Bervibrasi

Puri sadhana. 21 januari 2018

Panca indera berkontak dengan dunia di sekitar kita, misalkan kita melihat atau kita mendengar. Apa yang kita lihat dan kita dengarkan dari luar menimbulkan pemikiran : proses berfikir berlangsung. Setelah timbul pikiran maka muncul lah perasaan: perasaan senang atau susah, menangis atau tertawa, semangat atau lesu, tertawa atau marah, iri hati atau rendah hati dst. Perasaan perasaan itu mempengaruhi tubuh kita dan tubuh kita mulai bertindak melakukan sesuatu. Saat kita tertawa muka kita cerah, sedang ketika kita sedih muka kita kusam. Saat kita takut detak jantung kita meningkal, waktu kita tenang irama jantung kita teratur.

Kita perlu selektif dalam melihat, mendengar, membaui, perasaan supaya timbullah pikiran perasaan yang memberdayakan hidup kita.

Jika di sekeliling terjadi peristiwa buruk, maka kita perlu menyetel cara berfikir kita dengan memikirkan hikmah yang Tuhan hendak disampaikan melalui peristiwa tersebut.

Berusaha setiap waktu memancarkan vibrasi yang tinggi dengan selalu bersyukur, dalam segala hal dan menempatkan Allah di pusat hidup kita. Kita menyadari penyertaan Allah dan kedekatan Allah dengan kita. Vibrasi yang baik akan mengubah keadaan di sekitar kita menjadi lebih baik. Keadaan yang lebih baik akan membantu pikiran kita baik. Pikiran baik akan membantu perasaan kita baik. Perasaan baik akan membantu tubuh dan perilaku kita menjadi lebih baik.

Salam dari puri sadhana yang baru saja selesai turun hujan

Air susu dibalas dengan air tuba

Tidak ada yang bisa menandingi kasih Tuhan, Dia menyerahkan Putera tunggal – Nya agar kita mendapatkan keselamatan.

Saya sempat terkejut ketika seorang pertapa memaparkan bahwa setiap kali kita memakan lauk hewan apapun kita sudah mengorbankan nyawa hewan itu. Berkat pengorbanan nyawa ayam kita menjadi sehat. Berkat pengorbanan nyawa babi, tubuh kita menjadi kuat, berkat pengorbanan nyawa sapi atau ikan , kebutuhan protein tercukupi. Karena pengorbanan nyawa maklhuk hidup maka kita bisa berkembang dari bayi, anak anak , remaja tua, dan akhirnya baru mati.

Nah , saya khan sudah vegetarian dan enggak pernah mengorbankan nyawa makluk hidup.”

Benerkah? Bukankah hampir setiap hari kita makan nasi, sayur dan merebus air untuk membuat kopi atau teh, saat air mendidih, ribuan mikroba sudah berkorban untuk kita sehingga kita bertumbuh kembang.

Bener juga ya jika persepsi kita demikian, setiap hari banyak maklhuk hidup sudah mengorbankan nyawanya untuk hidup kita.

Jadi saya bisa lebih mudah memahami betapa luarbiasa Yesus mengorbankan nyawa – Nya, supaya kita hidup lahir dan batin.

Wah wah apakah selamanya saya maklhuk hidup dan Tuhan yesus mengorbankan diri selamanya untuk saya? Apakah ada rasa syukur atas kasih Allah melalui berbagai macam peristiwa? Banyak maklhuk hidup dan Yesus sendiri sudah memberikan teladan demikian, kapan kita mulai mengorbankan nyawa kita untuk sesama maklhuk hidup dan Tuhan?

Kadang atau banyak acapkali ego membuat perilaku kita demikian : cukup maklhuk hidup dan Yesus berkorban untuk saya selamanya asal jangan aku. Duileh egois banget! Hanya dengan mematikan ego / mengeluarkan ego dari ruang hidup dan menjadikan yesus atau Allah sebagai pusat hidup , kita baru berani berkorban untuk sesama, Tuhan dan selalu bersyukur atas segala hal.

Sintesa Dua Gen

2 jam perjalanan ditempuh dari puri sadhana kebun sahang pangkalpinang ke tobali dengan motor bebek untuk pelayana misa di Rias dengan jumlah umat 7 kk . Lumayan capek duduk di atas motor 2 jam. Sesampai di pastoran langsung membaringkan diri tidur lelap.

Bapak karmiyo mengetuk pintu kamar mengantar rebusan sukun dan langsung pst minta agar beliau menservice motor yg kendor rantai nya ke bengkel. Sementara dia ke bengkel, ko abun menemani duduk minum.kopi dan makan sukun rebus. “Pst nanti saya ajak pastor beli buah di dekat dermaga.” Berulangkali beliau mengucapkan hal itu. Hahaha … ada saja burung gagak menyediaka makanan untuk nabi elia. Melalui uluran tangan kasih umat Allah memelihara.

7 kk semua orang jawa, transmigran dari lampung, 1 kel yang menikah dengan orang tionghoa. Jawa tionghoa ini bisnis beli padi digiling dan dijual ke kota pangkalpinang seminggu sekali. Darah bisnis mengalir dalam darah anak anak mereka. Kehidupan ekonomi berkembang pesat dibandingkan dengan stasi stasi lain yang aseli dan menikah dengan sesama dari NTT. Percampuran dua gen berbeda menghasilkan perbedaan. Demikian juga umat stasi simpang rimba masuk dalam paroki st bernadeth pangkalpinang lebih maju dalam banyak aspek ketika ada perkawinan silang NTT jawa atau NTT tionghoa.

Stasi tobali dan rias masuk dalam wilayah paroki st fx koba jauh lebih maju dengan perpaduan banyak suku budaya dan pendidikan.

Tobali jam 2215 wib sudah sunyi. Kompleks sekolah, biara prr, dan gua maria.

Allah adalah kasih

Kasih adalah anugerah Allah. Anugerah tersebut bukan semata mata usaha manusia. Karena Allah telah menganugerahkan kasih dan lebih dahulu mengasihi kita, maka pantaslah kita mengasihi Allah dan sesama. Jika kita tidak bisa mencintai yang kelihatan bagaimana kita bisa mencintai Allah yang tidak kelihatan? Bagaimana bisa kita iri, benci, dendam, marah, loba serakah dengan sesama bisa bersujud kepada Allah? Jadi adalah mutlah kita mencintai sesama dan Tuhan. Ketika kita melihat orang sakit kita merawatnya. Ketika kita melihat orang lapar kita memberinya makanan. Ketika kita melihat orang yang haus kita memberinya minuman. Ketika kita melihat orang tak berpakian, kita beri pakaian, ketika kita melihat orang asing , kita beri tumpangan, simple gampang dan sesederhana itu latihan cinta kasih, untuk bisa.membalas kasih Allah yang telah lebih dahulu mengasihi kita.

Menangis dengan orang yang menangis. Tersenyum dengsn orang yang tertawa. Berduka dengan orang yang berduka. Rasa merasakan rasa orang lain dengan hati, menurunkan nalar ke hati. Kedamaian muncul bervibrasi di kedalaman hati dengan berempati dan mengembangkan sayap sayap kasih.

Terbang dan terbanglag jiwaku menembus langit untuk menjadi langit biru , bukan menjadi awan yang bergerak dan berubah setiap waktu diterpa angin.

Puri sadhana, jumaat 11 januari 2019

karena …. maka …. pasti …

sabtu, 4 januari 2014

Sebuah rahmat tuhan bisa hidup bersama dg para pertapa. Berijut hanya kisah kasih Alkah

Di tengah hutan hiduplah 4 orang pertapa lelaki. Dua diantaranya gemar bercocok tanam, dua yang lain gemar menulis. Si Mic mengembangkan tanaman organik dan si Pas mengembangkan kopi arabica dan robusta.

 

Area pengembangan tanaman organik bebas dari mesin potong rumput, pestisida, pupuk kimia, dll. Sedang si Pas merintias sayuran organik dengan sistem tumpangsari di cela-cela kopi dengan dibantu oleh sepasang suami isteri. Mereka sudah mengerti aturan main di pertapaan bahwa setiap orang dilarang menggunakan insectisida.

 

Menjelang makan siang seorang imam pertapaan menikmati sayur mayur hijau sembari duduk bersama sepasang petani. Tiba-tiba bapak itu nyeletuk di luar konteks pembicaraan,”seandainya saya diijinkan memakai insectisida dan pupuk organik, maka tanah ini menghasilkan banyak sayur.”

 

Tamu tersebut tidak begitu menganggap pernyataan itu, karena ia menjawab sendiri,”saya tahu bahwa di pertapaan ini dilarang menggunakan insectisida dan pupuk an organik.”

 

Dia kembali ke pertapaan dan menyampaikan pemikiran petani baru tersebut kepada pertapa Mic. Petani tumpang sari di kebun kopi baru saja berkata,”seandainya saya diijinkan memakai insectisida dan pupuk organik, maka tanah ini menghasilkan banyak sayur.”

 

Menurut tamu itu, bahasa adalah alat berfikir. Semua perilaku manusia adalah hasil dari pikiran. Jika dia berfikir demikian maka cepat atau lambat pasti dia akan menggunakan semprotan bahan kimia dan pupuk anorganik.

 

10 hari kemudian tamu tersebut menyaksikan pemandangan menakjubkan, petani tersebut merealisasikan pernyataan yang pernah diucapkan. Ia menyemprot sayur mayur dengan semprotan insectisida organik dan selalu memakai pupuk mutiara.

 

Hampir selalu apapun yang kita pikirkan dan niatkan dengan kesungguhan hati menjadi kenyataan dalam perilaku. Menjadi semakin jelas ketika pikiran tersebut disampaikan kepada orang lain dengan intensitas emosi yang kuat. Karena pikiran senantiasa mewujud dalam perilaku, pentinglah kita berfikir yang memberdayakan diri dan sesama dan menjauhkan pemikiran yang merusak diri sendiri dan orang lain.

imanuel, Tuhan menyertai kita

Sayap-sayap Patah

Selasa, 31 Desember 2013

 

Misa malam tahun baru di GSG St Theresia dari Kanak-kanak yesus Lembah Karmel Cipanas Jawa Barat dimulai jam 22.00wib. Sebelum memulai Ekaristi umat mengadakan pujian dan penyembahan dan Rosario di aula lama di lembah Karmel.

 

Pukul 2145 semua imam dan misdinar sudah berkupul di panti imam (sangkristi). Konselebran utama ekaristi penutupan tahun adalah Rm Atanasius CSE. Beliau membagi-bagi tugas di antara rekan imam: petugas bacaan injil, doa umat, persembahan, dan MC. Semua petugas ekaristi mengkonsultasikan segala hal kepada konselebran utama.

 

Setelah mengenakan Alba dan Kasula, saya berdoa Rosario. Setiap kali saya hendak ikut konselebran atau menjadi konselebran utama selalu berdoa Rosario. Karena menjadi imam adalah menjadi alter kristus. Menjadi alter kristus tidak cukup hanya mengandalkan kepandaian otak/kemampuan daya-daya manusiawi, namun mutlak mengedepankan iman dan doa para kudus di surga terutama bunda Maria.

 

Banyak laron beterbangan di sangkristi karena sejak dini hari turun hujan dan hampir setiap hari hujan. Seekor laron hinggap di atas alba putih di dada pastor.  Sayapnya sangat indah. Ia beterbangan ke sana dank emari dan berjalan mondar mandir di tubuh pastor untuk beberapa saat.  Laron lain menyusul hinggap di tubuh pastor. Keduanya bertemu dan bersatu. Mereka bersama-sama mengepakkan kedua sayapnya. Secara bersamaan sayap-sayap tersebut rontok. Laron pertama berada di depan dan laron kedua berada menempel di ujung belakang. Mereka pergi kemanapun berdua dan bersama-sama.

 

Kita memiliki sayap. Kita memiliki kebebasan yang tak terbatas. Dengan sayap-sayap yang kita miliki kita mampu pergi kemanapun yang kita sukai. Kita mendapatkan kebanggaan atau perasaan senang  dengan bertindak demikian. Kita bangga dengan kemampuan terbang kita atau kita bangga karena kita memiliki kemampuan untuk terbang.

 

Semua hal di atas berubah manakala Roh Kudus terbang untuk bersatu dengan kita. Dia yang adalah Allah meninggalkan tahta-Nya di surga supaya Ia bisa tinggal dekat dan bahkan bersatu dengan manusia dan manusia diangkat menjadi anak Allah. Ia telah menanggalkan sayapnya apakah kita rela menanggalkan segala-galanya untuk setia bersatu selalu kemanapun dan dimanapun dengan Allah seperti laron itu? Apakah kita rela melepaskan segala kebebasan yang kita  miliki dan menyerahkan kebebasan tersebut kepada Allah?

 

Selasa, 31 Desember 2013 jam 23.55 wib Allah berbicara melalui ciptaan-Nya. Hadiah terindah di tahun 2013.

Tujuh Dosa Pokok

31 desember 2013, selasa

Ada tujuh dosa pokok yaitu sombong, dengki, cabul, serakah, iri hati, malas dan marah. Dosa pokok tersebut bisa melahirkan dosa-dosa yang lain. contoh kalau orang sedang marah terhadap orang lain, maka dia sangat mungkin bisa menjelekkan orang itu. dia bisa memukul orang itu. dia bisa membalas dendam terhadap orang itu. dia bisa menghancurkan orang itu dengan berbagai macam cara. di depan kawan-kawannya ia bisa menipu bahwa ia tidak pernah membenci supaya dipandang saleh, tetapi sebenernya di hati ada kemarahan.

Jadi satu dosa bisa melahirkan banyak dosa-dosa lain.

bagus kiranya kita rajin untuk mengolah satu demi dosa pokok tersebut dengaan bantuan Allah supaya kita semakin mencintai Allah dan mencintai sesama.

Tuhan Bersama Kita (mimpi-12)

selasa, 23 Oktober 2012

Aku berangkat dari rumah pukul 1450 wib menuju ke rumah Bayur di Batu Tabar pangkul bangka. Di samping pemancingan desa Air Mesu saya bertemu dengannya yang sedang mengayuh sepeda tua. Saya menghentikan motor supra vit di depannya dengan jarak 100 meter sehingga dari jauh Bayur melihat keberadaanku.

Tepat sekali dugaanku, dia menyapaku ketika ia melewati sampingku. Oh, orang tua mengerti tata krama walau dengan orang yang tidak dikenalnya. Melihat bayur begitu sopan, kita pun juga bersikap sopan terhadapnya, walau baju yang dikenakan kumal/jelek dan dia hanya mengenakan sepeda tua.

Melihat tubuh bayur sangat tua, maka saya menawarinya,”Marilah, pastor antar anda ke rumah anda!”

Dia menjawab dengan sangat tegas dan lantang,”dak!”

Kembali ia mengayuh seda, dan saya mengikutinya dari belakangnya. Laju motor menyamakan kecepatan laju sepeda, berkisar 10-15km/jam. Dengan kecepatan tersebut bayur mampu sampai ke rumah yang berjarak 20 km dalam waktu relatif cepat.

Ketika tiba di rumah Bayur, air dari langit turun. Bayur langsung berteduh di bawah atas seng tebal dengan ketinggian 2,5m dan luas ruangan 4x4m. Saya pun mendekat rumah Bayur, permisi berteduh di rumahnya, yang seperti kandang kambing.

Di atas panggung dengan kayu papan yang dipaku seadanya, saya bercakap-cakap dengannya. “Tuhan ada di diri kita masing-masing. Berdoalah sendiri kepada-Nya. Di sini atau dimanapun. Ketika anda berada di laut, Tuhan ada di laut. Ketika anda di darah, Tuhan ada di darat. Ketika anda di dalam hutan, Tuhan ada di dalam hutan. Ketika anda menaiki motor, Tuhan ada menyertai anda. Ketika anda di bawah, Tuhan ada di bawah. Ketika anda di atas Tuhan pun juga berada di atas, ketika anda di tengah, Tuhan pun berada di tengah. Ketika anda berada di belakang, Tuhan pun ada juga di belakang. Dimanapun anda berada berdoalah kepada Tuhan selalu!”

Sekalipun dia berumur +/-60 tahun, ia masih mampu mengarungi samudera dengan perahu karya jari tangan-Nya. Dia memiliki kekuatan hidup karena iman-Nya bahwa Tuhan selalu menyertainya dimanapun dia berada.

Lebih lanjut bayur menjelaskan pandangannya di tengah hutan belantara,”Tuhan itu tidak bisa dilihat dengan mata kita. Tuhan tidak bisa didengarkan dengan telinga kita. Tuhan tidak bisa kita sentuh dengan tangan kita. Tuhan tidak bisa kita kecap dengan lidah kita. Tuhan tidak bisa kita cium bau tubuh-Nya. Namun Tuhan sungguh ada dekat bersama dengan kita.”

Dalam kesempatan yang lain, saya hendak mengunjungi Bayur lagi. Jauh dari Rumah Bayur, saya sudah bertemu dengannya. Bayur berada di tempat yang baru. Atap nya adalah langit. Alasnya adalah bumi. Selimutnya adalah udara. Jauh lebih indah daripada gubuk nya di Batu Tabar, yang tanpa dinding.

“Tuhan memandang kita dari atas. Kita memandang Tuhan dari debu tanah kepada Tuhan yang berada di atas. Tuhan memandang kita, kita memandang Tuhan.”

Sumur Kitiran (mimpi-11)

Senin, 22 Oktober 2012

Saya berdiri di tepi sumur. Pandangan saya tertuju ke bawah. Air sumur bening sehingga tampak dasar sumur. Ketika saya terkagum-kagum dengan kejernihan air sumur, tampak di pertengahan sumur terdapat bongkahan dinding menonjol ke tengah. Saya katakan bahwa benjolan tanah itu bisa runtuh.

Belum lama saya memperkirakan hal itu, bongkahan tanah kecoklat-coklatan tersebut terlepas dari dinding. Dia melayang larut ke dasar sumur. Oleh karena saking bening air sumur gerakan bongkahan tanah tersebut tampak jelas. Ketika bongkahan tersebut bergerak dari pertengahan sumur ke dasar, air tetap jernih. Sekalipun bongkahan tersebut terlepas dari dinding menuju ke bawah.

Tuhan ada di dalam diri kita. Dia senantiasa memandang kita dimanapun kita berada. Karena Dia sangat dekat dengan kita, maka kita bisa bercakap-cakap dengan-Nya kapanpun dan dimanapun. Juga kita bisa memandang Tuhan, yang selalu memandang kita dengan hati bening.