintai apa adanya dan tidak menghitung-hitung kesalahan. “Bila engkau menghitung-hitung kesalahan ya Tuhan, siapakah dapat tahan?”

Di ruang hening di tengah hari di kala sunyi kugores puisi ini.

Penghulu Dunia

keuskupan pangkalpinang, 9 Juli 2009

Masing-masing orang bertanggungjawab atas keputusannya pilihannya.Rasa benci/dendam hanya merusak diri&bangsa Indonesia.Setan bekerja sempurna dalam kebencian,dendam,kepahitan.Pengampunan/kasih membangun&membahagiakan manusia&indonesia.posisi umat beriman semakin terjepit&tertindas dengan pengaruh setan&kuasa penghulu dunia.

Setan bermanis muka,dibalik kemanisan terdapat maut.kecenderungan melihat kecantikan yang terlihat&terdengar oleh telinga,namun tuhan melihat relung hati.kebobrokan hati dilihat dengan hati.Kepekaan hati,kerendahan hati,kedekatan dengan Allah memampukan lebih peka melihat karya setan dalam aneka bentuk menggoda manusia.Kini siapa menabur angin,tunggu saja menuai badai.

Bangsa-bangsa diluar menyanjung senyum manis.seluruh bangsa didalam seperti seorang anak kecil yang kurang berfikir logis karena melihat hadiah/iming-iming dari penghulu dunia.”padahal setan berkeliling mengaum-ngaum mencari mangsa.lawanlah dia teguh dalam iman.”siap menerkam orang-orang beriman,yang terhypnotis dengan aneka janji indah.ratusan peraturan penghulu setan akan menggencet orang-orang beriman.

Mungkin Tuhan memberi kesempatan seperti waktu Dia memberi kesempatan mencobai si Ayub.Kini aura setan semakin terasa kuat menyelimuti.Dia membiarkan menentukan pilihan untuk menyembah atau membangkang.Setan memojokkan manusia untuk memilih 1 hal,yakni maut.orang tidak lagi diberi kebebasan memilih sesuai nurani,tetapi dipaksa untuk menyembah dia(setan).di saat orang beriman sudah tergencet oleh kuasa setan,dia lupa.

bangsa-bangsa lupa terhadap keputusan masa lalunya.bangsa-bangsa lupa dengan sejarah bangsa atau sejarah hidupnya.itulah harapan penghulu setan.siapa setia kepada iman dalam pencobaan seperti Ayub,dia akan mengalami keselamatan,imannya dikuatkan.Siapakah yang tahan terhadap pencobaan?siapkah kita digencet pencobaan?siapkan penderitaan mendera?siapkah kebebasan kita dibelenggu oleh penghulu setan?Tuhan membantu kita

Keheningan

Keuskupan Pangkalpinang, 13 Maret 2009

Seluruh panca indera pasif dalam menyikapi stimulus dari luar diri. Memupuk kesadaran bahwa kita bersimpuh di depan Allah. Tuhan ada di depan, diri di sini. Diri di sini, Tuhan di situ. Dia ada di dalam diri. Diri ada di dalam Dia. Kita bersatu dengan Dia. Namun tetap beda manusia dengan Tuhan. Satu tetapi dua. Dua tetapi satu.

Kesadaran semacam itu akan mudah muncul manakala kita berada dalam keheningan. Keheningan membantu kita untuk mengamati gerak pikiran dan perasaan. Selembut apapun gerak keduanya yang jahat, maka dia akan tampak dengan jelas.

Hati nurani menjadi sangat gamblang dalam keheningan. Kita bisa bercakap cakap dengan dia.

suara dari lubuk hati kita akan membimbing kita menuju jalan lurus untuk semakin dekat dengan Tuhan.

Hati nurani juga akan mengajar kita untuk semakin menyempurnakan hidup kita untuk bisa semakin menyerupai gambar Allah.

Hati Pedih, Terasa Mau Mati

Keuskupan, maret 2009

Mongli datang ke pertapaan untuk menghadap seorang petapa. “Hatiku hancur lebur. Periy. Pedih. Rasanya aku sudah mau mati.”

Si petapa tunduk ke tanah ke arah kanan. “Yesus pernah mengalami perasaan sepertimu! Bahkan Ia lebih dalam dan lebih dahsyat.”

“Apa yang bisa kulakukan? Ketika diam justru diserang oleh tangan tangan nakal dengan keras.”

“Hardiklah kegelapan dengan tegas dalam nama Dia!”

“Bekerjalah di dalam sejarah hidupku, Tuhan.”

“Dia bekerja penuh misterius. Percayalah anakku!”

“Terimakasih bapa petapa.”, sang pemuda meninggalkan pertapaan dengan bekal bahwa Tuhan akan campurtangan di dalam hidup.

Cocoa ULTAH

 

Pantai Tikus, 5 Maret 2009

100_1460 

Di hari ULTAH ku, ibu bertanya kepadaku,

Nak engkau menginginkan apa dariku?”

 

Aku menjawab,”aku menginginkan cocoa.”

 

Ibu memberikan cocoa di hari ULTAH ku.

 

Lalu aku bertanya kepada ibu ku,

“ibu menginginkan apa dariku?”

 

Ibu menjawab,” aku menginginkan engkau memakai jubah putih!

Engkau berjalan di jalan lurus!

Engkau bahagia lahir dan batin, dunia dan akhirat!”

 

Ibu tidak menginginkan makanan? Ibu menginginkan kebahagiaan dariku?

 

Hatimu sungguh agung.

Aku memikirkan ego , sedangkan engkau memikirkan anakmu.

 

Puisi Usang