Anjing Blesteran

 

  

Wisma keuskupan, 4 September 2008

 

 

Apa kegiatanmu 3 hari lalu?

 

Sabtu kemaren?? Aku  bebenah rumah, nyuci sprei, bersihin kamar, rumah. Nemenin anak2 main. Aku bebenah rumah, semuanya. Lap2 perabot, nyapu, ngepel dari mulai teras depan sampai dapur belakang. nyuci baju + sprei 2 kamar dari jam 5 pagi mpe jam 4an sore. Yg bebenah cuma aq karena suamiku ngajak main anak2. Siang jeda sebentar krn hrs nyuapin mereka makan.

 

Kau anak keberappa dari berapa? Nomer hpmu berapa dan nomer rumahmu berapa?

 

Aku anak pertama dari 2 bersaudara. Mo, jangan bikin penasaran gitu dong. Hp. 000087761911 dan 021-400754. Kenapa?? Rumahku sekarang belum jadi. Ada kamar 4 berikut kamar pembantu. 2 kamar mandi. Kamar depan sekarang yang menjadi kamar ibu bapakku dan anakku yang kecil adalah tempat tidurku sejak kecil.

 

Sekarang kau berada dimana? Di situ ada berapa kursi?

 

Di divisi aku cuma 7 orang. Divisi lain mah banyak

 

 Dari 7 kursi kau deret nomer berapa dihitung dari kiri?

 

Duduknya ga rata. Tempat duduk memakai partitur. 1 partitur melingkar. 3 orang duduk. Ada 2 baris. Aku duduk di baris ke-2, ke-2 dari kiri, dari kanan juga ke-2.

 

Ketika kau SMP kelas 2, kau duduk nomer berapa  dari depan

 

Aku duduk nomer 2 dari depan.  

 

Kelas 2 SMU kau sering duduk di bangku nomer berapa dari depan?

 

Aku sering duduk nomer 2 dari depan atau paling depan karena sering disuruh nulis di papan oleh guru.

 

Apakah ada yang mengesankan ketika kau berumur 4 tahun?

 

Mengesankan. Karena saya melihat jakarta dari puncak monas. Habis itu ga pernah lagi soalnya. Selain itu saat-saat pentingku, yakni saat, sidang, saat wisuda, saat pernikahan, saat melahirkan anak2ku, saat nemenin anak2ku sakit, atau suamiku di RS, saat nganter anakku yang besar sekolah pertama kali.

 

Wisudaku November 2002. Nikah 5 juli 2003. Anakku yang pertama lahir 6 April 2004. Anakku yang kedua 26 Maret 2007. Anakku sakit rata-rata 2-3 bulan sekali. Biasa dia batuk pilek.  Suamiku masuk RS 21 April 2007. Anakku yg besar masuk sekolah pertama kali 13 juli 2007. Anakku yang kedua lahir 26 Maret 2007. Aku pacaran dengan suamiku 27 Maret 1998

 

Bagus sekali. Apakah kau pernah mempunyai hewan peliharaan atau sekarang memelihara binatang?

 

Terakhir mati sehari sebelum aku ultah.  Jadi kita sepakat untuk tidak memelihara lagi. Selain itu sejak dari aku SD sampai kuliah aku memelihara anjing, burung kenari, dan burung beo. Aku pernah memelihara anjing sekitar 13-15 tahun. Anjingnya campuran herder dengan kampung. Jumlah anjing blesteran pernah sampai 4.  Terus dikasih2 orang. Jadi anjing sisa 2. Selain itu saya pernah mempunyai satu anjing turunan ras belanda, tetapi dia mati sakit jantung. Burung kenari warna kuning. Sekarang aku mempunyai sepasang kura2. Tadinya berju lah 3. Tak lama kemudian mati 1.

 

 

Jadi di antara anjing dan kenari, kau lebih suka yang mana?

 

Anjing

 

Oh .. bagus sekali. Asyik ya. Kau mengatakan bahwa kau menikah dengan orang Flores? Suamimu berasal dari flores? Pernahkah kau pergi ke kampung halaman suamimu belum? Apa yang menarik di Flores? Katanya di sana hanya bebatuan ya?

 

Aku pernah ke sana Natal kemaren. Penduduk nya welcome dengan aku dan anakku. Aku juga merasa merasa disambut dengan baik. Kesanku mereka rata2 malas karena dimanja sama alam. Aku bingung karena jam 7 masih belum buka pintu dan jendela. Padahal aku terbiasa bangun jam 4.30-5 sampai bingung mau ngapain. Kalau di Jakarta aku sudah berada di bis atau sudah sampai kantor.

 

Di kampung halaman suamiku bagus. Indah pemandangannya. Tanah subur. Kampung suamiku daerah pegunungan yang dingin. Alami. Hijau. Oksigennya banyak. Tidak ada polusi. Sejauh mata memandang yang ada cuma hijaunya hutan. Tetapi aku tidak tau hutan apa.

Apa yang paling mengesan di sana bagimu waktu itu?

 

Waktu aku mau pamit pulang. Di dekat rumah mama ada kapel. Aku disuruh ngomong ama kakakku yang pastur. Aku tidak bisa ngomong apa2, karena terharu ama kebaikan mereka. Jadi aku cuma bisa bilang terima kasih atas ketulusan mereka kepada ku dan anakku. Terus aku nangis. Selesai misa aku dipelukin dengan semua orang. Semua umat yang hadir di misa hari minggu itu nangis karena melihat aku mennangis.

 

Aku terharu karena mereka tulus banget. Kata suamiku, ini kali pertama ada pendatang yang bikin nangis orang sekampung. Waktu kakak iparku yangg orang jawa dateng ke kampung sampai sekarang tidak pernah orang sekampung sampe nangis karena balik ke Jakarta. Mungkin karena aku terlalu mellow.

 

Mengesankan sekali. Kau membawa oleh-oleh dari sana?

 

Aku membawa kopi, kain, kain tenun. Semua dibawain oleh mereka. Apa sangkut pautnya dengan diri? Aku tidak mempunyai luka batin selama ini.

 

Ketika kau menceritakan pengalamanmu di atas tentang tempat duduk di kantor di sekolah dan di bus, kau menceritakan kondisi dirimu yang paling jujur. Demikian juga ketika kau menceritakan binatang peliharaanmu dan cerita kunjunganmu ke kampung halaman suamimu. Berdasarkan data-data di atas saya bisa menemukan beberapa hal tentang dirimu yakni tubuhmu sehat. Pikiranmu bagus. Hatimu jernih. Tidak ada beban berat di dalam hidupmu. Cara pandangmu bagus. Keyakinan keyakinan di dalam dirimu bagus

 

Romo tau dari mane??????????

 

Kau mudah terharu. Perasaanmu tajam. Hatimu jujur. Kau tulus dalam membantu. Sebenarnya tubuhmu subur, masih bisa mempunyai anak. Di umur 2-4 tahun hidupmu bahagia, masa kecilmu bahagia. Hanya terkadang kau mudah menebak pikiran orang dengan perasaanmu.

 

 

 

 

 

 

 

Kau menikah dengan lain suku, maka anakmu jadinya blesteran seperti anjingmu. Jumlah anjing adalah 4. Kalian memberikan 2 ekor kepada orang lain. Sisa anjing di rumah 2 ekor. Jumlah Keluargamu ada 4 orang, yakni ibu, bapak, kau dan kakakmu. Demikian juga keluargamu sekarang berjumlah 4 yakni kau, suami, kedua anakmu.

 

Ada kemiripan sifat-sifatmu dengan sifat-sifat anjing, yakni 1) anjing setia kepada tuan, demikian juga kau setia kepada suami.

 

2) Gongongan anjing bagus, kau pun cerewet.

 

3) Anjing belanda cerdas, kau juga cerdas,

 

4) Anjing belanda cantik, kau juga merasa diri cantik,

 

5) Kau punya anjing blesteran, maka kau pun nikah silang dengan orang flores. Hasilnya adalah blesteran.

 

6) Jumlah anjing adalah 4. Jumlah keluarga orang tua adalah 4. Jumlah keluargamu adalah 4.

 

7) 2 anjing diberikan ke orang. Orang tuamu melahirkan dua anak. Orang tuamu mengiklaskan diri 1 anak untuk menjadi imam. Mereka memberikan anaknya kepada Tuhan. 1 lagi, yakni kau diberikan kepada suamimu. Dalam tradisi di Flores, lelaki melamar wanita dengan membawa gading. Pihak lelaki MEMBELI WANITA ITU DENGAN GADING, MAKA SETELAH DIBELI. WANITA ITU MENJADI MILIK LELAKI/PIHAK KELUARGA LELAKI. Setelah menikah lelaki itu berhak atas wanita itu. Perpaduan cina dengan Flores melahirkan blesteran anak blateran seperti anjing kampung dengan anjing Belanda.

 

8) kau suka kenari. Bulu kenari indah. Kau juga terkesan suka dengan keindahan. Atau kau ingin cantik seperti kenari. Kenari juga berkicau merdu, kau juga suka berkicau deh. Kenari hanya bertelor 2 butir, menetas menjadi 2 ekor. Jadi jelas anakmu sangat mungkin hanya 2.

 

Amin…amin….anakku cukup 2 aja. Sekarang tinggal mbesarin saja. Suatu saat aku setelah menerima komuni, aku berdoa seperti biasa. Saat itu terdengar sangat jelas di telingaku ada yang bilang begini, anakku, Aku sangat berkenan dengan anakmu yang kedua, jody. Suatu saat ia akan kupanggil utk menggembalakan umatku. Aku kaget. Terus aku langsung melek. Kupikir ada yang berbicara di sebelahku. Ternyata ngga ada. Ada penjelasan?? Tettapi kalau pun bener Tuhan bilang gitu, aku juga tidak berkeberatan koq. Aku seneng, karena aku bisa memberikan yang terbaik buat Tuhan.

 

Itu pengalaman sangat pribadi. Sejauh pengalamanmu membuatmu semakin mencintai Tuhan, maka silahkan saya meyakini sebagai kebenaran pribadi. Keyakinan tersebut akan mempengaruhi perilakumu agar kau mulai saat kini menyiapkan anakmu untuk diberikan kepada Tuhan. Sehingga sejarah keluarga terjadi lagi. Yang sekarang ada, dahulu sudah ada, dan yang akan ada sekarang sudah ada.

Please Give Me a Puppy !

Stress and depression disappear in the presence of a lovable canine companion, racing at full speed to greet you. This is definitely what I need to give my mind a break from stress and lonely feeling that haunt me everyday. Five years of attempt, five years of loneliness, five years of sadness. I have asked for a puppy almost for half of my life and I still haven’t got the idea why I couldn’t have one. I mean, dogs are man’s (and woman’s actually) BEST friend! I believe my family was the only one who’s going to be better than a good, well trained canine companion.

 

Even though, I’m inside an Islamic country, and my maids can’t touch it, so what!! They’re not the one who’s going to take care of my dog; it will be me, and only me. If you say I got no responsibility, time, knowledge, and power for a puppy, you’re extremely wrong. One day, I found a puppy that is not really taken care by his owner. So every day, I give him milk, food and lessons for this puppy. I also wash him, and it seems that I care for this dog more than his owner. The dog also seems so like me better! When you say knowledge, you can see a bookshelf full of dog books inside my room, and I have read each and every single one of it. For time, I’m sure I can wake earlier to take my dog to a walk, and after school, I can spend time with him too. For power, it’s clearly not a problem for dog lovers. We can spend all day long without being tired, playing with a dog! So, how about considering getting me a puppy now? (NN, kelas VI SD, 5 September 2008, Kelapa Gading Jakarta Utara)

Pergulatan Shela

Wisma Keuskupan, 4 September 2008

 

Dia tertunduk di kursi rotan, kepalanya teklak tekluk, seperti manggut-manggut pertanda setuju bahwa hidup ini indah, sekali waktu dia berdiri memperagakan dirinya memakai rok, sepatu model tua, jubah cokelat seperti jubah para pastor kapusin, dan bermahkotakan duri. Tangan kanannya menuding-tuding di depan kanan tubuhnya.

 

Senyum tipis merekah di wajah ayu, rambut terurai lurus sebahu, getar-getar kasih menjalari sekujur tubuh, peredaran darah memacu menggetarkan seluruh tubuh, ada kepenuhan, ada cinta, ada kebahagiaan tiada tara.

 

Dia menggelinjang di antara bantal guling, mengecap nikmat cinta dari kekasih hati, ada aliran menyentak-sentak di dalam, akhirnya meledak, lepas. Ia lunglai tengadah ke atas, seluruh otot-otot kendur, seluruh tulang seperti copot, nafas setenang nafas bayi di pangkuan ibu, seperti bayi di dada ibu yang menyusu.

  

 

 

 

 

Cahaya Bintang

Aku duduk di beranda rumah,

Aku tengadah ke atas,

kulihat bintang bersinar,

dia menyendiri dari yang lain,

sekali waktu kabut putih menutupi sinarnya,

di lain waktu hembusan angin membuatnya bersinar lagi.

 

Hatiku masuk ke sinarnya,

membuat relung hatiku juga bersinar cerah. Seakan akan dia tinggal bersembunyi

di balik kisi kisi jiwaku.

KAU BINTANGKU

(Pst. Titus Budiyanto, keuskupan Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pangkalpinang 33147)

Logika Terbalik

“Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya Karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 16:17)

 

Saya sangat terkesan dengan pemikiran seorang pemikir dari jogjakarta, saya lupa buku dan penulisnya. “Ada mau tidak ada mau, asal tidak sepi.”

 

Coba cermati logika kedua pemikiran di atas. Seolah-olah berbeda dengan logika berfikir pada umumnya. Kalau mau, ya mau. Kalau tidak mau ya tidak mau. Kalau mau selamat, ya mempertahankan nyawanya, bukan menyerahkan nyawanya.

 

Apa kekuatan logika di atas? (Pastor Titus Budiyanto, Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pangkalpinang 33147)

Dia Mengangkasa Diiringi Sorak Sorai

Wisma keuskupan, 29 Agustus 2008

“Hampir setiap hari dia berangkat ke kampung-kampung untuk menjajakan dagangannya. Senja hari dia membawa uang sepundi-pundi untuk anak dan isteri tercintanya. Berulangkali dia bagi-bagikan hasil keuntungannya kepada saudara-saudari kandungnya atau orang-orang miskin. Dia memeras keringat dan membanting tulang demi meraih mimpinya untuk membahagian keluarga dan orang tuanya.”

“Harapan gemilang runtuh manakala Tuhan memanggilnya di senja hari. Ketika itu dia 10 menit meletakkan dagangan di gudang dan menyerahkan hasil keutungan penjualan kepada isterinya, pengelola harta benda keluarga. Dada kekarnya terasa sakit seperti ditusuk jarum. Nafasnya tersengal dan meregang.”

“Kini tubuhnya kembali menjadi tanah. Kenangan demi kenangan masih membayangiku. Kenangan itu mengikuti terus. Tolong doakan aku, pastor.”

Mari kita berdoa bersama kepada Tuhan untuk anda dan almarhumah. Saya berharap ibu mengulangi lagu-lagu singkat ini berulang kali. “Datanglah Tuhan, Datanglah. Datanglah Tuhan, datanglah. Datanglah Tuhan, datanglah. Oh Tuhan, datanglah.”

Tiga puluh menit setelah kami mengumandangkan lagu tersebut, kepala ibu itu miring ke kiri. Saya mengajaknya menyanyikan lagu singkat lagi. “Mari Masuk. Mari Masuk. Masuk dalam hatiku, ya Yesus. Bertahtalah di hatiku. Ya Yesusku mari masuk.”

Lagu-lagu singkat tersebut diulang ritmis. Perlahan-lahan dia masuk ke alam ketenangan yang sangat dalam. “Sementara ibu merasakan kehadiran Tuhan di dalam hati, saya menceritakan sebuah kisah. Ada seorang wanita. Dia bernama Maria. Maria mempunyai seorang suami, yang bernama Yosef. Maria melahirkan seorang anak lelaki. Anaknya bernama Yesus. Umur 33 tahun Yesus dihukum mati dengan disalib. Maria dan Yosef duduk bersimpuh di bawah Yesus. Setelah mati, Maria sempat meletakkan jenasahnya di pangkuannya. Jenasah anaknya dimasukkan ke dalam makam. Untunglah Yesus bangkit di hari ketiga. Dia sudah tidak ada di makam. Dia bersama kembali dengan ibuNya. Namun dia tidak berhenti sampai di situ. Maria merelakan anakNya naik ke surga, mulia bersama dengan Tuhan.”

“Ibu mengalami seperti Maria. Di umur 33 anakmu mati. Dia sudah dimasukkan ke dalam kubur. Di hari ketiga dia sudah bangkit. Apakah ibu percaya tentang janji Yesus bahwa barang siapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. (Yohanes 6:54)?

“Iya, saya percaya.”

“ Terimakasih atas kepercayaan anda. Perjalanan anakmu tidak berhenti pada kebangkitan, tetapi dia harus naik ke surga. Iklaskah anda melepaskan anak anda untuk naik ke surga bersama dengan Yesus?”

“Ya.”

“Marilah kita iringi kenaikan anakmu ke surga dengan berdoa bersama dengan bunda maria. Salam maria penuh rahmat, Ttuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu Yesus. Santa maria bunda Allah doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan pada waktu kami mati amen.”

Doa yang diulang-ulang membuat dia semakin trans. Ketika dia trans semakin dalam saya memintanya untuk membayangkan anaknya naik ke surga bersama dengan Yesus. “Lihatlah dengan iman ibu, hati ibu bahwa Yesus membopong anakmu. Semakin ibu cepat mendaraskan rosario, dia semakin cepat membumbung tinggi. Dia mengangkasa diiringi sorak-sorai. Dia berbahagia bersama Tuhan di surga.”

Dia meneteskan air mata selama dia mendaraskan salam maria. Saya membiarkan kedua tangannya terkatup sambil komat kamit berdoa salam maria. “Dengan telanjang dia keluar dari rahimku. Dengan telanjang pula dia kembali ke bumi pertiwi. Allah memberi hidup. Allah mengambil hidup. Terpujilah nama Tuhan.” (Pastor Titus Budiyanto, Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pangkalpinang 33147)

 

Tanggalkan Bajumu!

Wisma keuskupan Pangkalpinang, 28 Agustus 2008

 

Tubuh itu terbaring di atas ranjang. Ranjang itu terbuat dari papan kayu. Kayu dilapisi dengan tikar pandan. Balok kotak utuh menjadi bantal. Kelambu putih bergelayut menutup separoh ranjang. Matanya memandang ke kain putih. “Lepaskan semua pakaianmu!”

1 bantal menekan di atas dada. 1 bantal menekan di atas jidat. 1 bantal ditindis kepala. Kaos kaki hitam menutup cela-cela kaki telanjang. separoh kedua kaki tertutup rapat dengan celana panjang. Kaos merek 777 menutupi sebagian tubuhnya. “Aku setia menemanimu sepanjang waktu. Bergumullah dengan diriku, aku tidak pernah lari daripadamu.”

Cicak didinding itu merayap perlahan-lahan di samping tubuh. Perut nyamuk nakal sudah kenyang dengan darah. Dia mengintai nyamuk gemuk sebagai pesta makan malam. “Kau menyedot darah (roh) orang. Rohmu kutelan ke dalam diriku.” Hap! Kena kau!

Kepalaku miring menatap cicak di sampingku. pikiranku miring menyamping mengikuti alur cerita cicak. Hatiku blingsutan meraba-raba kebiadaban nyamuk dan cicak memangsa nyamuk. “Apakah kau sudah kenyang menyedot darah orang? Giliran kamu kenyang, kau akan digayang oleh orang.”

Kedua mata cepat cepat ditutup rapat. Dia merelakan darahnya dimangsa nyamuk. toh darah itu juga dimangsa cicak. “Aku tak mau kehilangan roh ku dan aku tak mau mencecap jiwa orang.”

Tubuh itu blingsutan di bawah selimut cotton hitam pemberian sahabat karib. Gugatan jiwa memberontak. Jiwanya bergelombang. di saat itu di dasar lubuk hati terdengar suara. “tenang-tenang mendayung di dalam doa laut terenang, sabda penguat doa resapkanlah di dasar hatimu. sedalam laut medanmu.”

Keheningan berubah menjadi pertempuran dahsyat. “Tanggalkan kasutmu.” (Pastor titus Budiyanto, Jalan Batu kadera XXI N0 545 A pangkalpinang 33147)

 

Menyatu

 Wisma keuskupan Pangkalpinang, 27 Agustus 2008

 

 Di tepi laut dia menyandarkan tubuh di ujung depan mobil. Kedua mata menerawang laut biru lepas. Langit memayungi keindahan tubuhnya. Kedua kaki sedikit amblas di pasir putih lembut. Angin senja menerpanya. Rambut hitam lurus terurai ke darat. Kedua tangan merengkuh kekosongan. Kedua ujung jari telunjuk kiri dan kanan ditusuk dengan jarum alam. Darah merah segar kedua kutub disatukan. Mulutnya berujar lirih, “Dua menjadi satu. Yang satu adalah dua. Dua hati menjadi satu. Yang satu adalah dua. Persatuan kedua kutub disaksikan oleh alam raya, segala yang tampak dan yang tak tampak.”

 

 Mobil itu ditinggalkan sendiri. Kedua kaki lembut melangkah menuju deburan ombak. Persatuan darah mengalir melahirkan keberanian dan tekat menerjang alunan ombak. Hati ciut melebar luas seluas jagat. Dia seakan mengantongi jagat raya, bukan jagat raya mengantongi dirinya. Seolah-olah dia melebihi segala ciptaan yang ada dan menyatu dengan segala yang ada. Alunan ombak mundur beberapa langkah seiring dengan langkah majunya. Dunia kecil seolah mampu menggerakkan dunia besar. Menakjubkan!

 

 

Selangkah demi selangkah dia menyatu dengan air laut. Separuh tubuh tenggelam. Darah di kedua jari dicelupkan ke air biru saudaranya. Bersamaan dengan tebaran darah anyir di kedua ujung jari jemari tenggelam di laut, guntur di langit menggelegar. Api langit memercik ke samudera raya. Angin topan berputar kencang membelai samudera raya. Dia terombang-ambing di antara air, bumi dan udara. “Aku dan Kau menyatu. Kau di dalam diriku, dan aku di dalam diriMu.”

 

 Badai mereda. Laut teduh. Langit biru cerah. Udara sepoi-sepoi membelai tubuh. Lekuk tubuh melangkah mundur menuju mobil panthernya. Pasir putih lembut membelai hangat kedua kaki mungilnya. Senyum menebar di seluruh raut muka. “Kau di dalam diriku, aku di dalam diri-Mu.” (Pastor Titus Budiyanto, Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pangkalpinang 33147)

 

Menanggalkan Diri

wisma keuskupan pangkalpinang, 27 Agustus 2008

 

Aku masuk semakin jauh dan jauh.

Kuraba diriMu di kedalaman dalam diri.

Trilyunan memori lapis demi lapis terkikis.

Yang ada hanya ketiadaanku.

Peganglah Aku, Tuhan.

Lingkupi seluruh diri dengan kuasaMu.

(Pastor Titus Budiyanto, Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pagkalpinang 33147)

Aura Melati

Wisma keuskupan, 27 Agustus 2008

 Tubuhku tertunduk melihat bunga melati itu. pikiranku melayang tersihir aura keindahannya. Harum wanginya memabukkan aku sehingga aku nggliyeng (mabuk). Jiwaku seakan terbang, walau tubuhku berjalan menapak bumi. Roh keindahannya menghantarku memasuki ekstase yang sangat dalam.

Aku rindu untuk menyatu dengan rahasia semerbak keindahan dan harum mewangimu. Getar-getar hati terdalam memancar. alam raya menghantarkan untukku padamu. semoga zatku juga menyentuh keberadaanmu.

 

 

Aku bahagia. aku terharu. aku menangis. (Pastor Titus Budiyanto, Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pangkalpinang 33147)