Berkah Ibu atau Kebetulan ?


Ibu Er , lulusan D3 dari kota Malang, datang dari jauh ke pondok doa di puri sadhana kebun sahang. Penghasilan suami mencukupi untuk kebutuhan keluarga. Ekonomi bukan lah yang mendorong nya untuk datang, tetapi hati tidak damai, sering marah dan benci. 


Ketika penghasilannya pas pasan   dia pernah mencaci maki mama kandung, memarahi, dst. Dia mengungkit ungkit sikap kasar mama yang sering memukul, mencaci maki dirinya.  Kini giliran dia kuat dan mama melemah gilirannya memperlakukan mamanya seperti dulu dia memperlakukan dia. 


Sekalipun tinggal berdekatan, dia tidak mau menyapa atau bercengkerama. Aura kebencian  marah dan dendam mengenyahkan kedamaian hati.
Buah buah roh adalah kasih. Kasih adalah maha rahim, maha murah hati, dan melayani. Sedangkan kebencian, dendam dan amarah bertentangan dengan roh kudus.


Setelah memandang masa kecil yang melukai perasaan nya dalam terang Tuhan dan menerima sakramen tobat, dilanjutkan mencuci kaki mama, kedamaian menyelimutinya. 


Bertepatan dengan pengalaman akan kerahiman Tuhan, lamaran nya menjadi guru di yayasan tunas karya dikabulkan pihak yayasan. Mulai tahun ajaran baru pihak yayasan meminta nya memulai mengajar. 


Padahal dia sudah “tidak mengharapkan lamaran nya dikabulkan karena sudah cukup lama.” Nah loh, apakah hal ini berkah dari ibu kepada anak nya atau sebuah kebetulan belaka?

Setiap kejadian dalam hidup kita di masa kecil atau masa sekarang sering menjadi pengalaman indah untuk hidup kita. Di balik pengalaman apapun Tuhan sering hendak mendidik kita.

Kasih adalah Obat Luka Jiwa

Seorang  ibu, ( sebut saja ce sia) umat di santo yoyakim  pangkul pangkalpinang menceritakan melalui telepon tentang kondisi “anaknya” sepulang dari jambore di belinyu bangka. 


Menurut penuturan , anaknya ( sebut saja noni) melihat seorang ibu menggendong anaknya. Ketika ibu tersebut mendatangi anak nya, dia pingsan.

Team medis segera membawa noni ke ruang perawatan dan ditangani oleh dokter. Dokter segera membawa ke rumah sakit terdekat. Di rumah sakit pun noni juga melihat ” hantu “


Kejadian di atas sudah seminggu yang lalu. Senin malam noni berteriak teriak lagi. Dia ketakutan dan tidak bisa tidur semalam suntuk. Katanya, dia melihat lagi jiwa jiwa yang telah meninggal di rumahnya. Jiwa jiwa tersebut terus mengikutinya.


Ya penanganan medis oleh dokter penting, doa juga penting lho   ujar pastor.


Segeralah bawa ke purisadhana, kita bisa berdoa bersama untuk anak ibu. ” datanglah yang letih lesu dan berbeban berat, maka Aku memberi kelegaan kepadamu.” Mereka segera meluncur ke puri sadhana. 


Dua orang ibu mengantar si noni. Setelah mereka duduk di depan bunda maria, pastor mengajak mereka berdoa rosario untuk mendoakan jiwa jiwa yang telah meninggal dunia. 


Melihat hati noni sudah damai dan tenang barulah pastor menanyakan pengalaman noni. Yang dipaparkan oleh noni  sama persis dengan yang dipaparkan oleh ce sia yang menelpon pastor. Memang ada beberapa tambahan detail dari si noni, muka ibu yang menggendong berdarah darah, sedang bayi nya sehat. Ibu tersebut dilihatnya di dekat pohon bambu.


Ketika pastor menyuguhi tamu ilahi kopi telor, si noni minum setengah gelas dan dia memberikan kepada ce sia, ” pho pho saja yang minum.” Ujar noni.


Nah ini dia , akar masalahnya. Ketemu deh! Duduk persoalan bukan hantu atau arwah melainkan luka jiwa. Pastor memisahkan mereka untuk menggali lebih detail tentang riwayat mama kandung noni.


Oh, ce sia adalah pho pho noni dan bukan ibu kandung? Ujar pastor. ” noni, dimanakah ibu mu?”


Noni memandang pho phonya. Pho pho nya menangkap. “Orang tua noni bercerai / berpisah. Noni tinggal bersama  saya sedangkan Si bungsu tinggal bersama dengan ayahnya.


Cahaya pengharapan muncul. Duduk persoalan noni bukan persoalan hantu atau arwah wanita yang menggendong bayi. Perasaan ditinggal atau dibuang oleh ibu kandung jauh lebih melukai perasaan jiwanya.

Penglihatan noni atas arwah seorang ibu dengan muka berdarah menggendong anaknya adalah proyeksi mama kandungnya menggending noni. Noni selalu mengkhawatirkan keadaan mamanya. Setiap muncul ingatan tersebut sekujur tubuh dingin mengejang dan pingsan.


. ” noni, maafkan ibu mu dan doakan dia terus menerus. Sudikah engkau memaafkan dan berdoa untuk mamamu setiap kali kau berdoa?”


“Mau pastor.”


Mari kita berdoa rosario untuk mama dan jiwa jiwa di api penyucian agar mereka bahagia di surga.”


Kasih itu murah hati, kasih itu maha rahim dan kasih itu melayani. Kasih adalah obat mujarab penyembuhan luka hati dan sumber kebahagiaan. Sedangkan amarah, kebencian, kepahitan hidup, menyalahkan, menuntut hanya membuat hati tidak damai.

Wajah noni berbinar memancarkan kedamaian hati yang diliputi kasih. Mereka hidup damai dalam kasih Tuhan, sekalipuj orang tuanya melukai perasaan jiwanya.

Sengat Cinta

Setiap pelayanan misa ke rias , bun bun atau yohanes selalu ikut pastor yg bertugas. Dia menjadi penunjuk jalan bagi para imam. Semalam dia memberi uang kepada dessy, pemudi jawa rias.
Dalam perjalanan pastor bercanda dg bun bun, “ wah di rias ada wanita cantik. Siapa namanya?”
“Dessy”
“Kau suka dia atau tidak?”
“Suka romo”
Dia suka kamu atau tidak?”
“Nggak tahu romo”
“ mau gak kau kAwin dengan dessy?”
“Mau romo”

Pagi ini yohanes datang ke pastoran. Dia duduk menemani pastor makan mie. Melihat pastor makan dia berujar, “Saya belum makan romo.”
“ makan lah roti ini!”
Ketika dia asyik makan roti,” di rias ada wanita cantik. Siapa namanya , bun?”
“Dessy”
“ semalam
Kau beri uang berapa?”
Rp. 7000 ( tujuh ribu )”
Saya tertawa hahahaha
Lanjutnya ,” setiap hari saya memberi nya uang.”
“Hah ? Kau setiap hari pergi ke rias?”
“ tidak romo, setiap sabtu.”
“Apakah kau mencintai dessy?”
“ iya romo”

Yohanes yg disapa bun bun, anak orang berada. Jiwanya terganggu, kata banyak umat di stasi tobali. Setiap hari dia mengkonsumsi obat dari dokter RSJ.

Cinta tidak mengenal orang sehat atau sakit jiwanya. Bahkan orang yang sehat jiwa raganya, bisa sakit karena mencintai.

Cinta bisa mengobarkan jiwa seseorang untuk bergerak melampaui kemampuan kodratinya. Dia bagaikan sengat. Begitu orang tersengat cinta maka seluruh diri berubah : lebih hidup dan hidup. Hidup nya mempunyai kekuatan tiada batas. Kekuatan tersebut mampu menghasilkan karya agung seperti seperti karya candi prambanan. Karena sengat cinta roro jonggrang, bandung bondowoso mencipta candi prambanan dalam semalam.