Terkenang Mgr Hilarius Moa Nurak SVD, almarhum

Minggu, minggu kerahiman Ilahi, 8 April 2019

Mgr Hilariua Moa Nurak svd, almarhum akan mulai memimpin ekaristi jutaan umat katolik. Dia kewalahan membagi tubuh kristus jika beliau seorang diri. Saya bergegas meninggalkan rekan rekan menuju ke sankristi untuk ikut misa konselebram bersama Bapa uskkup dan membantu beliau membagi komuni kudus kepada jiwa jiwa yang lapar akan Tuhan. 
Di bangku  dia duduk menghadap tabernakel di kerumunan jutaan jiwa yang lapar akan kasih Allah. Urung perjalanan menuju sankristi, duduk di samping kiri nya. Dia memandang Tuhan dan Tuhan memandang dia. Tanpa kata. Tanpa banyak gerak. 


Ekaristi dimulai tampak bapa uskup seorang diri di atas mimbar panti imam. Saat ekaristi sedang berlangsung, lelaki itu menoleh ke kiri. “Dia bukan bapa uskup!” 
Betapa terkejut nya hati. Lelaki berjambang tersebut berdiri menghampiri rekan nya di pojok depan sisi sebelah kiri tempatnya. Dia mengulurkan tangan dan menjabat tangan. 


Segera saya berjalan sedikit berlari menuju sankristi menyiapkan diri membantu membagi tubuh kristus. Dua rekan imam di saknristi juga sudah bersiap siap membantu beliau. “Saya merindukan misa konselebrasi bersama beliau. Dalam perjalanan mata terhalang sehingga tidak bisa melihat dan membedakan dengan jelas. Kabut itu hilang tatkala beliau berkobar kobar mewartakan injil.”


Mereka tertawa. “Kau seperti dua murid di Emaus saja! Kita bantu beliau membagi tubuh Tuhan.” Ujar rekan imam senior 3 tahun tahbisan di atas saya.


Bapa uskup, para imam, jutaan umat telah berpulang ke rumah Bapa. Mereka bersama orang orang kudus bersyukur, memuji, menyembah keagungan Tuhan. Mereka berdoa untuk kita.


Betapa kaget pastor bertemu dalam mimpi dengan Mgr Hilarius Moa Nurak SVD. Hari ini tepat 3 tahun beliau berpulang ke pangkuan Bapa.


Jadi ingat pesan bapa vikjen keuskupan pangkalpinang di wa group imam papin, bagi rekan rekan imam yang berada di wilayah selatan hendak mengikuti misa konselebran peringatan Mgr hilarius 1 mei 2019, diharapkan merapat ke keuskupan.” 
Persekutuan umat beriman yang masih berziarah di dunia berdoa bagi jiwa jiwa yang telah berpulang dan para kudus di surga serta jiwa jiwa suci di surga mendoakan kita yang masih hidup di dunia. 


Selamat HUT berpulang Mgr Hilarius Moa Nurak SVD, yang ketiga. Berbahagialah dengan para kudus di surga dan doakanlah para imammu keuskupan pangkalpinang. Agar setia membagi bagi , memecah mecahkan tubuh kristus bagi jiwa jiwa yang lapar akan kasih Tuhan.

Jiwa jiwa Merana

Minggu kerahikan ilahi, 27 April 2019

Saudara dia sakit . Masyarakat menilai bahwa pikiran nya terganggu. Sebelum dunia medis dan pengetahuan maju, maka orang mencari solusi pergi ke dukun atau taipak untuk mengobati sakitnya. Dia bukan konsultasi ke psikiater, psikolog atau dokter yang berkompeten. Dia membawa berobat dari dukun satu ke dukun yang lain.

Dalam pencarian kesembuhan dari banyak dukun, menurut penuturan saudara dan anaknya, dia mampu lok tong. Loktong dalam tradisi spiritual jawa kuno, jiwa seseorang bisa keluar dari tubuh dan mengembara di luar tubuh. Ketika jiwa meninggalkan tubuh, maka jiwa jiwa lain bisa memasuki raganya untuk menyampaikan informasi yang diperlukan oleh manusia yang ada di sekeliling nya. Jiwa yang masuk dalam tubuh tersebut dipercaya oleh orang orang tertentu untuk memberikan solusi atas masalahnya.

Menurut keyakinan tradisi beberapa orang tionghoa di bangka, jiwa yang sedang mengembara keluar dari tubuh harus dijaga tubuhnya untuk membangunkan dia dari “tidur”. Dalam kondisi jiwa mengembara dan tubuh seorang diri, dia berpulang atau meninggal dunia.

Pandangan di atas adalah pandangan dualisme. Artinya tubuh bisa lepas dari jiwa selagi manusia hidup dan berdiri masing masing. Hal tersebut tentu bertentangan atau berbeda dengan gereja. Gereja memandang manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh adalah satu kesatuan. Orang mati berarti, dia tidak memiliki roh. Atau orang yang keluar roh nya dari tubuh berarti dia sudah mati.

Seorang pertapa dari pertapaan benedictin ( ocso ) pernah menyampaikan pandangan nya, dua orang pergi ke dukun. Si A mendengarkan wejangan atau ajaran dari sang dukun karena memang dia hendak belajar ilmu atau meminta pesugihan. Si B tidak bermaksud belajar ilmu atau meminta pesugihan. Sekalipun demikian informasi atau ilmu dari dukun diserap juga oleh si B. Si A dan si B menanggung resiko atas tindakan mereka.

Seorang pertapa karmel di padang gurun , almarhum berpandangan bahwa orang terlibat secara aktif maupun pasif ke dunia perdukunan maka dia sudah terlibat dalam okultisme. Jimat, benda benda bertuah dari dukun sekalipun si B tidak meminta untuk dirinya sendiri, benda tersebut terap berpengaruh terhadap kehidupan rohani seseorang.

Jadi si B tetap menanggung konsekwensi atas perbuatan nya yang selalu mengandalkan dukun daripada mengandalkan Tuhan. Dia dan sanak saudara mengaku tidak pernah belajar ilmu, tetapi dia bersikap seperti dukun yakni lok tong. Sikap si B pasti juga berimbas kepada isteri dan anak nya. Dia meninggal usia 35 tahun ketika anak kedua berumur 4 tahun dan anak pertama kelas 4 SD. Kedua putri nya memiliki trauma untuk menikah, ada ketakutan jika dia menikah dan ditinggal suami maka dia akan menderita seperti mamanya. Sehingga mereka enggan menikah sekalipun sudah berumur.

Orang beriman cukup mengandalkan Iman, harapan dan kasih. Allah adalah penyelamat kita satu satunya. Dia adalah jalan satu satunya menuju kehidupan abadi. Dia adalah kebenaran satu satunya yang sifatnya universal.

Mengandalkan kemampuan manusiawi atau kodrati dan mengesampingkan penyelenggaraan ilahi menyeret manusia semakin jauh dari Tuhan.

Minggu kerahiman Ilahi dalam minggu paska kedua adalah kesempatan indah yang diberikan oleh gereja. Allah maha rahim menganugerahkan indulgensi kepada jiwa jiwa yang tersesat atau orang orang berdosa. Seorang bruder tua BM di pangkalpinang dalam ibadat tobat,” Sekalipun dosa kita besar, hitam dan merah, Tuhan menunggumu untukmu datang meminta ampun kepada Nya. Dia akan menerima dan mengampunimu.”

Jiwa jiwa Pemberontak

Purisadhana , rabu 24 April 2019

Sungkup massal untuk menyimpan bibit durian hasil sambung pucuk durian cumasi berumur 1 bulan dibuka dan dasar yang mulai kering disiram dengan air supaya bagian dalam besok tetap lembab untuk menyimpan hasil sambung pucuk durian selanjutnya. Lelaki tua , ayah seorang pemborong yang sudah kenyang makan garam dan gula heran melihat sungkup yang menyerupai keranda mayit maka dia mendekat untuk memenuhi keingintahuan nya. “Apa itu pastor?” Sembari dia mendekat. “Tempat penyimpanan bibit durian yang diokulasi atau disambung.”


“Di sini damai. Semua beban masalah hilang. Betapa tenang.” Dia menuju ke pondok menghadap bunda maria, tidak lagi tertarik dengan keranda mayit / sungkup massal. 


Berdamai dengan alam ciptaan Tuhan dan bersimpuh di kaki Tuhan seperti maria adalah sumber kedamaian. “Datanglah kepada Ku yang letih lesu dan berbeban berat maka Aku memberi kelegaan.” Beban batin dan pikiran diangkat diringankan oleh Tuhan, ketika dia bersimpuh di kaki bunda.


Wajah tua pucat berubah merona kemerahan, dia menjauh dari pondok. Dia semakin jauh, pastor semakin mendekat ke pondok untuk bersimpuh di alas kaki Nya. Ular coklat di atas jembatan. Dia pun bergerak menjauh, merasakan getaran manusia yang lebih tinggi derajatnya. 


Langit terbuka di musim yang seharusnya musim panas, turunlah hujan lebat. Angin berhembus menggerakkan air menuju ke ruang doa. Alam mereciki seluruh ruangan dan yang berdoa. Mengingatkan pembaptisan dan janji baptis di malam paska. Guntur menggelegar sayup sayup menggemakan melodinya. 


Jiwa jiwa pemberontak karya khalil gibran menampilkan sosok berani mendobrak adat istiadat dan budaya, yang kadang kurang sesuai dengan hati nurani. Sosok berani tampil beda mendapat tantangan hebat dari sekeliling. Kepak kepak nya terus bergerak mengepak kepak kan sayap nya. Melambung ke angkasa. 


Oh jiwa jiwa yang haus harta. Oh jiwa jiwa yang haus kekuasaan. Oh jiwa jiwa yang haus darah. Darah yesus tidak cukupkah tertumpah. Haruskah bumi ini dibanjiri dengan darah para martir lagi untuk memuaskan dahaga jiwa yang serakah dan haus kelaliman. Atau iri hatikah sayapmu patah sehingga tidak mampu mengepakkan sayap terbang ke langit, memandang integral dunia. 


Kuuntai kata, jikalau cawan ini boleh berlalu biarlah berlalu dari bumi ini. Atau haruskah bayang bayang ronggowarsito meminta mewujud, pulau jawa tinggal separo. Seakan manusia rapuh menahan susuatu yang akan terjadi, seolah Dia membiarkan harus terjadi. Sesuatu sudah tergariskan.

Kata kata Mu meneguhkan, waspadalah dan berjaga jagalah sebab kita tidak tahu kapan penganten dan atau pencuri datang. Hiburlah jiwa jiwa yang sumpek, capek, lelah, berbeban berat agar mereka engkau teguhkan dan kuatkan sehingga hati damai tenang.

Jiwa jiwa yang haus akan Engkau dan gersang bagaikan tanah kering melahirkan jiwa jiwa pemberontak dan haus darah. Padahal buah buah Roh adalah iman, harapan dan kasih.

Membersihkan Sampah Jiwa dengan Pembasuhan Kaki

Stasi Stela Maris Toboali, 20 April 2019

Membasuh kaki 12 orang dalam ekaristi kamis putih, mungkin sebuah formalitas belaka bagi para imam karena setiap tahun hal ini dilakukannya. Padahal teladan yesus adalah moment sangat bagus sekali untuk rekonsiliasi dan memberi teladan kepada umat seperti paus fransisku. Paus Fransiskus mencium kaki presiden dan pemimpin Sudan. Memohon mereka mengambil keputusan damai dari perang saudara. Seberapa besar kita menilai Kasih dan Perdamaian. Paus Fransiskus sudah memberi contoh yang luar biasa.


Bagi rekan yang pernah mengikuti retret penyembuhan luka batin di.cikanyere cipanas jawa barat yang dimbing oleh para frater cse atau para suster puteri karmel, pencucian kaki adalah hal sangat penting dalam retret penyembuhan luka batin. Kita memakai imaginasi iman untuk rekonsiliasi dengan orang orang yang pernah melukai perasaan kita atau kita pernah melukai perasaan sesama kita. 
Ketika kita mencuci kaki, kita berdialog dengan mereka sevara real. Kita paparkan secara singkat kejadian masa lalu. Kita mengakui bahwa atas perbuatan nya kita terluka atau kita mengakui bahwa atas perbuatan kita, maka mereka terluka. Kita menerima kejadian yang sudah terjadi dan minta maaf kepada nya atau memaafkan orang tersebut. 


Kata kata orang yang kita cuci kakinya meneguhkan kita. Dia memberikan ampun , maaf dan berkat untuk kita. Kasih membangun kedamaian hati dan suka cita sehingga kita bisa berbuah lebat.


Sabtu, 20 april 2019 seorang mudika dari stasi Stela maris tobali bangka mengantar mie. Sembari memindahkan mie dalam bungkusan ke piring, dia menuturkan bahwa sepulang misa perjamuan malam, kamis putih, dia bergegas mencari ayah kandung nya. Dia mencuci kedua kaki ayahnya. Dia mengakui bahwa dia terluka dengan sikap orang tuanya terhadap nya. Dia bersujud minta ampun kepada ayah kandung nya.


“Ada dorongan sangat kuat dari dalam untuk melakukannya. Menakjubkan! Mengejutkan! Saya tidak menduga bahwa perbuatan tersebut mengubah orang tua terhadap saya. Padahal Saya melakukan semua itu untuk saya. Hidup menjadi damai, suka cita dan penuh kasih.”


” Selama ini kami sudah menjadi katolik puluhan tahun dan menyaksikan prosesi penyucian kaki tetapi peristiwa tersebut seakan formalitas belaka seperti kami melihat film. Kami terkejut ketika melihat pastor mencuci kaki 12 umat sembari meminta maaf kepada uskup almarhum, rekan imam, dan bahkan umat di hadapan banyak orang. Ini sebuah teladan kerendahan hati.” Ujarnya lebih lanjut.

Berikut kesaksian dari umat stela maris tobali yang dikirim lewat group wa atas seijin beliau saya kutip. “

Bros & sists izinkan saya membagi kesaksian saya 🙏🙏,
Saya bersyukur kepada bapa di surga atas kesempatan selama retreat agung boleh mengalami tantangan2, pemurnian pengorbanan & pelayanan, tuhan dengan cara sendiri membentuk saya pribadi yg berkenan kepada Tuhan, dengan cara mengirim alat (sseorang).


Saya anak mengalami luka penolakan jenis kelamin dari papa saya, selama bertaon2, relasi dengan papa saya kurang begitu baek dengan saya lalui proses pembongkaran.

Taon ini puji tuhan pemulihan boleh terjadi, semalam homili romo di gereja sangat meneguhkan saya, dorongan roh kudus begitu kuat pulang dari misa kamis putih, saya mencuci kaki papa saya, mohon pengampunan atas kesalahan2 saya selama ini, saya peluk & saya bilang I love U pa, yang belon pernah saya lakukan selama hidup saya, saya sungguh merasakan damai luar biasa.


Tuhan bekerja bukan hanya untuk saya saja. Puji tuhan papa hari ini mukanya cerah bangett😃. “


Dari awal retreat agung ini saya berjuang dalam Tuhan Yesus yang menguatkan, baru penderitaan2 sedikit saya merasa tidak sanggup, dan menyadarkan saya selama ini saya kurang menghargai pengorbanan Tuhan Yesus untuk hidup saya, dia mau mati bagi saya & kita semua menyelamatkan hidup saya & kita semua🙏🙏
Thanks GOD”


Kebajikan teologal yakni iman harapan dan kasih adalah sebuah rahmat Roh Kudus. Seringkali orang bukan soal sulit mengampuni tetapi soal orang mau atau tidak mau memaafkan dan minta maaf sembari mencuci kaki. Mencuci kaki orang yang melukai perasaan kita membutuhkan kerendahan hati dan kasih. Jika ada ruang kesombongan dan ego yang kuat maka sulit orang melakukannya. Sangat penting adalah kita memohon kepada Tuhan Yesus agar memiliki  iman,  harapan dan kasih.


Kebencian, kemarahan, kesel, jengkel adalah sampah jiwa. Jika hati penuh dengan sampah maka sulitlah kita melahirkan karya karya Agung demi kemuliaan Tuhan. Hanya dengan hati damai , tenang  penuh kasih kita bisa berbuah lebat.


Pantaslah dan layaklah sebelum kita menerima tubuh Tuhan dalam ekaristi kudus, selalu kita mengutip, ” damai kutinggalkan bagimu dan damai kuberikan kepadamu,”


Saat Yesus bangkit dan menemui para rasul kata pertama yang diucapkan Nya adalah ” damai bagimu ” .

Damai hanya bisa dialami saat ada kasih dan Allah adalah kasih.  Sepenggal refren lagu saat penyucian kaki dalam perjamuan kudus, ” jika ada cinta kasih, hadirlah Tuhan.”


Setiap orang yang memiliki kesulitan bisnis, relasi, jodoh, pekerjaan, dll kembalilah ke orang tua kita / ke rumah kita. Bersujud minta ampun dan berkat dari kedua orang tua kita. 
Dan
Mencuci kaki sesama kita yang pernah melukai kita atau pernah kita lukai.

“Jika engkau hendak berdoa, berdamailah lebih dulu dengan sesamamu.” Jika kita hendak diampuni oleh Nya, kita lebih dahulu mengampuni sesama kita. 


Kristus cahaya dunia. Dia datang menerangi kegelapan. Sukacita paskah dialami bagi jiwa jiwa yang gelap dan menuju terang sejati yakni kristus yang bangkit. Cahaya kristus menghalau sampah sampah jiwa.

Selamat menyambut kebangkitan Tuhab Yesus dan kita bangkit bersama Yesus sehungga hiduo kita diliputi dengan kedamaian, kasih dan suka cita.

Haus Tahta Mengucur Darah

Tobali bangka , jumaat Agung 19 April 2019

Ibu ibu umat stasi tobali gotong royong membongkar almarinkayu berisi perkakas dapur untuk dipakai pesta paska 21 april 2019. Kotoran / tai tikus menumpuk di atas piring dan kuali menebarkan aroma menyengat membuat perut mual. Tikus tikus lari pontang panting mencari tempat persembunyian yang baru. Perkakas dapur ditata rapi dipindah ke dalam kamar tidur supaya enggak diganggu tikus lagi. 


Pastoran ramai dengan umat yang menunggu giliran tuguran di kapela biara konggregasi PRR di samping pastoran. Imam pelayan segera bergegas berganti jubah dan melepas kaos 777 yang basah kuyup di kamar ber – AC . Merebahkan di ranjang melepas lelah setelah perjalanan jauh dan mengemban tugas ilahi, perjamuan agung dengan membasuh kaki murid murid.


Dini hari tatkala embun menetes dingin menyengat tulang raga yang tadi sore bersorak sorai gegap gempita berdengkur di atas ranjang memeluk bantak guling atau pasangannya atau anak kesayangannya. Gereja sunyi sepi dan kosong. Yesus seorang diri. Benarlah sang guru membangunkan murid yang terkantuk kantuk , ” tidak kah engkau bisa bertahan sejam saja bersamaku?”


Sunyi. Sepi. Hening. Di saat raga lelah setelah memporak porandakan tahta tikus tikus, dan merayakan perjamuan suci giliran tikus tikus keluar dari persembunyiannya. Giliran mereka bersorak sorai bernyanyi. Giliran mereka menyerang balik mereka. Sepatu indah sang imam di hajar robek. Dicabik cabik beramai ramai. Penutup rice coocer dihajar sekejap robek. Dinding almari diserang berlobang. Kejengkelan tikus tikus dilampiaskan kepada penanggungjawab kegiatan bersih rumah, yakni imam.


Orang orang berusaha ngobok obok tahta orang lain. Seakan mereka mereka diam. Seakan mereka nerimo iklhas dan legowo. Tampaknya mereka kalah dan tidak berdaya. Mereka mengalah untuk akhirnya serang balik dan menang telak.


Asumsi manusia sombong meleset. Yang diam mengatur strategi untuk serang balik menghancurkan sang pemimpin. Waktu tepat , saat tepat mereka serang telak balik pemimpin nya.


Nyamuk haus darah. Orang haus tahta. Karena berebut tahta orang bisa mengorbankan harta dan darah. Tidak ada lagi ada rasa malu apalagi rasa berdosa. Tahta dan harta menyingkirkan Tuhan dalam ruang hidup.  Benarlah orang bilang, uang tidak mengenal Tuhan. Tahta tidak mengenal Tuhan.


Ronggo warsito … ronggo warsito … kau pasti geleng kepala menyaksikan panggung sandiwara generasi sekarang. “Saiki jaman edan. Yen ora ngedan ora keduman. Neng seng becik tetep orang sing eling lan waspodo.”


Wes banyak orang tidak eleng / ingat dengan gusti Allah, yang menutup mata adalah tahta dan harta. Sudah banyak orang enggak waspada akan bahaya tahta dan harta, yang bisa mengakibatkan banyak tumbal / darah. Oh sang guruku, lebih mudah melihat balok orang lain daripada selumbar kotoran di mataku sendiri. Jendela dunia tersumbat oleh keduanya bakalan dunia luas hilang lenyap oleh karenanya.


Darah yesus tertumpah sepanjang jalan menuju puncak bukit golgota. Bau amismu menyengat di duri duri dan palang kayu. Di atas salib doamu kami lantunkan untuk mereka yang sudah edan dengan tahta dan harta, ” ampunilah mereka ya Tuhan, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Sudah cukuplah darah darah para pejuang tertumpah membela negeri ini. Sudah cukuplah darah yesus tertumpah untuk orang orang berdosa.

Santo yohanes dari salib, kapan cahaya hatimu menyinari jiwa jiwa yang gelap oleh kekuasaan dan harta sehingga kami boleh merasakan puncak kebahagiaan sejati seperti yang engkau alami. ” segala galanya adalah kosong dan Allah adalah segala.galanya.”

Korelasi jiwa dengan Wicara / Tubuh

Puri sadhana, 16 april 2019


Seorang dokter pria membawa seorang anak menemui pastor agar pastor memberkatinya. Menurut nya, anaknya belum mahir berbicara padahal dia sudah umur 12 tahun. Ketika kakek tersebut melukiskan kondisi anaknya, anaknya berbicara kepada saya tanpa sepengetahuan si kakek. Kata kakek, si cucu belum bisa berbicar sedang si cucu menunjukkan kemampuan bicara yang masih terbatas.


Dari tempat pastor, pastor berpindah lokasi di rumah mereka untuk melihat dan mengenal tempat tinggal nya. Di rumah tersebut terdapat wanita muda dan lelaki muda. Wanita tersebut bersama kedua anaknya ( adik dari anak yang dibawa si kakek bertemu dengan pastor ). 


Saya melihat beberapa lelaki di dalam kamar pasangan muda, sedangkan keberadaanya tidak dilihat oleh orang tuanya. Mereka berbaring dan sebagian duduk di dalam kamar si cucu yang teambat berbicara. “Bagaimana mungkin, 1 wanita hidup bersama dengan banyak lelaki?”


Belum hilang rasa heran pastor atas pemandangan tersebut, mereka menjelaskan kepasa pastor bahwa keberadaan nya di dalam kamar untuk menjaga anak dan cucu cucunya.

Hahaha hebat juga dia mengerti pikiran saya. Bagaimana yang tinggal di dalam rumah tidak menyadari kehadirannya? Padahal kehadirannya membuat anak anak “tidak damai”, sering takut.



Saya baru mengerti bahwa akar persoalan adalah emosi jiwa. Dimana hati tidak damai , takut mempengaruhi perkembangan fisik dan mental si anak belum lanca berbicara padahal sudah .

Ironis. Orang tua kandung terbatas menyelami jiwa anak. Mereka yang melahirkan dan membesarkan tidak mampu berkomunikasi dengan anak sedangkan dengan orang lain anak mampu berkomunikasi.

“Orang tua membuat anak seperti itu..anak ngerjai orang tua, hahaha ”


Ketika pastor hendak menyampaikan akar masalah nya kepada orang tua kandungnya, dia sedang sibuk mencari uang. Nah loh, orang lain berempati dengan anaknya, lha dia sendiri berempati dengan uang. Hahahaha


Gemercik air menetes di bebatuan membangunkan pastor. Sementara penghuni rumah memeluk hangat bantal guling dibalik selimutnya. Yah, ternyata pastor bermimpi. Semua di atas hanya ilusi

Kasih dan Damai Mendongkrak Frekwensi

Koba, minggu 14 april 2019


Tinggal di pertapaan padang gurun CSE menjadi kesempatan berharga semakin mengalami kasih Allah melalui ajaran para pujangga gereja yakni st. Yohanes dari salib, st theresia avila, st theresia dari liseux. Pastor terpaut dengan ajaran mereka. Namun bukan saat nya saya paparkan ajaran mereka.
Berdasarkan dari riwayat hidup santa theresia dari Liseux, saya mengenal sedikit bahwa akhir hidup nya dia sakit berat. Bertahun tahun dia menanggung rasa sakit. 
Christie sheldon dari amerika  dan david hawkin , keduanya jenius meriset tentang frekwensi manusia. David meluncurkan pemikiran bahwa orang yang memiliki frekwensi  antara 50 – 100 dengan ciri suka menuntut, suka mengeluh, suka menyakahkan orang lain, berfikiran buruk terhadap orang lain dst mempunyai kecenderungan mudah sakit . Pada umumnya para penderita sakit berat seperti tumor, kanker mempunyai frekwensi rendah.
Sedangkan orang yang memiliki kasih sayang terhadap maklhuk hidup, sesama dan mempunyai kedamaian hati maka dia memancarkan frekwensi 600 – 700.  Mereka mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik daripada orang yang berfrekwensi rendah.
Riset para jenius di atas berlaku untuk kebanyakan orang. Santa theresia liseux menderita sakit berat padahal dia seorang pujangga gereja. Ajaran nya adalah jalan cinta kasih. Maka seratus prosen benar frekwensi santa theresia bisa menduduki peringkat diatas 600.
David dan christie melihat korelasi perilaku dg frekwensi. Pastor mempunyai cara merasakan sederhana merasakan frekwensi seseorang rendah atau tinggi. Bisa melalui percakapan langsung dari muka ke muka, percakapan lewat telpon, atau percakapan lewat wa. Berikut beberapa contoh.
Ketika pastor bercakap cakap dengan seorang wanita berumur 34 tahun, beranak satu, secara medis sehat di pondok. Awal mula bercakap cakap biasa. Artinya tidak terasa apapun. Setelah 30 menit bercakap-cakap pinggang belakang sangat sakit. Rasa sakit seperti orang menusuk jarum.  Itulah frekwensi yang dipancarkan olehnya. Pasti dia menyimpan emosi negatif yang hebat. ” iya , pastor. Saya memang sedang marah dengan nya. Saya sangat kesal dengan nya. Mengapa dia tidak memberi tahu keadaan nya. ( dia menyalahkan. Dia mengeluh dst ).
Dalam kesempatan lain rekan dari jakarta mensharingkan proses pembelian pabrik ACCU di kota besar. Keluarga besar suami belum ada kesepakatan harga jual. Terkesan ada satu yang mau menguasai semua aset. Ketika asyik bercakap cakap, pastor batuk dadakan tiada henti. 
Wah …. coba kau berdoa dulu nanti kita lanjutkan. Dia general cek up di jakarta, asam lambung nya berlobang dan tertemukan batu empedu. Konflik internal keluarga membuatnya stress. “Memang dalam sebulan ini saya setress mengurus proses jual beli perusahaan.” Ujarnya. Ketika orang stress dia memancarkan frekwensi yang bisa diraskan oleh nya atau orang lain. 
Sabtu, 13 april 2019 pastor mengirim renungan lewat wa kepada rekan di jakarta. Dia merespon renungan tersebut dan menanyakan kabar pastor. Tiba tiba pastor batuk hebat dan kepala pusing. “Pastor, suami saya baru saja meninggal dunia.” Pasangan hidup masih muda, anak masih sekolah, dia ditinggal pasangan nya. Dia marah dan menyalahkan Tuhan. Itulah frekwensi yang dipancarkannya. 
Orang tua bisa merasakan frekwensi yang dipancarkan anak nya atau sebaliknya. Suami bisa merasakan frekwensi isterinya dan sebaliknya.
Pastor , saya baru mengerti ternyata benar. Ketika saya sedang bertengkar dengan pasangan, anak saya gelisah dan kebangun berulangkali saat tidur lelap. Itulah frekwensi. 

Pukul 17.44 wib 14 April 2019 seorang dokter dari jakarta mengirimkan WA, “

Pastur, tadi siang habis melayat yg meninggal, setelah kebaktian diperjalanan plg mobil saya ditabrak mobil sp penyok dalam, untung hanya mobil, apakah ini krn frekwensi , mohon nasehat saya harus Doa apa, supaya bila ada “frekwensi negatif” tidak berkelanjutan.

Ngak ada, cuma saya jadi emosi mau marah2 , tp saya menahan diri, supaya ngak berkepanjangan. Skr sdh agak tenang. Setelah saya berdoa rosario.”

Orang orang yang sedang kehilangan seringkali mempunyai emosi emosi sedih, marah, kecewa, dan mungkin menyalahkan Tuhan mengapa Tuhan memanggilnya dst. Emosi dan pikiran tersebut memancarkan frekwensi bagaikan signal hand phone dan bapak bisa merasakan emosi marah, kecewa, dan sedih. Emosi demikian membuat frekwensi bapak menurun dan mempengaruhi perilaku kita.

Maka dalam kondisi demikian, pupuklah rasa kasih kepada mereka yang kehilangan, menyadari bahwa Tuhan selalu beserta kita dan Allah yang maha rahim dan maha kasih tentu memberi tempat bahagia bagi yang berpulang. Menumbuhkan iman kita akan misteri paska yakni penderitaan, kematian dan berpuncak pada kebangkitan. Maka sekalipun berada dalam keadaan buruk kita meneguhkan mereka dengan bekal imam dan kasih.


Milikilah kasih. Perdalam kedamaian hati. Maka kita memancarkan frekwensi yang membuat orang orang di sekeliling dan mahkuk hidup bersukacita. Sebaliknya akan menghantam orang orang yang ada di lingkaran terdekat kita.

Berkatilah dan Jangan Mengutuk


Puri sadhana, 13 april 2019

Tahun 2012 – 2013 pastor tinggal di sebuah pertapaan . Seorang pertapa yang rendah hati, setia , taat dan sederhana menjadi pembimbing sehari hari di pertapaan. Selama hidup bersama nya, beliau berulangkali menyampaikan pesan mengejutkan , ” saya akan menghadap Tuhan yesus sebelum umur 50 tahun. ” dengan bahasa lain , saya akan mati sebelum saya berumur 50 tahun. 
Setahun yang lalu sang pertapa ini berpulang ke rumah Bapa : beliau meninggal dunia. 
Jumaat 12 april 2019 dua tamu kakak beradik datang ke pondok. Mereka menuturkan bahwa ada saudara nya meninggal ketika berumur masih muda. Umur baru 40 – an tahun. Namanya NN ( pst tidak sebutkan identitas asli orang tersebut ). 
Kedua tamu tersebut mengingatkan saya ketika ada 2 tamu dari jakarta, kakak beradik. Mereka mendiskusikan tentang angka 4 yang berulangkali mereka alami dan hadir dalam banyak kegiatan sehari seperti naik pesawat nomer 44, pengurusan pajak melihat plat nomer 44 , muncul ular di rumah koko 4 x , dst. setelah koko kandung nya berpulang umur 44 tahun. Menurutnya, sebelum koko meninggal, dia berulangkali menyebutkan bahwa “dia akan meninggal dunia umur 44 tahun.” 
Ucapan tersebut menjadi kenyataan, dia berpulang ketila dia berumur 44 tahun. 
Mama pastor mengisahkan kepada anak anak nya, eyang Yohanes rustamaji memanggil semua anak nya sebelum dia suwargi : berpulang ke rumah Bapa di surga. ” umurku tinggal beberapa hari lagi … “
Dan betul beberapa hari kemudian eyang berpulang ke pangkuan Bapa di surga. 
kisah nyata pertama dan kedua di atas berbeda dengan kisah ketiga. Kedua kisah di atas mereka mengucapkan berulangkali bahwa mereka akan meninggal sedangkan kisah ketiga hanya sekali berpesan kepada anak anaknya bahwa dia akan berpulang ke rumah Bapa. 
Adalah sebuah kepastian sebelum berpulang ke rumah Bapa semua sudah menyebutkan bahwa mereka akan mati.  Mungkin hal ini adalah kebetulan. Mungkin ucapan mereka sebuah “nubuat”. Semoga saja ucapan kita terhadap diri kita sendiri bukan kutukan, melainkan sebuah berkah. Berkati kehidupan kita dan hindari kutukan atas hidup kita. Rencanakan rancangan rancangan yang menyukakan hati Tuhan, hindari sebisa mungkin maksud hati yang buruk.

Apa yang kita ucapkan terus menerus secara ajeg , apalagi disertai keyakinan mengarah menjadi sebuah kenyataan. Ketika kita mengucapkan terus menerus bahwa saya gagal maka kenyataan gagal akan menjadi sebuah realita.

Ketika kita berucap bahwa aku bahagia, maka kebahagiaan mengejar kita. Ketita kita menuturkan terus menerus bahwa saya sehat dan terberkati, maka kesehatan dan berkat melingkupi hidup saya. Ketika secara ajeg kita melantunkan sebuah lagu sekolah minggu, aku anak raja engkau anak raja, kita semua anak raja …. ” maka sifat anak raja akan melekat dalam diri kita.

Ciptakan sebuah pola yang memberdayakan . Menyingkirkan pola merusak kehidupan. Maka kita akan bahagia.

Tuhan memberkati

Frekwensi Pikiran

Purisadhana, jumaat 12 April 2019

Ketika pst sedang bercakap cakap via wa jam 1945 wib 11 april 2019 dengan 2 teman dari jakarta dan Bangka, ujug ujug atau tiba tiba muncul pikiran lain menyelinap masuk. ” romo NN ulang tahun. Acara la dimulai. Mereka mengundang kami untuk hadir merayakannya dengan makan bersama.”
Segera pastor menghidupkan motor dan meluncur ke tempat undangan. Sesampai di tempat yang berulang tahun menyampaikan kesan pesan ultahnya, disusul potong tumpeng. Ketika pastor muncul di tengah tengah mereka, mereka mempersilahkan kepada pastor untuk bergabung bersantap bersama.
Di lain kesempatan tanggal 3 april 2019 pastor janji dengan ko markus jam 06.00 wib untuk berdoa bagi kokonya yang telah berpulang ke rumah Bapa Nya. Sebelum berangkat ke purisadha (dari rumahnya )untuk menjemput pastor, dia tlp ke hp tetapi hp tidak aktif. Sesamlai di puri sadhana dia tlp lagi, hp juga tidak aktif. Markus meletakkan hp dan memanggil dengan hati dan pikiran nya. Dalam waktu bersamaan dengan aktifitas markus di mobil, pastor terkejut dan terbangun dari tidur lelap.
Ketika orang mengucapkan, memikirkan dengan hati dan dengan segenap perasaan dan dengan sepenuh hati maka pikirannya, perasaanya, hatinya memancarkan frekwensi atau gelombang. Gelombang tersebut memancar seperti signal hand phone : kayak si a menulis pesan lewat sms atau wa dalam hitungan detik pesan tersebut masuk ke hp yang dituju.
Frekwensi atau gelombang tersebut tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Dia bisa menembus ruang dan waktu.
Nah, jika aktifitas pikiran saja sedemikian hebat jangkauan vibrasinya, apalagi gelombang / frekwensi / vibrasi orang berdoa. Orang yang berdoa juga demikian. Bahkan lebih dahsyat daripada semua itu. Sekalipun kita di bangka, kita juga bisa berdoa untuk rekan rekan di luar bangka atau di luar negeri. Bahkan kita di bumi bisa menggoncang dunia seberang atau surga atau berdoa untuk jiwa jiwa di api penyucian.
Nah loh, setelah mengetahui hal demikian di atas perlu bijaksana berfikir yang baik dan luhur. Berdoa yang baik dan benar.

Jiwa jiwa Yang Haus dan Lapar

Purisadana, rabu 10 april 2019

Bagaimana mungkin banyak sekali jiwa jiwa kehausan dan kelaparan. Muka muka tergurat murung lesu loyo : mati tidak, hidup juga tidak. Sekalipun ribuan kata kata teruntai indah dari pengkotbah, juga tidak menyalakan api jiwa. Semakin indah dan membumbung ke angkasa bahasa bahasa teologi dan filsafatnya, juga tidak membangkitkan hati mereka.

Banyak orang hendak memaksakan kehendak dan pemikiran mereka tetapi mereka tidak nyambung. Semakin tinggi tingkat intelek logika berfikir semakin bingunglah jiwa jiwa itu. Dalil dalil logika berfikir kadang berbeda dengab logika jiwa atau rohani.

Cinta tulus, iman dan harapan adalah bekal berkomunikasi dengan jiwa jiwa yang haus kelaparan. Hadir tanpa kata kata indah. hadir tanpa logika berfikir. Hadir tanpa banyak metode homilitika. Hadir tanpa membawa gelar atau kedudukan. Hadir tanpa menunjukkan segunung emas. Kehadiran penuh kasih, empati dan iman menggerakkan jiwa jiwa yang haus dan kelaparan.

Tatkala kasih tanpa pamrih memandang mereka. Ketika mata tanpa menghakimi mereka. Ketika otak tanpa mengingat ingat kejadian masa lalu mereka. Ketika hati mendekap apa adanya mereka dengan keberdosaan nya .

Hadir atas nama kasih yang agung. Di sini jiwa jiwa bangkit bersorak sorai. Mata mereka berubah. Mata mereka berninar. Mulut mereka bersorak sorai memuji Allah. Duka cita berubah menjadi suka cita.

O betapa banyak jiwa jiwa malang di dunia. Begitu banyak dibutuhkan hati tulus penuh kasih dan iman untuk mereka.

Betapa indah sekiranya bumi dipenuhi dengan jiwa jiwa yang penuh sorak sorai memuji Allah.

Pastor melangkah meninggalkan mereka dalam suka cita dan masuk dalam ruangan yang lain. Orang hidup juga memerlukan maknan jasmani. Saya makan bersama dengan ibu dan saudara.

Saat terjaga dari tidur, perut keroncongan dan dahaga. Ternyata semua itu hanya MIMPI.