Pertapaan yung fo, 15 Oktober 2009
Di kamarku di wisma keuskupan jalan batu kadera XXI n0 545 A pangkalpinang 33147, terdapat dua jenis semut yaitu semut merah&semut hitam. Mereka masing-masing memiliki sarang/rumah di dalam kamar. Kegiatan mereka berkeliling menjelajah makanan di kamar, sebagian mereka mencari makan di luar kamar. Pukul 1100wib saya menuang madu dan sebagian madu berada di tutup plastik putih.
Saya sengaja memperhatikan semut-semut dan madu. Berapa lama mereka menemukan madu tersebut. Berdasarkan detik jam tangan tercatat 20 detik madu tersebut tertemukan oleh semut-semut merah dan semut-semut hitam. Semut merah kecil lebih dahulu menemukan madu daripada semut hitam. Selisih antara semut merah dengan semut hitam adalah 9 detik.
Ketika semut merah menemukan madu, dia memanggil kawan-kawannya. Menarik sekali panggilan mereka memakai apa? Dia gak bawa hand phone atau tlp, tetapi kawan-kawan di sarang segera menyusul kawan yang telah menemukan madu.
Semut hitam berdiri mengelilingi madu di tepi madu. Dia tidak masuk terlalu jauh. Ketika rombongan semut merah mencecap madu, semut hitam datang. Ia mau menerobos lingkaran semut merah. Ketika dia menerobos, semut merah kecil menyerang semut hitam. Semut hitam kalah diserang dengan semut merah yang mungil.
Semut hitam lari terbirit-birit. Dia naik ke tutup botol madu. Kreatif mencari makan. Ia terlebih dahulu menemukan sumber madu di dalam tutup botol. Kreatifitas semut hitam tidak dimiliki oleh semut merah.
Semut hitam menghisap madu sendiri. Setelah kenyang ia keluar dari tutup botol madu. Ia pergi sempoyongan dengan perut buncit. Jalannya seperti orang mabok. Dia lari dan lari menuju ke sarangnya.
Jalan semut hitam diendus oleh kawan-kawannya yang berada di sarang. Dua semut datang mengecap madu di tutup botol. Mereka pesta madu sampai kenyang dan terjerembab kedalam madu. Mati dipusat makanan. Ironis sekali.
Sekarang sudah pukul 2057 wib. Empat semut hitam mati di dalam madu, lima semut merah mati di madu. Ribuan semut merah masih berkerumun mengelilingi madu di lantai, sebagian naik ke botol madu sedangkan semut hitam tidak berani lagi menembus kerumunan semut merah. Semut hitam berjalan di sekelilingnya.
Terinspirasi obrolan tentang “jalur terbang walet” saya mengamati jalur semut. Semut memiliki juga jalur dari sarang mereka menuju ke madu atau ke tempat pencahariannya. Saya halangi jalan mereka dengan tangan atau benda, semut tersebut berputar mengitari tangan untuk bisa melanjutkan perjalanan.
Ketika dia menabrak atau menyentuh tangan saya, dia bersikap wajar. Dia tidak menggigit. Dia mencari jalan lain untuk mengatasi halangan. Ketika halangan sudah teratasi, dia kembali pada posisi jalan semula. Di tembok tidak ada garis tetapi mereka bisa melewati jalan yang sama.
Upaya memindah jalur semut sia-sia ketika kita memakai tangan atau benda yang sementara. Ketika jalan mereka ditutup, bukan membuat jalan baru. Mereka hanya mengatasi rintangan yang menutup.
Pernah kawan membunuh semut itu di sepanjang jalur semut. Ia segera membawa temannya yang mati, dan mereka hanya membuat jalur baru sepanjang bekas pembantaian tersebut. Selebihnya mereka kembali masuk ke jalur semula.
Letak rumah dan sumber makanan sangat menentukan jalur semut. Sekali saja dia menemukan makanan, semut segera membuat jalur baru. Jalur tersebut tetap dipakai sejauh sumber makanan masih ada.
Walet juga mempunyai jalur terbang. Jalur datang dan pergi adalah sama dan tetap. Perubahan justru sangat dipengaruhi oleh sumber makanan dan letak rumah walet.
Ketika walet sudah menemukan sumber makan dan tempat tinggal yang cocok, maka dia memiliki jalur penerbangan ketika mereka berangkat pagi hari dan pulang sore hari.
Walet di dalam satu gedung rumah walet adalah walet. Ketika di dalam gedung mereka hanya satu jenis. Sekalipun mereka sejenis, di dalam gedung banyak terdapat kelompok-kelompok atau koloni-koloni. Masing-masing koloni dipimpin oleh satu walet. Ketika koloni berangkat mencari makan, pemimpin ini menggerakkan arah dan tujuan mereka. Sungguh beruntung bilamana di dalam gedung walet banyak koloni-koloni. Masing-masing koloni bisa hidup berdamai satu terhadap yang lain.
Sriti atau kelelawar tidak begitu mengganggu keberadaan walet, tetapi oleh sebagian pemilik sriti atau kelelawan/ binatang sekategori dengan walet mengganggu.
Menarik disimak adalah cara semut mengkomunikasikan dengan koloninya. Cara walet mengkomunikasikan dengan koloninya bahwa di sana ada makanan dan di sini ada sarang nyaman?
Walet takut dengan burung hantu, kecoa, dan tikus. Binatang-binatang yang memakan sarang, anak atau anak walet. Jika demikian sangat berterima ketika walet senang bersarang di dekat manusia: memiliki kasih, pemelihara, melindungi, dll. Sebaliknya walet juga takut dengan manusia yang memiliki ciri-ciri seperti burung hantu, kecoa, elang, dan burung pemangsa walet.
Kita mampu mencintai walet ketika kita menempatkan walet sebagai saudara dan saudari. Walet adalah saudara dan semut adalah saudara. Bahkan banyak binatang senang bersahabat dengan manusia.
Ketika kita memiliki niat baek, disinilah pancaran ketulusan kebaikan rasa sayang ditangkap oleh gelombang walet. Kita mengundang walet dengan hati murni bersih dan menyiapkan rumah untuknya.