Purisadhana, 27 januari 2011
Ketika burung walet yg pastor tetaskan dg mesin tetas-dibesarkan dg disuapi sudah mampu terbang&makan sendiri,pastor melepaskan walet itu ke alam.manakala salah satu koki di dapur rumah retret purisadhana pangkalpinang mendengar hal itu ia berujar,”sayang sekali!” Sedangkan kawan satunya menimpali,”sejak kecil disayang dirawat,setelah besar lepas.’Getun banget'” tetanggaku malah bilang,”kemelekatan kepada kepemilikian atau aku-ku menjadi sumber penderitaan.Kebahagiaan tercapai manakala lepas dari sang aku-ku.tiada kamus burungku,hp-ku,rumahku,ayamku,kambingku,babiku,sapiku,dan ku ku yang lain.ketika ku kita diambil orang maka sang aku menderita.maka keakuan itu perlu dilepaskan.”Jadi ingat deh nasehat kakekku,”bukan aku yang hidup,melainkan Dia yg hidup di dalam diri”. Lagian kata nenekku sebelum meninggal,”segala kepunyaanku adalah kepunyaan-Mu.Seluruh hidupku adalah milik-Mu”. Melepas sesuatu yg sangat berharga melatih memahami nasehat kakek&nenekku almarhum.