Keuskupan, 12 Desember 2008
coba saja kau berada di dalam ruangan gelap sekali, tiba tiba ruangan itu nyala terang sekali. kepala kita bisa puyeng tapi ketika kau tutup 1 mata, 1 mata terbuka. maka kau akan cepat sekali menyesuaikan diri. begitu lampu menyala, langsung mata yang tertutup tadi baru dibuka, dan mata yang dibuka tadi ditutup.
Mas Thomas berujar, “Thomas Rachman: ada film…orang buta kemudian dioperasi matanya…tapi dia bingung…not blind but can not see…” Mata mempunyai fungsi sangat penting di dalam kehidupan seseorang. Mata merupakan modal untuk menangkap kenyataan di luar dirinya. Kenyataan yang ditangkap tersebut menjadi gambaran di dalam dirinya. Bilamana sejak bayi dia buta, maka dia tidak mempunyai visual internal, sehingga ketika dia menjalani operasi, kedua matanya belum berfungsi dengan sempurna saat dalam waktu singkat.
Frater Pramodo berkata, “Seorang lelaki menjalani operasi mata. Pendonor mata adalah seorang wanita. Satu sisi mata lelaki, sisi lain mata wanita. Menurut pengakuan dia lebih lembut daripada sebelumnya.” Apakah cerita itu fakta atau gambaran frater pramodo, namun cerita tersebut mempunyai pesan mendalam. Di dalam diri lelaki ada kewanitaan. Di dalam diri wanita ada kelaki-lakian. Bilamana seseorang memadukan kewanitaan dan kelaki-lakian dalam menyikapi hidup, maka hidupnya mungkin lebih kaya.
Kalau begitu apakah mata sipit berbeda dengan mata lebar dalam memandang realitas kehidupan? Anastasia menjawab,” dokter berkata, sudut pandang mata sipit dan mata lebar berbeda. Mata sylindris lebih cenderung yang mata sipit.” Menurut Anastasia mata sipit berbeda dengan mata lebar.
Pater Titus berkopetensi memilih merpati. Mata bisa mencerminkan kwalitas merpati. Mata merpati berkwalitas tinggi mempunyai ciri-ciri antara lain yakni mata sipit, menjorok ke dalam dan di bagian ujung mata lancip adalah mata berkwalitas tinggi. Merpati seperti ini mampu memandang pasangan hidup (sasaran) dari ribuan mil. Dia berani menukik dan menjatuhkan diri dari ribuan mil dari atas kepala kita.
Menurut ramalan,”orang yang mampu menguasai dunia adalah orang yang bermata sipit” Bagaimanakah tanggapan kita atas pendapat tersebut? Mari kita simak mata orang-orang ngetop. Berdasarkan pemantauan pater Titus, rata-rata mata orang-orang terkaya di Indonesia adalah bermata sipit, menjorok kedalam dan lancip di bagian ujung. Demikian juga Nabi Lao tje, nabi Kong Hu Chu, Sidharta Gautama, Yesus, Paus Beneditkus XVI, Paus Paulus II. Boleh jadi bahwa 10 orang terkaya di dunia juga mempunyai mata sipit, menjorok kedalam.
Pebisnis handal di indonesia bermata sipit. Orang terkaya di Indonesia bermata sipit. Nabi Kong Hucu bermata sipit. Nabi Laot Tje bermata sipit. Sidarta Gautama bermata sipit. Jadi banyak orang bermata sipit adalah orang-orang berkwalitas.
Berdasarkan data di atas, mata sangat penting di dalam kehidupan seseorang. Modalitas merupakan kunci penting dalam pembentukan persepsi. Apakah kita mampu menjadi orang-orang handal dengan memodel persepsi orang-orang hebat di dunia?