Keuskupan, 8 Maret 2009
Ketika Abraham mempersembahkan Ishak anaknya di tanah di atas gunung,Tuhan berkata kepadanya, “jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku. Karena engkau berbuat demikian maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh karena keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengar sabda-Ku.”
Abraham memberikan milik paling berharga yang dimilikinya, tetapi dia justru mendapat berkah melimpah dari Tuhan, yang diberi anaknya.
Seorang nenek moyang di antara kita pernah menulis, “Ia, yang tidak menyanyangkan Putera-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimana mungkin Ia tidak menganuriakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia.”
Tuhan memberikan putera-Nya yang paling disayangi, tetapi Allah justru kekal dan sumber berkat.
Nenek moyang kita bersama dengan 12 murid-Nya berkumpul. Ia berkata kepada para murid-Nya, “Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan aku.”
Nenek moyang kita memberikan nyawa-Nya untuk dimakan murid-murid-Nya, agar murid-murid-Nya memperoleh hidup, selamat lahir dan batin. Tetapi justru keiklasan Dia memberikan nyawanya, Dia bangkit dari mati (Dia mendapatkan hidup abadi).
Ketika Kita memberi, kita justru mendapatkan. Ketika kita mempertahankan milik demi kepentingan diri sendiri, suatu saat kita akan kehilangan.