Sekejap peraan jiwa

Puri sadhana, 23 januari 2018

Begitu bangun tidur sampai kita mau tidur seringkali aneka keinginan bermunculan dan minta menggerakkan kita untuk berusaha mewujudkan nya. Kadang kita lupa bersyukur kepada Tuhan atas segala kebaikan Nya kepada kita.

Begitu bangun kita ingin membuka HP. Maka kita mulai berkomunikasi dengan orang yang ada di kontak atau kita browsing aneka berita di youtube atau google. Ketika asyik main hp muncil keinginan untuk makan, maka kita mencari makan dan minum di dapur. Setelah makan roti tawar, segelas jus dan kopi telor, kita pergi ke kebun, dan di kebun muncul keinginan praktek sambung pucuk maka kita mencari entres untuk di sambung atau keinginan untuk mendapatkan tanaman yang baru dan langka. Baru beberapa saat di kebun muncul keinginan makan durian, maka kita mencari durian. Ketika kita makan durian di tepi jalan, kita melihat mobil bagus dan kita ingin mempunyai mobil dan kita berusaha membeli mobil. Durian yang kita makan terkena durian sehingga kotor, maka timbullah keinginan membeli pakaian dan kita berusaha mencari pakaian. Sepulang makan durian kita masih ingin makan kempa ikan atau lempa darat, setelah perut kenyang, kita masih ingin minum kopi sembari merokok. Setelah perut kenyang di warung kopi melihat para pelayan sibuk bekerja, maka timbullah keinginan kita ingin lebih sibuk dari nya.

Sesampainya di rumah, bapa uskup memberi mandat untuk mengemban tugas membangun rumah retret, maka timbullah aneka keinginan dari mencari arsitek, membentuk panitia, mencari dana dll. Satu mandat menggelontorkan banyak sekali keinginan menyusul.

Keinginan demi keinginan menarik kita dan kita bertindak berdasarkan aneka keinginan. Kapankah keinginan duniawi ini berhenti? Dia terus menerus muncul dan tenggelam. Padahal semua itu adalah kosong semata mata dan perasaan senang nya bersifat sekejap.

Jika ada sekejap perasaan perasaan yang muncul dan tenggelam seperti awan, berarti ada juga yang melampaui itu semua, yakni persatuan dengan Allah di dalam doa atau melalui pelayanan kita demi cinta kita kepada Allah. Menyitir santo yohanes dari salib, segala galanya adalah kosong dan Allah adalah segala galanya.

Tinggalkan Balasan