KRK

Kebangkitan rohani katolik di gedung mario jhoen boen katedral jl gereja pangkalpinang dibawakan oleh team karismatik katolik jakarta.seorang yang memberi kesaksian mengaku mantan paranormal.dia bercerita bahwa ketika dia menjadi paranormal,banyak penderitaan menimpa keluarganya.setelah dia meninggalkan keparanormalannya,dia tidak pernah menderita.jadi anda jangan pergi&minta tolong kepada para normal.minta tolonglah pada Tuhan.Ibu lina,peserta karismatik,”kalau kita sudah mengikuti karismatik,kita tidak akan sedih/menangis.hidup kita akan bahagia,tersenyum.” Lan lan salah satu peserta KRK,”ku menangis kalau melihat orang menderita. Ku belum bisa ikut karismatik kalau begitu.” Yuyu menimpali,”ok,orang karismatik menyanyikan lagu gembira, pujian, syukur di waktu kehilangan orang yang dicintai seperti

Berpijak ke Nurani

Keuskupan, 22 Maret 2009

Bong ngi Tiam merasa kecewa dan terluka dengan sikap Eng Li karena Engli berniat menghancurkan jalan hidup. Bong ngi Tiam dengan berbagai cara seperti fitnah, pencemaran nama baik, pemutarbalikan fakta, dan lain-lain. Ia sangat terpukul dengan sikap Eng Ti. Niat tulus menolong dibalas dengan pengkhianatan.

Eyang Sayono adalah seorang petapa. Dia berasal dari kerajaan pejajaran memberi ilmu kepada Bong Ti. Dia mengaku keturunan kamandaka. Petapa itu memberikan sepenggal mantra untuk membalikkan semua kejahatan Eng Ti.
“Si setan kober (senjata kamandaka) tak pek gawemu, aku ora rumongso nggawe. Aku ora rumongso pandhe. Balekno sing nggawe. Balekno sing pandhe. Rawe rawe rantas malang-malang putung.”

Membalikkan semua kejahatan kepada si pembuat kejahatan akan berakibat fatal (menyakiti orang). Apa lebihnya kita bila kita mengasihi orang yang mengasihi kita? Orang humanis, atheis pun bisa melakukan hal itu.

Ketika nurani Bong Ngi tiam menggugat, timbullah perasaan gelisah – menderita. Dia sudah menderita, dia ditambah penderitaan. Menyadari bahwa cubit dibalas mencubit melahirkan penderitaan dan pemaknaan negatif atas perilaku kejam dari Eng ti maka ia kembali kepada hati nuraninya. Hati terdalam tidak pernah membenarkan tindakan buruk apapun dan walau tindakan itu mempunyai alasan logis. Kunci menyikapi kejahatan adalah memaknai sebuah pengkhinatan dari persepsi yang lain secara positif dan pijakan perilaku kita adalah hati nurani, yang diterangi oleh Firman Tuhan.

Bong ngi tiam kembali melangkah meniti kehidupan yang membentang. Dia berujar di tengah malam. “Tuhan tidak tidur. Biar Dia menjadi hakim atas hidup manusia.”

Keheningan

Keuskupan Pangkalpinang, 13 Maret 2009

Seluruh panca indera pasif dalam menyikapi stimulus dari luar diri. Memupuk kesadaran bahwa kita bersimpuh di depan Allah. Tuhan ada di depan, diri di sini. Diri di sini, Tuhan di situ. Dia ada di dalam diri. Diri ada di dalam Dia. Kita bersatu dengan Dia. Namun tetap beda manusia dengan Tuhan. Satu tetapi dua. Dua tetapi satu.

Kesadaran semacam itu akan mudah muncul manakala kita berada dalam keheningan. Keheningan membantu kita untuk mengamati gerak pikiran dan perasaan. Selembut apapun gerak keduanya yang jahat, maka dia akan tampak dengan jelas.

Hati nurani menjadi sangat gamblang dalam keheningan. Kita bisa bercakap cakap dengan dia.

suara dari lubuk hati kita akan membimbing kita menuju jalan lurus untuk semakin dekat dengan Tuhan.

Hati nurani juga akan mengajar kita untuk semakin menyempurnakan hidup kita untuk bisa semakin menyerupai gambar Allah.

Hati Pedih, Terasa Mau Mati

Keuskupan, maret 2009

Mongli datang ke pertapaan untuk menghadap seorang petapa. “Hatiku hancur lebur. Periy. Pedih. Rasanya aku sudah mau mati.”

Si petapa tunduk ke tanah ke arah kanan. “Yesus pernah mengalami perasaan sepertimu! Bahkan Ia lebih dalam dan lebih dahsyat.”

“Apa yang bisa kulakukan? Ketika diam justru diserang oleh tangan tangan nakal dengan keras.”

“Hardiklah kegelapan dengan tegas dalam nama Dia!”

“Bekerjalah di dalam sejarah hidupku, Tuhan.”

“Dia bekerja penuh misterius. Percayalah anakku!”

“Terimakasih bapa petapa.”, sang pemuda meninggalkan pertapaan dengan bekal bahwa Tuhan akan campurtangan di dalam hidup.

Mentolerir

Keuskupan, 11 Maret 2009

 

Seorang pemuda, Mongli datang berkunjung ke pertapaan Yung Fo. Dia bertanya kepada sang pertapa, “semalam suntuk tidur saya galau.”

 

Sang pertapa menjawab, “jangan mentolerir pikiran dan perasaan buruk!”

 

“Maksudnya?”

 

“Selaraskan seluruh pikiran, perasaan dan perilakumu dengan hati nuranimu, yang disesuaikan dengan sabda Allah.” Kata sang pertapa sambil mengelus tasbeh di tangan kanan. “Bila perasaan iri terhadap sesamamu didukung oleh pikiran rationalmu agar kau merasa benar, berarti kau mentolerir perasaanmu! Rasa Iri, Benci, Dendam tidak selaras dengan hati nurani dan sabda Allah. Jangan mentolerir kesalahan perasaan dan pikiran seperti itu!”

 

“Berat, guru! Aku belum sanggup!” Mongli meninggalkan pertapaan dengan sedih. “Begitu sulit menyelaraskan pikiran, perasaan dengan hati. Seringkali perilaku bejat keduanya ditolerir oleh diri sendiri dengan membungkam hati nurani.”

Kandas

Wisma keuskupan, 10 Maret 2009

 

Among mencintai Aming. Ketika Among mau meminang Aming, Aming menolak lamaran Among. Karena Aming masih terikat dengan janji dengan Ameng. Among berulangkali berjuang merebut hati Aming. Aming dihadapkan pada dua pilihan. Among atau Ameng.

 

Keputusan Aming terhadap perasaan Among yakni, “Saya tetap berjalan bersama Ameng. Bila kita nekat menikah, maka kita melawan kehendak Tuhan. Kita tidak mungkin melawan Tuhan. Bila kita nekat melawan Tuhan, maka kita pasti kalah. Kita menyerah kepada kehendak Tuhan dan mengikuti kehendak Tuhan!”

 

Among menggaruk-garuk kepala. Ia pergi dengan sedih meninggalkan Ameng. Perasaan sering mempermainkan Among dan Aming. Namun manusia hendaknya berani mengatasi perasaan dengan kembali kepada komitmen semula dan mendengarkan hati nuraninya.

 

Sabda Lolo

keuskupan, 9 Maret 2009

 

Selama ini Lili hampir tidak pernah memakai rok. Kemanapun dia memakai celana pendek atau celana panjang. Teman-teman Lili wajar kalau menjulukinya sebagai si Tomboy. Nasehat teman, suami, kakak, ayah atau siapapun tidak akan mengubah kebiasaannya.

 

Pukul 15.00 wib ketika mereka makan durian, Lolo berkata kepada Lili, “Kau cantik. Kau langsing. Semakin cantik dan feminim bilamana kau sekali waktu memakai rok.”

 

Pukul 18.00 wib Lili menjemput Lolo untuk pergi ke pesta. Dia memakai rok. Perjumpaan Lili dengan Lolo mengubah kebiasaan Lili. Banyak kesempatan resepsi Lili sering memakai gaun indah.

 

Perubahan seseorang bisa terjadi ketika kunci perubahan itu sudah terbuka. Justru melalui kegiatan yang sepele ucapan kita justru mudah menancap di pikiran bawah sadar. Bila demikian maka kata-kata tersebut mampu mengubah perilaku orang ke arah positif atau negative. Maka berhati-hatilah bertutur kata kepada sesama kita.

 

 

Kunci Kemelimpahan

Keuskupan, 8 Maret 2009

 

Ketika Abraham mempersembahkan Ishak anaknya di tanah di atas gunung,Tuhan berkata kepadanya, “jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku. Karena engkau berbuat demikian maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh karena keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengar sabda-Ku.”

 ekaristi-di-trubus

Abraham memberikan milik paling berharga yang dimilikinya, tetapi dia justru mendapat berkah melimpah dari Tuhan, yang diberi anaknya.

 

Seorang nenek moyang di antara kita pernah menulis, “Ia, yang tidak menyanyangkan Putera-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimana mungkin Ia tidak menganuriakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia.”

 

Tuhan memberikan putera-Nya yang paling disayangi, tetapi Allah justru kekal dan sumber berkat.

 

Nenek moyang kita bersama dengan 12 murid-Nya berkumpul. Ia berkata kepada para murid-Nya, “Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan aku.”

 

Nenek moyang kita memberikan nyawa-Nya untuk dimakan murid-murid-Nya, agar murid-murid-Nya memperoleh hidup, selamat lahir dan batin. Tetapi justru keiklasan Dia memberikan nyawanya, Dia bangkit dari mati (Dia mendapatkan hidup abadi).

 

Ketika Kita memberi, kita justru mendapatkan. Ketika kita mempertahankan milik demi kepentingan diri sendiri, suatu saat kita akan kehilangan.

 

 

Hopis Nenek

Pasir padi, 7 Maret 2009

Pengusaha muda ketika mengunjungi arah nenek moyangnya berkata,” waktu kecil beliau beri saya permen dari gulajawa yang dimasak dan ditancapkan di sebatang bambu kecil. (Golali). Semenjak hidupnya beliau hidup sederhana, tetapi setelah beliau meninggal tempat kubur di puncak bukit, tempat tertinggi dari semu kubur yang ada di pekuburan jalan koba pangkalpinang. Mungkin beliau orang beriman, saleh&baik. Bahkan beliau meninggal ketika berdoa di dalam gereja. Sedangkan letak kuburan seorang juragan besar kurang terawat gelap dan di bawah. Ini merupakan kebetulan atau berkat? Yang bisa dipetik adalah ketika kita rajin berdoa, baek dengan sesama maka kita bahagia bersama Bapa disurga.”

Berhadapan dengan kematian semacam ini seringkali masih banyak misteri yang belum tersingkap dengan gamblang. Berpijak dari iman, semua umat beriman kepada Tuhan dan hidup saleh di hadapan sesama tentu akan dibangkitkan pada akhir zaman. Hidup hanya berubah dan bukan dilenyapkan. Dia ada dan sempurna bersama dengan Bapa. Dia ada walaupun tiada.

Dewi yang mendampingi suaminya berpendapat,” mereka yang telah melaksanakan tanggungjawab di dunia dengan sempurna, mereka menjadi para santo dan santa. mereka masih berelasi dengan manusia yang masih hidup di dunia atas dasar cinta Tuhan.”

Berdiri di tengah tengah terkadan bisa mengingatkan kita untuk bersikap rendah hati, semua manusia pejabat atau pejibit akan mengalami kematian. Mereka akan menerima ganjaran sesuai dengan perbuatannya di dunia dan imannya di dunia.

Senja sudah merayap di ufuk barat. Terimakasih Tuhan Engkau sadarkan kami akan kesementaraan hidup dan bersikap rendah hati selama hidup di dunia.

Cocoa ULTAH

 

Pantai Tikus, 5 Maret 2009

100_1460 

Di hari ULTAH ku, ibu bertanya kepadaku,

Nak engkau menginginkan apa dariku?”

 

Aku menjawab,”aku menginginkan cocoa.”

 

Ibu memberikan cocoa di hari ULTAH ku.

 

Lalu aku bertanya kepada ibu ku,

“ibu menginginkan apa dariku?”

 

Ibu menjawab,” aku menginginkan engkau memakai jubah putih!

Engkau berjalan di jalan lurus!

Engkau bahagia lahir dan batin, dunia dan akhirat!”

 

Ibu tidak menginginkan makanan? Ibu menginginkan kebahagiaan dariku?

 

Hatimu sungguh agung.

Aku memikirkan ego , sedangkan engkau memikirkan anakmu.

 

Puisi Usang