sabtu, 4 januari 2014
Sebuah rahmat tuhan bisa hidup bersama dg para pertapa. Berijut hanya kisah kasih Alkah
Di tengah hutan hiduplah 4 orang pertapa lelaki. Dua diantaranya gemar bercocok tanam, dua yang lain gemar menulis. Si Mic mengembangkan tanaman organik dan si Pas mengembangkan kopi arabica dan robusta.
Area pengembangan tanaman organik bebas dari mesin potong rumput, pestisida, pupuk kimia, dll. Sedang si Pas merintias sayuran organik dengan sistem tumpangsari di cela-cela kopi dengan dibantu oleh sepasang suami isteri. Mereka sudah mengerti aturan main di pertapaan bahwa setiap orang dilarang menggunakan insectisida.
Menjelang makan siang seorang imam pertapaan menikmati sayur mayur hijau sembari duduk bersama sepasang petani. Tiba-tiba bapak itu nyeletuk di luar konteks pembicaraan,”seandainya saya diijinkan memakai insectisida dan pupuk organik, maka tanah ini menghasilkan banyak sayur.”
Tamu tersebut tidak begitu menganggap pernyataan itu, karena ia menjawab sendiri,”saya tahu bahwa di pertapaan ini dilarang menggunakan insectisida dan pupuk an organik.”
Dia kembali ke pertapaan dan menyampaikan pemikiran petani baru tersebut kepada pertapa Mic. Petani tumpang sari di kebun kopi baru saja berkata,”seandainya saya diijinkan memakai insectisida dan pupuk organik, maka tanah ini menghasilkan banyak sayur.”
Menurut tamu itu, bahasa adalah alat berfikir. Semua perilaku manusia adalah hasil dari pikiran. Jika dia berfikir demikian maka cepat atau lambat pasti dia akan menggunakan semprotan bahan kimia dan pupuk anorganik.
10 hari kemudian tamu tersebut menyaksikan pemandangan menakjubkan, petani tersebut merealisasikan pernyataan yang pernah diucapkan. Ia menyemprot sayur mayur dengan semprotan insectisida organik dan selalu memakai pupuk mutiara.
Hampir selalu apapun yang kita pikirkan dan niatkan dengan kesungguhan hati menjadi kenyataan dalam perilaku. Menjadi semakin jelas ketika pikiran tersebut disampaikan kepada orang lain dengan intensitas emosi yang kuat. Karena pikiran senantiasa mewujud dalam perilaku, pentinglah kita berfikir yang memberdayakan diri dan sesama dan menjauhkan pemikiran yang merusak diri sendiri dan orang lain.
imanuel, Tuhan menyertai kita