Merona

Jumaat, 31 Juli 2009

Wanita menegur dengan lembut namun sangat keras dan tegas. Dia bagaikan air: menyimpan kelembutan menghidupkan dan sekaligus kedasyatan menghancurkan.

Jaman nenek moyang melukiskan bahwa Tuhan itu sangat lembut hati dan sekaligus menakutkan; dia sangat dekat dan sekaligus jauh.

Jadi ingat tulisan di buku tua bahwa bayi atau wanita memiliki energi tanpa batas yakni kepasrahan – kelembutan – kekuatan – kehidupan.

Dia sangat pencemburu. Tidak dibiarkan orang lain mendekatinya. Dia menjadi galak seperti singa betina, bila perasaanya terganggu atau waktu-waktu tertentu di siklus tertentu. Jadi ingat bahwa Dia juga pencemburu. Waktu bangsa Israel membuat patung sembahan dari emas, Dia murka. Orang-orang Israel gentar melihat murka Nya akibat cemburuNya.

Sebuah syair lagu dari seniman kita,” cinta itu anugerah. Maka berbahagialah. Sebab kita sengsara bila tak punya cinta.” Syair ini mengingatkan juga 12 tahun silan ketika mendengar syair seorang seniman,”kesetiaan, pengorbanan, kepasrahan merupakan unsur cinta sejati”

PerbuatanNya merupakan proyek cinta-Nya untuk menghantar kepada kebahagiaan atau keselamatan. Ketika dia menegur, cemburu atau memukul kita merasa Dia jauh atau meninggalkan kita.

Betulkah bahwa dia meninggalkan atau menyertai perjalanan? Dia jauh atau dekat dengan kita? Aku yakin bahwa Dia selalu bersama-sama dengan kita dan sangat dekat dengan kita. Dia ada di dalam dan di luar.

Kau kini jauh atau dekat? Kau peduli atau cuek? Kau cinta atau benci? Kau mau menyelamatkan atau menghancurkan?

Aku masih mengimani bahwa Engkau mencintai apa adanya dan tidak menghitung-hitung kesalahan. “Bila engkau menghitung-hitung kesalahan ya Tuhan, siapakah dapat tahan?”

Di ruang hening di tengah hari di kala sunyi kugores puisi ini.

Mengalami Menjadi

Pertapaan Yung Fo, 27 Juli 2009

Senin pukul 08.02 wib tanggal 27 Juli 2009 saudara Martinus dari Batam telepon pastor. Beliau berbagi kegembiraan. Sebulan yang lalu sebuah perusahaan menawari pekerjaan kepadanya. Mereka berjanji bahwa perusahaan “T” akan membayar kami (saya dengan beberapa teman) setiap hari jumaat. Sekalipun jumaat yang lalu saya belum menerima bayaran, saya tetap melaksanakan tanggungjawab saya. Setiap hari kerja, saya di perusahaan “T” saya memakai seragam perusaan itu. “Pakaian ternyata besar sekali pengaruhnya, ya pastor. Saya sudah diangkat menjadi pegawai perusahaan “T”.

Kongli menuturkan kisah di depan gua Maria Yung Fo Pangkalpinang. 2 tahun yang lalu kami merindukan seorang anak. Perkawinan kami padahal waktu itu sudah 4 tahun tetapi belum juga dikaruniai anak oleh Tuhan. Istri dan saya 3 tahun yang lalu sering meluangkan waktu menggendong, menyuapi, mengganti pakaian, menidurkan anak nya anak tante. Sekarang anak di pelukan saya ini adalah anak kandung isteri saya. Tuhan memang baik kok.

Apakah kedua pengalaman Martinus dengan Kongli hanya sebuah kebetulan? Apakah kita bisa mempunyai outcome atau goal bisa juga tercapai bila mengikuti jejak mereka berdua? Selamat mencoba.

Letakkanlah Bebanmu kepada-Ku!

Pertapaan Yung fo, 24 Juli 2009

Pastor setiap jam 18 wib perut saya panas. Rasa panas tersebut menjalar naik ke dada dan kepala. Apakah rasa panas tersebut berasal dari santet? (dia jenis kinestetik melihat bahasanya) Kata bawahan saya, bekas pegawai mempunyai ilmu, sering duduk di kursi tertentu dan di kantor. (Dia menggunakan audio remember ekternal). Apakah penyebabnya kuasa gelap dari pegawai itu atau kuasa gelap lain?
Ibu merasa panas di bagian perut setiap jam 18.00 wib? Letak persis rasa panas tersebut coba dimana?

Di sini pastor! Di bagian perut saya.

Nah letakkan salah satu telapak tangan ibu di bagian itu! Sentuhlah lembut bagian itu dengan telapak tangan ibu. Sambil berdoa di dalam hati, ambil rasa sakit itu dan letakkan di sebelah kiri ibu!”

Sudah pastor. Saya sebenarnya sedih pastor. Pikiran ruwet. (melihat kata kerja yang dipakai ia jenis kinestetik) Saya memikirkan Asak (ia memakai kata kerja tidak spesifik), adik kandung saya di Bandung. Adik kandung di Jakarta menyarankan kepada saya dan Asak agar rumah warisan dikontrakkan. (audio remember: ia mengingat masukan dari adiknya di Jakarta. Massukan tersebut membuat pikirannya ruwet). Saya harus bagaimana?

Pastor merasa perihatin dengan situasi kalian bertiga. Persoalan harta warisan bisa membuat pikiran ruwet. Saran pastor, kalian sebagai ahli waris harus berembug untuk membicarakan hal tersebut di dalam terang Tuhan. Pembicaraan hendaknya didasari oleh kebaikan Tuhan.

Iya pastor

Nah, tadi ibu merasa sedih dan pikiran ruwet. Perasaan sedih tersebut terletak dimana?

Rasa sedih menekan di bagian dada.

Bagus. Sekarang letakkan salah satu telapak tangan ibu di bagian yang menekan itu. Seorang bijak bernama Yesus pernah berkata,”datanglah kepada-Ku kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan member kelegaan kepadamu” sambil menyentuh dan menggenggam rasa menekan tersebut, berdoalah dalam hati dengana mengingat petuah bijak tersebut.

Oke, pastor.

Bila sudah, genggam dan serahkan rasa menekan di dada tersebut di tangan Tuhan

Sambil menunggu dia berdoa di dalam hati saya berkata, sementara anda berdoa di dalam hati dan menyentuh dada anda, anda mengalami kebahagiaan dan keringanan.

Sudah pastor.

Sekarang rasa ruwet ibu terletak dimana?

Ada di kepala , pastor.

Nah, letakkan kembali salah satu tangan ibu di kepala. Rasakan dan rabalah dengan lembuh bagian tersebut sambil mengingat petuah bijak dan berdoa di dalam hati. Setelah itu ambil dan serahkan rasa tersebut kepada si bijak.

Hati saya bahagia. Tubuh terasa ringan. Kepala menjadi enteng. Kapan pastor datang ke Bandung? Pastor sangat baik sekali kepada saya. Saya sangat bahagia hari ini. Perasaan bahagia saya, saya mau bagikan kepada sesama menderita.

Berterimakasihlah kepada Tuhan dan si Bijak dengan berbuat baik kepada sesama, maka ibu merasa bahagia di masa tua. Selamat berkarya ibu.

Menyembuhkan Trauma dengan Melihat Televisi

pertapaan Yung Fo, 23 Juli 2009

Dua orang wanita datang ke keuskupan. Saya mencoba membuat ancor lucu, tenang, bahagia, percaya diri dan ancor tidur. Keempatnya disatukan. (proses membuat ancor tidak diceritakan di sini). Setelah ancor dibuat dan dites keampuhannya, saya menayangkan sebuah film. Mereka berdua duduk di depan televisi untuk melihat film, yang mempunyai kisah serupa dengan kisah mereka yaitu trauma terhadap kekerasan masa lalu. Dalam sebuah training di certification practiotioner dari pak wiwoho dan pak ronny ronodirjo, kita bisa member masukan (leading) klien dengan menuturkan kisah/cerita. Berikut ringkasan penggalan film tersebut.

Seorang wanita diantar oleh kawan karib dan mama kawan karib. Dia mengharapkan agar wanita itu menjadi salah satu anggota penggembira di sekolah. Namun wanita itu menolak karena mama melarangnya. Kawan karibnya menyangka bahwa teman dan pacar nya membenci orang tuanya. Si meninggalkan mereka berdua di dalam mobil dan memasuki rumahnya.

Ia memanggil ayah, suara tetap sunyi. Dia memanggil mama, suara juga sunyi. Dia memanggil dan menuju ke kamar adiknya, adiknya sudah terkapar tidak berdaya di ranjang. Dia semakin terkejut ketika dia mendengar bentakan lelaki dan suara ketakutan dari mamanya. Dia bersembunyi di bawah kolong tempat tidur di dalam kamar. Lelaki itu membanting mamanya di samping ranjang dan memaksa untuk mengatakan dimana sekarang pacarnya? Di lantai ibu itu terkejut ketika melihat anaknya berada tepat di sampingnya di bawah kolong tempat tidur. Sekalipun si ibu mengetahui keberadaan anak, dia tetap merahasiakan keberadaan anaknya kepada kekasih, yang sudah gelap mata. Dia dibunuh oleh lelaki, yang adalah pacar anaknya karena tidak mau mengatakan keberadaan anaknya.

Setelah membunuh lelaki itu keluar kamar untuk mencari pacarnya. Beberapa menit setelah dia keluar kamar, terdengar sirine mobil patrol. Wanita itu segera keluar dari bawah kolong. Ia berlari keluar untuk meminta bantuan polisi yang melintas. Ia melihat mobil polisi dan berteriak memanggil-manggil. Polisi tidak mendengar teriakan nya tetapi justru pacarnya dengan jelas mendengar teriakan itu. Pacarnya datang menangkap. Wanita itu terkejut dan sangat takut. Lelaki itu berkata,”semua itu demi kita”

Wanita itu berulang-ulang teringat dengan kejadian tragis di rumah. Di sekolah terkadang ingatan itu muncul. Di salon ingatan itu muncul. Di jalan ingatan itu muncul. Di ruang terapi ingatan itu muncul. Di ruang tidur ingatan itu sering muncul. Kemunculannya sering dipicu oleh ancor (suara yang mirip teriakan mamanya waktu kesakitan, suasana ruangan tempat mamanya dibunuh, dan lain-lain).
Kalian berdua sudah melihat film dan mengertinya?

Ya

Kalian tadi sepakat memilih film itu. Film itu disimpan di dalam CD. CD itu dimasukkan kedalam DVD player dan dihubungkan di televise di depan kalian. Rekaman adegan film sudah lampau, tetapi sekarang kalian bisa mengambil rekaman di CD dan memutar ulang. Peristiwa masa kecil kalian juga mempunyai kemiripan atas film tersebut. Kejadian demi kejadian direkam dan disimpan di dalam cd di otak kita. Suatu saat kalian bisa mengambil cd tersebut dan memutarnya. Sekarang pastor meminta anda mengambil salah satu cd di gudang memori anda dan memutar di depan televisi.

Sementara mereka memejamkan mata, saya menyentuh ancor tidur. Segera mereka bablas menuju ke gudang penyimpanan cd. Tampak kepala mereka condong ke kiri, pundak mereka melemah, mata mereka terkatup, nafas mereka sangat tenang. Begitu kalian merasakan sentuhan jari telunjuk pastor di jari jempol kalian, kalian semakin lebih nyaman dan semakin dalam tidur lelap. Ketika anda sudah menyadari bahwa kalian tidur sangat lelap, anda lebih fokus mendengarkan suara saya dan menemukan cd tersebut. Setelah kalian menemukan cd di gudang anda, putarlah cd itu di depan televisi.
Si Alin teriak-teriak memecah sunyi. Ancor ketenangan saya pencet. Dia mendadak sangat tenang. “televisi itu di situ, kita di sini. Di antara kita dengan televisi itu ada dinding kaca tebal. Coba rabalah dengan kedua telapak tanganmu (saya jadi ingat waktu praktek penyembuhan phobia). Iya khan ada dinding kaca tebal?”

Ia menganggukkan kepala dan kelihatan semakin tenang. Setelah kau menyadari bahwa ada jarak pemisah antara kau dengan film di televisi tersebut, sekarang lanjutkanlah memutar perlahan-lahan filmmu (ia menanggukkan kepalanya). Di sana engkau atau beberapa orang lain menjadi pemain dalam film itu. Apakah kejadian itu di dalam atau diluar, terang atau gelap, kau sendiri atau bersama dengan orang lain, putar dan putar. Lihatlah dengan jelas kehidupan.

Coba sekarang dari balik kaca tebal ini petiklah hikmah atas peristiwa tersebut. Sebenarnya melalui peristiwa tersebut, Tuhan mau berbicara apa kepadamu? Mungkin kejadian yang menimpamu merupakan sebuah takdir seperti kisah Yesus, yang ribuan tahun sudah diramalkan oleh para nabi alur hidupnya? Orang lain atau orang terdekatmu menyiksamu (menurut penurutannya), Yesus juga pernah disiksa oleh orang-orang kepercayaannya.

Beberapa kali saya kembali menyinggung film yang baru saja mereka tonton dan merefraim. “lelaki tersebut sangat mencintai wanita itu, tetapi caranya tidak manusiawi. Karena dia membunuh orang yang dicintai. Orang yang mencintai kita terkadang mencintai, tetapi cara mereka kurang tepat. Kita pun mungkin pernah memiliki tujuan baik, tetapi caranya kurang tepat untuk orang lain. Melalui peristiwa tragis, kita bisa belajar dari kesalahan orang tua atau pengalaman kita untuk kehidupan kita sekarang.

Dia mengangguk-anggukkan kepalanhya

Sahabat wanita itu menebak (mind reading) bahwa wanita itu membenci ibunya karena larangan ibunya untuk mengikuti kegiatan di sekolah. Dugaan buruk atas wanita tersebut ternyata meleset jauh, terbukti ibu kandungnya tidak mau memberitahu keberadaan anaknya kepada si pembunuh itu. Apakah kita pernah juga menebak-nebak pikiran orang tua kita dan tebakan tersebut kurang sesuai dengan kenyaaan sesungguhnya? Apakah kejadian di depanmu merupakan sebuah hasil dari tebakan pemikiran dan kurang sesuai dengan kenyataan?

Dia mengangguk-anggukkan kepalanya

Sekarang masuklah ke relung hati. Temukan potensi untuk mengatasi persoalan. Potensi di dalam hati tersebut bisa bersumber dari kitab suci, petuah orang-orang bijak, para pastor, para suster, para sahabat, para guru, dari buku-buku atau sumber lain.

Dia menganggukkan kepala

(perintah tidak langsung melalui cerita dari kita suci) Sekalipun Yesus dikhianati Yudas, dijatuhi hukuman mati dengan tidak adil, disiksa oleh banyak orang, dipaku di atas kayu salib, ditombak oleh serdadu dari bawah, dicaci maki, ditinggalkan oleh para murid-murid-Nya, dibunuh dengan kejam, Hati Nya tetap diliputi kasih. Ia menerima piala berisi anggur. Ia memaafkan semua orang.

Dia menganggukkan kepala

Sekiranya kau sudah menemukan potensi untuk mengatasi persolan, maka anggukkan kepalamu. Air liurnya meleleh banyak. Mulutnya ternganga. Sekali waktu kening berkerut.

Dia menganggukkan kepala

Nah sekarang pastor akan menghitung 1-3. Dalam hitungan ketiga masuklah kedalam film di televisi dengan membawa potensi untuk mengatasi persoalan. Temui dirimu di dalam film itu. Nasehatilah dia sesuai dengan potensi yang sudah berada di dalam genggamanmu.

Saya mulai menghitung 1-3. Apakah kau sudah bertemu dengan dirimu?

Ia menganggukkan kepala

Bicaralah dengan dia penuh kasih dan berilah masukan sesuai dengan keyakinanmu.

Ia menanggukkan kepala

Setelah kau selesai berbicara dengan dirimu, anggukkan kepalamu. Saya menunggu beberapa saat.

Ia menanggukkan kepala, nah sekarang putar mundur dengan cepat film di televisi itu dari setelah kejadian (post kejadian) tersebut sampai kau berada di titik sebelum kejadian itu (bahagia). Selama kau memutar mundur katakan “wuuutttt”

Dia menganggukkan kepala. Kepala nya bergerak dari kanan ke kiri sambil mulutnya komat kamit gak jelas.

Nah, kau sekarang melihat dirimu baik adanya. Masukkan dirimu yang masih kecil itu di dalam dirimu yang besar (berdamailah dengan masa lalumu). Tarik dan masukkan dia di dalam dirimu. Setelah masuk, anggungkkan kepalamu.

Ia menganggukkan kepala setelah beberapa saat.

Oke, sekarang yang ada adalah diri mu yang sudah dewasa tenang dan bahagia. Sekarang tinggalkan filmmu dan kembalilah ke tempat dudukmu.
Ia menanggukkan kepala.

Film sudah selesai. Sekarang kau bisa menikmati perasaan bahagia (tombol kebahagiaan dipencet). Mukanya tersenyum. Kau juga bisa mentertawakan kehidupan ini (tombol kegembiraan dipencet). Begitu hati diliputi kegembiraan dan tawa, hidup menjadi bahagia.

Lihat Film dari Situ!

Puri sadana, 22 Juli 2009

Seorang wanita berumur 32 tahun bersama dengan sahabatnya datang. Menurut penuturan sahabatnya (Ai), si Uli sejak SMP, SMA, dan setelah menikah sering kerasukan. Beberapa kali ia tiba-tiba teriak-teriak histeris di dalam kelas mengagetkan teman-teman dan para guru. Para guru dengan sigap memanggil para normal atau taipak untuk mengatasi persoalan. Sejam setelah ditangani taipak atau paranormal, Uli sadar (entah karena capek atau si setan sudah lari). Dia mengkhawatirkan kondisinya dan takut berdampak buruk terhadap anak-anak. Oleh karena itu ia datang. Berikut ini beberapa langkah menanganinya. Rekan-rekan bisa member masukan untuk kesempurnaan terapy selanjutnya.
Langkah pertama, saya memintanya untuk melukiskan keluarga besar dari pihak dirinya dan suaminya. Berikut susunan gambar 1 diurutkan dari kiri ke kanan: mama, kakak, papa, suami, anak2, anak 1, saya, papa mertua dan mama mertua. Bila melihat posisi papa kandungnya di antarai oleh 2 anak dan suami, sedangkan Uli berdampingan dengan papa mertua.
Menurut hemat saya gambar ini sangat penting untuk menyingkap persoalan si Uli. Papa kandung ditempatkan lebih jauh daripada papa mertua. Karena papa kandung sudah meninggal dan dia kurang dekat secara emosional dengan papa kandungnya. Dia sekarang lebih dekat secara fisik dan emosional dengan papa mertua. Untuk mengecek kebanaran hasil “mind reading” , saya bertanya kepada Uli.
“Sekarang kamu tinggal bersama dengan siapa?
“Suami dan 2 anak”
“Rumah kamu dekat dengan rumah papa atau mertua?”
“Rumah saya berhadapan dengan rumah mertua”
“Apakah kau merasa kurang dekat dengan papa dan mama kamu sekarang?”
“Papa sudah meninggal beberapa waktu yang lalu, sedangkan hubungan dengan mama kurang menyenangkan. Karena saya merasa dikekang selama di rumah.”
““Apakah kau lebih dekat dengan anak pertama daripada anak bungsu?”
“Ya saya lebih mecintai anak pertama daripada anak kedua.”
“terimakasih”
Hasil gambar Uli melukiskan situasi batin si Uli dan persoalan si Uli. Sangat mungkin sekali sekarang Uli mengalami konflik dengan papa dan mertua. Untuk mengecek hal tersebut saya memberinya tugas untuk mengarang bebas. Berikut ini saya sajikan hasil karangan dia untuk mempertegas persoalan Uli. Saya menyajikan apa adanya.
“Di sebuah hutan hiduplah berbagai macam binatang. Ada ular, cacing, lintah dan buaya. Mereka hidup bersama. Suatu hari ular berbincang-bincang pada teman-temannya. Aku bosan dan ingin keluar dari hutan ini. Aku ingin mencari dunia baru.
Teman-temannya setuju karena hutan itu tidak ada lagi harapan karena persediaan makanan di hutan itu mulai menipis dan mereka ingin ikut bersama tapi ular itu tidak memperbolehkan mereka ikut bersama. Katanya aku berjuang dulu. Nanti kalau aku telah menemukan tempat yang berlimpah makanan aku akan menjemput kalian. Aku tidak setuju kata cacing, kita akan mencari bersama-sama. Setelah kita menemukan di tempat yang berbeda kemudian kita berjanji di suatu tempat. Saat itu kita tau tempat mana yang lebih banyak mananannya. Mereka menyetujuinya dan berjanji akan bertemu 10 hari lagi di bawah pohon besar tempat mereka biasa bertemu. Ular, cacing, lintah dan buaya akhirnya berpencar.

Ular pergi ke daerah pegunungan. Ternyata di sana sedang kekeringan dan tidak ada bahan makanan. Disana ular menjadi incaran bagi hewan pemangsa lain. Ular itu bersembunyi menunggu hewan lain tidur untuk melarikan diri. Akhirnya ular bisa melarikan diri dan kembali menunju tempat yang teman-teman janjikan.

Cacing pergi ke daerah pedesaaan. Di sana banyak persediaan makanan tapi di sana banyak manusia. Jadi cacing harus berhati-hati karena cacingpun bisa menjadi mati karena mencuri makanan. Cacing itu takut untuk mencuri. Ia memutuskan kembali untuk memberitahukan teman-temannya tentang tempat itu.

Linta pergi ke daerah sungai. Di sana juga tidak bahan makanan. Disana terjadi bencana alam yang besar. Pohon-pohon tumbang. Sungainya tidak berair. Hewan-hewannya mati. Mati semua. Lintah pun kecewa dan kembali ke pohon besar tempat bertemunya kawan-kawannya ular, cacing dan buaya.

Buaya pergi ke daerah pantai. ternyata pantai itu sangat sepi. Ternyata pantai itu ada penguasa yang memerintahkan untuk berpencar mencari makanan ke seluruh dunia. Buaya itu putus asa dan kembali pulang ke pohon besar.

Setelah 10 hari mereka bertemu ular, cacing, lintah dan buaya. Mereka bercerita dan mereka memutuskan untuk ikut cacing kembali ke daerah pedesaan yang banyak makanan itu. Mereka pun pergi bersama-sama. Mereka bersemangat untuk pergi ke daerah pedesaan itu. Dalam perjalanan itu mereka menghadapi berbagai cobaan. Hari pertama banjir terjadi. Ular hampir tidak tertolong tapi buaya menyeret ular ke tempat yang lebih tinggi. mereka akhirnya selamat.

Hari kedua mereka mengalami cobaan lagi. Kali ini angin yang kencang menerbangkan mereka. Lintah tidak selamat dalam musibah itu. Mereka sangat bersedih dan berencana untuk kembali ke pohon besar. Tapi ular tidak setuju. Buaya dan cacing pulang ke pohon besar.

Ular terus melanjutkan perjalanan ke daerah pedesaan. Dalam perjalanan itu ular menempuh cobaan yang lebih dahsyat lagi. Gunung meletus, badai, angin kencang. Ular bertahan. Ular tidak tahan lagi. Perjalanan masih jauh. Ia putus asa dan terdiam. Ia tidak mau melakukan apapun. Dan ular ingin mengakhiri hidupnya.

Buaya dan cacing kembali ke tempat semula. Ternyata di sana makanan dan hutan telah berlimpah. Buaya dan cacing teringat pada ular. Mereka berencana menyusul ular. Sampai di sana mereka menemukan ular sedang sekarat. Buaya dan cacing membawa nya ke pohon besar . dan akhirnya hidup dalam kebahagiaan. Di sana tidak ada yang kekurangan. Tapi mereka selalu teringat pada lintah yang nasibnya tidak beruntung.
Berdasarkan pengalaman tersebut saya mengajak dialog si Uli. “Apakah engkau merasa tidak betah tinggal bersama dengan keluargamu sendiri?”
“Saya merasa dipenjara. Orang tua tidak memperbolehkan saya pergi bermain. Mereka hanya mengijinkan saya pergi ke sekolah dan gereja. Selain itu saya di rumah. Saya benci dengan kedua orang tua. Jadi saya mau lari dari rumah. Saya berfikir bahwa menikah bisa menyelesaikan persoalan tetapi ternyata saya tertekan dengan sikap mertua.”
“apakah angka 10 berarti bagimu?”

“Saya sudah meninggalkan orang tua 10 tahun. Namun di luar rumah saya justru sekarat dan ingin kembali ke rumah orang tua.”

“apakah kau mempunyai saudara kandung? Berapa?”

“saudara kandung 3 orang.”

“Kau mau membuktikan bahwa kau mampu menemukan kebahagiaan di luar rumah (pohon besar)?”

“Ya, tujuan saya seperti itu tetapi justru kedua kakak saya bahagia dan 1 juga mengalami penderitaan seperti saya.”

“apakah pernah kau merasa bosan hidup dan ingin mengakiri hidupmu karena kau merasa kurang penderitaan menderamu?”
“Ya, saya bosan hidup.”
“Setelah kamu menyadari bahwa kamu hidup menderita berada di luar rumah orang tuamu (pohon besar), apakah kamu masih mempunyai kerinduan menemukan kehidupan dan kebahagiaan bersama dengan keluarga kandungmu atau kau mau melarikan diri dari persoalan?”

“Saya rindu kembali ke pangkuan orang tua. Disana kutemukan kehidupan dan kebahagiaan?”

“apa yang menghalangimu untuk mencapai hal itu?”

“Saya berada di bawah bayang-bayang seorang penguasa. Dia menekan kehidupan. Sikapnya tidak obahnya seperti sikap papa.”

“siapakah yang engkau maksudkan dengan seorang penguasa dan menjadi penghalang kebahagiaanmu?”

“Dia adalah papa mertua!”

“Apa persisnya sikap papa mertua terhadapmu?”

“Dia meremehkan saya”
“Apa untungnya mempunyai seorang mertua seperti dia?”
“saya dilatih untuk bersikap sabar terhadapnya”

“Bagus sekali. Saya mencoba mengutip karya tulismu, ” Disana ular menjadi incaran bagi hewan pemangsa lain. Ular itu bersembunyi menunggu hewan lain tidur untuk melarikan diri. Cacing pergi ke daerah pedesaaan. Di sana banyak persediaan makanan tapi di sana banyak manusia. Jadi cacing harus berhati-hati karena cacingpun bisa menjadi mati karena mencuri makanan.” Apakah engkau pernah bertengkar soal makanan atau mata pencaharian dengan mertuamu?

“Ya, sering bertengkar karena makanan dan mata pencaharian. Saya menjadi penganggur dan kurang berguna. Suami setiap hari bekerja untuk saya, kedua anak dan mertua. Hidup menjadi seperti sampah, tidak berguna!”

“Apa untungnya mempunyai mertua seperti itu dan apa hikmah yang bisa dipetik dari sikap mertuamu?”

“Berusaha menemukan makna kehidupan di dunia ini. Bila kehidupan kita tak bermakna seperti sampah maka melahirkan penderitaan. Semakin menderita manakala hati diliputi perasaan benci. Pandangan orang terhadap kita harus disikapi dengan sabar. Begitulah watak mertua.”

“Bagus sekali. Apakah engkau mencintai kedua anak dan suami?”

“Suami sangat mencintai saya dan saya mencintai kedua anak.”

“Siapakah yang mengurus anak-anak dari pagi hingga malam? Siapakah yang mengurus makanan untuk anak-anak, suami dan mertua?”

“Saya!”
“Itu juga sebuah pekerjaan mulai!”

“iya, juga ya.”

“Sekarang apa yang terjadi ketika engkau berumur 5 tahun?”

Uli berteriak histeris ketika ditanya tentang ayah kandungnya …. Saya membiarkan dia berteriak histeris beberapa detik. “Semakin anda berteriak kencang, anda kembali mengalami peristiwa itu.”

Dia semakin teriak kencang.

“semakin kau berteriak kencang, kau semakin fokus dengan suara pastor. Gambar di depanmu didorong menjauh dari dari dirimu!”
Dia mulai tenang. Saya memegang kedua telapak tangannya. “gambar itu sekarang berada di dalam kotak tv di depanmu. Engkau bisa melihat film masa kecil bersama dengan orang tuamu. Kau berada aman di sini karena di depan mu ada kaca tebal. Coba diraba! Terasa khan?”
Ia menganggukan kepala. “Dia ada di sana. Kita di sini. Kau aman di sini. Di dorong semakin jauh lagi dua kali lipat!”

Wajahnya semakin tenang. “semakin kau mendorong menjauh dia, hatimu semakin aman. Setelah kamu sangat aman, sekarang lihatlah keadaanmu. Apa hikmah yang bisa engkau petik melalui peristiwa itu. Temukan hikmah sebanyak mungkin. Jika engkau sudah menemukan hikmat, anggukkan kepalamu.”

Saya mendiamkan dia beberapa saat. Setelah dia mengangguk-angguk, saya bertanya kepadanya,”sekarang engkau sudah dewasa. Engkau menjadi seorang ibu. Potensi apa bisa mengatasi persoalan itu? Tanyakan ke sumber daya yang ada di dalam dirimu. Sumber daya di dalam dirimu bisa bersumber dari kitab suci, para bijak, para pastor, para suster atau yang lain. Temukan! Setelah engkau menemukan anggukkan kepalamu!”
Saya mendiamkan beberapa menit. Ia menganggukkan kembali kepalanya. “Bagus kau sudah memetik hikmah atas peristiwa tersebut dan menemukan potensi untuk mengatasi persoalanmu. Sekarang masuklah dalam peristiwa tersebut dengan membawa potensi tadi!
Dekati dirimu yang masih berumur 5 tahun ketika mempunyai persoalan dengan dia. Yesus menggenggam tanganmu untuk mendekatimu dirimu yang berusia 5 tahun. Temuilah dirimu dan orang tuamu. Nasehatilah dirimu yang berusia 5 tahun dengan potensi yang sudah engkau temukan.”

Dia menganggukkan kepala

Setelah engkau menasehati dirimu, bimbinglah dirimu yang berumur 5 tahun untuk menyatu dengan dirimu yang sudah dewasa. Biarkan Uli yang dewasa berdamai dengan si Uli yang berumur 5 tahun. Yang ada adalah Uli. Sekarang tinggalkan dan berangkatlah menuju ke depan. Sekiranya engkau menemukan persoalan serupa dalam kontek dan waktu berbeda bawalah potensi tadi untuk mengatasinya. Mungkin persoalan dengan mertuamu atau orang lain.

Dia menganggukkan kepala.

Bagus. Saya akan menghitung 1-10. Dalam hitungan ke 10, Uli menyadari diri dan seisi ruangan ini. Seiring dengan hitungan dari 1-10, kesadaran Uli pulih.

Terapi sudah berjalan 2 bulan silam. Menurut penuturan Ai, Uli sudah tenang. Setiap hari bisa tidur lepap. Sedangkan Uli mengirim sms, “terimakasih. Saya sangat damai dan tenang. Setiap hari tidur lelap.”

Ambil dan Letakkanlah!

Puri sadana, 20 Juli 2009

Di kamar hotel parai sungailiat Bangka jam 15wib tanggal 12 Juli 2009 hari minggu saya menerapi seorang kakek (asuk. Di awal percakapan dia berujar di hadapan saya dan isterinya (aji), “Kita perlu mengalah dan ngemong terhadap anak dan menantu. Sikap keras justru melukai perasaan, sedangkan belaskasih melembutkan hati keras. Sekalipun dia tak mau menelpon kami, saya berinisiatif untuk menghubunginya. Bagaimanapun mereka adalah anak dan menantu. saya sangat sayang kepada mereka dan mereka sangat sayang kepada saya. Mereka mau menawari saya pergi ke Yerusalem, tetapi isteri tidak ditawari. Maka saya menolaknya. Kalau mereka mau mengajak saya ke Yerusalem, maka mereka harus mengajak kami berdua. Sungguh saya sangat sayang anak dan menantu, tetapi isteri saya belum bisa mencintai menantu. Dia masih keras. Kepala saya pusing!”

“Sikap bijaksana, mengasihi anak dan menantu dengan tulus. Kasih justru mengubah hati orang. Aji (istri kakek) hendaknya belajar bersikap kasih seperti kakek. Kakek pusing? Letaknya dimana rasa pusing itu?”

Si kakek menunjuk di bagian kepala depan, “di sini!”

“Bagus suk (sebutan untuk kakek). Coba ambil dan letakkan rasa sakit itu di atas tanah suk!”

Tangan kanan asuk itu bergerak. Dia seolah mengambil sesuatu di atas kepalanya. Dia genggam sesuatu itu. Dia letakkan sesuatu itu. begitu tangan asuk itu melepasnya , bersamaan dengan itu saya berkata,”beban asuk sudah berada di atas tanah. Asuk kini (sekarang) sudah ringan enteng plong dan tabah menghadapi persoalan!”

“Betul pastor! Kepala saya ringan enteng. Beban berat hilang. Lega rasanya. Sinmong toto (Terimakasih).

“Aji sudah sering pergi ke luar negeri, sedangkan asuk jarang pergi ke luar negeri. Tawaran anak dan menantu merupakan bentuk sayang mereka. Namun bilamana asuk menghendaki agar mereka membeayai kalian berdua, saya pikir cukup besar beayanya. Apakah tidak kasihan dengan mereka?”

“Kebahagiaan saya justru berada di Bangka. Sekali waktu saya menikmati hari tua dengan mengendarai mobil menuju ke pantai. Saya kurang tertarik pergi keluar negeri. Sekiranya anak dan menantu menawari dan saya mau, itu karena rasa sayang kasih terhadap mereka. Sekalipun kita tidak suka, kita bisa buat untuk mereka.”

“Menarik sekali! Orang lain befikir bahwa aji sering pergi ke luar negeri sedang asuk jaga toko untuk mencari uang sebagai bentuk ketidakadilan. Di pemikiran asuk, justru asuk bahagia tinggal di bangka dan bahagia bisa mencari uang untuk isteri jalan-jalan ke luar negeri. Ukuran kebahagiaan aji tidak bisa ditakarkan untuk asuk.”

“Tolong bimbing asuk agar bisa berdamai dengan menantu, pastor!”

“Kunci perubahan hidup berada di hati aji. Kelak (nanti) pastor bantu aji untuk berdamai dengan menantumu. Kini (sekarang) kepala asuk bagaimana?”

“Saya sudah sehat. Sinmong toto sinfu (guru).”

“Terkadang kita menilai pikiran menantu dan anak atau orang lain dari pemikiran kita. Padahal itu terkadan kurang sesuai dengan persepsi mereka. Kita perlu belajar memahami dunia mereka agar kita bisa hidup berdamai.”

“Isteri sering memaksa dan menuntut anak dan menantu untuk melayani, menelpon, meminta maaf, memberi terlebih dahulu. Ini yang sering menjadi persoalan. Perlu belajar bersikap seperti sinfu. Sinmong wo!”

“Auk lah (iya lah)”

Dia Menjadi Apa seperti Kebiasaan Kecil Apa

Wisma keuskupan, 13 Juli 2009

Seorang ayah dari 4 anak (yang 1 meninggal dunia) menuturkan pengalamannya dalam mendampingi ketiga anak kepada pastor. Tulisan di bawah sedapat mungkin pastor sajikan sesuai tuturannya.

Sejak kelas 1 SMP saya suruh dia bekerja menjaga toko onderdil di depan ramayana pangkalpinang Bangka, setelah dia pulang dari sekolah. Yang lain saya suruh dia bekerja di bengkel mobil di tempat adik kandung saya di pangkalbalam pangkalpinang Bangka.

Menurut pengalaman saya, anak kita akan menjadi apa sangat ditentukan oleh kebiasaan dia ketika dia masih kecil.

Anak saya yang sejak kelas 1 SMP menjaga toko di depan ramayana, sekarang dia sudah memiliki toko dan ruko. Sedangkan anak saya yang sejak kelas 1SMP membantu bekerja di bengkel mobil, dia sekarang mempunyai bengkel mobil.

Sekarang mereka hidup berkecukupan dengan penghasilan mereka. Mereka bisa membeli mobil, ruko, menyekolahkan anaknya, berziarah ke Yerusalem atau negara-negara lain.

Saya ingat ketika itu si bungsu tamat SMA. Dia pernah meminta untuk melanjutkan kuliah, tetapi saya tidak memenuhinya. Bagaimana saya bisa mengkuliahkan si bungsu dengan penghasilan sanga sedikit? Kau tahu bahwa penghasilan sebagai sopir angkutan umum sungailiat – Pangkalpinang adalah kecil.
Saya sadar bahwa menjadi sopir itu sengsara dan hidup miskin. Saya tidak mau anak-anak juga hanya menjadi sopir angkut. Maka sejak dini saya memaksa mereka untuk menjaga toko atau bekerja di bengkel mobil.

Ketika saya tidak bisa mengkuliahkan si bungsu dan dua kakanya, saya panggil mereka. Saya membekalinya dengan keyakinan. Kata saya kepada mereka waktu itu, bekerjalah dengan jujur, tekun dan rajin. Rejekimu melimpah ruah. Setelah 4 tahun kau bekerja, kau segera bisa mempekerjakan sarjana-sarjana. Wuah ucapan saya terbukti.

Sekarang saya mempunyai toko sendiri dan semua anak sudah mempunyai anak sendiri. Saatnya saya menikmati hari tua dengan bahagia dan senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan. (Perjalanan pulang dari pantai parai Bangka ke wisma keuskupan Pangkalpinang)

Mengenang 1 tahun Ayah

11 Juli 2009 keuskupan pangkalpinang

Ayah, sekarang kau sangat dekat dan sekaligus jauh,
Ragamu melebur ke bumi,namun kurasakan keberadaanmu,
Kau tiada dan kau berada,
Tiada lagi rasa sakit mendera tubuh rentamu,
Jubah yang kau kenakan kini adalah jubah dari surga.

Aku bangga menjadi anakmu,
Berkat teladan hidupmu dan jasamu,
Aku dan anak-anakmu menjadi orang sukses.

Kuharap kau tersenyum dengan para kudus di surga,
Menyaksikan sepak terjang perjuangan kami di dunia.
Bekal iman yang kau tancapkan dalam relung hati,
Dan pendidikan memampukan kami menyikapi kehidupan ini.

Aku tidak mempunyai sayap untuk terbang ke tempat penyemayamanmu,
Namun jiwaku terbang melintasi langit biru ke jogja untuk merayakan pesta kau sempurna naik ke surga,
Rohku naik kendaraan Roh Suci dalam ekaristi,
Dengan meleburkan rohku kedalam RohNya.
Kehadiranmu sungguh nyata manakala terang menjadi gelap di waktu berbagi tubuh Kristus,
Mata seluruh hadirin menjadi lamat-lamat,
Namun hati kami menjadi lebih tajam.

Di dalam kegelapan, manusia tidak lagi mengandalkan mata jasmani,
Kami memasang antena mata hati untuk menangkap kehadiranmu ayah dan kehadiranNya dalam rupa roti dan anggur.
Ya kehadiranmu tertangkap dan tersingkap dengan nurani suci.

Ruangan menjadi terang setelah masing-masing hati menerima tubuh Kristus. RohMu sudah lebur dalam diri orang percaya dan rohmu menyatu juga di dalam Dia, ayah.

Aku tidak bisa terbang, ayah karena aku tidak mempunyai sayap.
Maafkan anakmu. Aku merindukanmu. Aku mencintaimu. Berbahagialah engkau di surga, ayah. Terimakasih.

Penghulu Dunia

keuskupan pangkalpinang, 9 Juli 2009

Masing-masing orang bertanggungjawab atas keputusannya pilihannya.Rasa benci/dendam hanya merusak diri&bangsa Indonesia.Setan bekerja sempurna dalam kebencian,dendam,kepahitan.Pengampunan/kasih membangun&membahagiakan manusia&indonesia.posisi umat beriman semakin terjepit&tertindas dengan pengaruh setan&kuasa penghulu dunia.

Setan bermanis muka,dibalik kemanisan terdapat maut.kecenderungan melihat kecantikan yang terlihat&terdengar oleh telinga,namun tuhan melihat relung hati.kebobrokan hati dilihat dengan hati.Kepekaan hati,kerendahan hati,kedekatan dengan Allah memampukan lebih peka melihat karya setan dalam aneka bentuk menggoda manusia.Kini siapa menabur angin,tunggu saja menuai badai.

Bangsa-bangsa diluar menyanjung senyum manis.seluruh bangsa didalam seperti seorang anak kecil yang kurang berfikir logis karena melihat hadiah/iming-iming dari penghulu dunia.”padahal setan berkeliling mengaum-ngaum mencari mangsa.lawanlah dia teguh dalam iman.”siap menerkam orang-orang beriman,yang terhypnotis dengan aneka janji indah.ratusan peraturan penghulu setan akan menggencet orang-orang beriman.

Mungkin Tuhan memberi kesempatan seperti waktu Dia memberi kesempatan mencobai si Ayub.Kini aura setan semakin terasa kuat menyelimuti.Dia membiarkan menentukan pilihan untuk menyembah atau membangkang.Setan memojokkan manusia untuk memilih 1 hal,yakni maut.orang tidak lagi diberi kebebasan memilih sesuai nurani,tetapi dipaksa untuk menyembah dia(setan).di saat orang beriman sudah tergencet oleh kuasa setan,dia lupa.

bangsa-bangsa lupa terhadap keputusan masa lalunya.bangsa-bangsa lupa dengan sejarah bangsa atau sejarah hidupnya.itulah harapan penghulu setan.siapa setia kepada iman dalam pencobaan seperti Ayub,dia akan mengalami keselamatan,imannya dikuatkan.Siapakah yang tahan terhadap pencobaan?siapkah kita digencet pencobaan?siapkan penderitaan mendera?siapkah kebebasan kita dibelenggu oleh penghulu setan?Tuhan membantu kita

Itu Wine

Pertapaan, 1 Juli 2009
Saya sering mendapatkan perlakuan yang menyakitkan hati, meskipun saya menolong. Tapi harus bisa memaafkan. Ini kadang terasa berat. Sulit ini. Saya sudah serahkan kepada Tuhan, biar Tuhan menjamahnya. Saya berusaha tidak mengingatnya. Kalau mengingat salahnya terus bisa marah-marah gak abis-abis dan sakit hati.

Masuki tubuh orang itu, pahami cara pandang dia (dunia dia). Apapun perilaku bisa dipahami dari sisi dunia orang itu. Temukan intensi baik di balik perilaku , yang tidak anda setujui dan saudara-saudarimu setujui. Setiap perilaku pada umumnya mempunyai intense baik, walaupun perilakunya sering kurang bisa diterima oleh banyak orang.

Memahami sih sudah ya tapi untuk membuat dia tahu bahwa dia itu salah, gimana caranya? Dia mau menang sendiri. Dia Cuma berkomunikasi ama saya saja, dengan yang lain bentrok semua. Maksud saya agar dia itu introspeksi diri. Mengapa semua sodara gak suka dia. Semua saudara diajak rebut. Justru ama bapak aja yang masih dia ajak bicara. Kalau diikutin, dia nuntut lebih dan lebih lagi. Padahal kita mau mengimbangi dan damai aja.

Buatmu pasti bisa menyelami dunia dia, karena kau sering menghadapi banyak orang dengan segala macam masalah tetapi buat saya gak mudah untuk melakukan hal itu. Sudah banyak cara kok masih gak bisa mengubah dia. Maksud saya mengubah dia yakni biar bisa damai dengan saudara dan keluarganya. Kalau dia mau introspeksi diri, kenapa yak ok semua tidak cocok dengan dia, begitu banyak orang. Berarti yang gak beres khan dia. Tetapi dia tetap ngotot yang paling bener dan sama sekali tidak mau denger orang mau bicara apa. Contohnya: dia main ke rumah anaknya. Terus dia ikut ngatur pembantu, sopir, sampai rebut. Anak diancam pilih mereka atau dia. Padahal pembantu dan sopir tidak ada masalah sebelumnya. Kenapa dia ikut campur rumah tangga orang meskipun itu anakkan sudah berkeluarga.

Perubahan harus dimulai dari diri sendiri dalam memandang persoalan, mendengar persoalan, merasakan persoalan, mengecap persoalan, memikir persoalan. Sekiranya hasil penglihatan, pendengaran, perasaan, pemikiran, pengecapan, pembauan adalah perasaan menyakitkan hati, maka evaluasilah diri. Coba untuk membantumu, ini apa? (saya mengirim foto botol ice wine berisi tea kepada dia)

Itu wine tinggal separoh.

Apakah kau yakin dengan jawabanmu itu?

Ya saya yakin karena kau mengirimkan kepadaku.

Kau tadi berkata, “ itu wine tinggal separo.” Dan kau yakin akan hal ini karena kau yakin terahadapku. “Ya saya yakin karena kau mengirimkan kepadaku.” Padahal dilihat, dirasa, dikecap, dibaui itu bukan wine. Realitas sebenarnya adalah botol ice wine berisi tea. Nah, botol berisi tea tersebut ibarat saudarimu.

He he iya ya

Pandanganmu terhadap dia adalah seperti tuturanmu di atas di awal pembicaraan kita (atau ibarat kau gambarkan wine separo padahal botol wine berisi tea). Nah ternyata gambaranmu tidak sesuai dengan realita orang itu sekalipun ada kebenaran di dalamnya. Saya menjadi lebih mengerti atas hasil penilaianmu bila saya memahaimi persepsimu bahwa “ “Ya saya yakin karena kau mengirimkan kepadaku.”. Kau mempunyai keyakinan dan keyakinanmu menghasilkan gambaran kurang sesuai dengan situasi real botol wine berisi tea. Demikian juga saudarimu tersebut juga memiliki segudang keyakinan, pengalaman, agama, religiositas, identitas. Semua itu mempengaruhi perilakunya.
Saya agak plong sekarang. Oke berlimpah terimakasih.