Keuskuoan, 2 Maret 2009
Pukul 1635 wib welly datang ke wisma jalan batu kadera XXI No 545 pangkalpinang. Dia menunggu di depan kapela santa Maria keuskupan selama menunggu Aceng misa.
Ketika itu si Aceng membaca kisah nenek moyangnya. Kata nenek moyang kita hendaknya memberi makan orang yang lapar, memberi minum kepada orang yang haus, memberi tumpangan bagi para gelandangan, menengok orang sakit, mengunjungi orang orang yang meringkuk di dalam penjara.
Nenek moyang mengajarkan agar kita peduli dengan orang yang menderita. Maka pastor mengajak Welly jalan keliling kota Pangkalpinang untuk melihat sisi kehidupan.
Selama dalam perjalanan Aceng meminta kepada Welly untuk memperhatikan keadaan di sekeliling jalanan yang dilewati. Mengamati situasi menjadi sarana untuk melatih memupuk kepekaan kita kepada lingkungan. Bila sungguh kita menemukan orang menderita maka kita tolong mereka.
Selama dalam perjalanan seluruh panca indera dipasang untuk menangkap kejadian yang ada di sekeliling, tanggap terhadap kebutuhan sesama.
Weli berulang menuturkan tentang show room mobil, perumahan, bank, ruko ruko, sedangkan Aceng menyebut warung makan seperti mie, otak otak, duren, dan lain lain. Menurut pastor gono obyek yang menarik panca indera kita merupakan cermin dari dalam diri kita.
Berpijak dari pemikiran tersebut pastor menduga bahwa Welly mempunyai usaha jual beli mobil, rindu mempunyai rumah nyaman dan tinggal dengan keluarga, keinginan mempunyai tabungan, dan merencanakan membeli ruko untuk usahanya. Sedangkan Aceng sedang lapar.
Setelah Wely mengakui kerinduannya seperti yang disebut Aceng, mengajak singgah di warung mie untuk makan.
Dua posi mie dan tahu fukok dipesan untuk makan bersama. Di tengah kami asyik bersantap, ce Wewe hadir untuk membeli mie. Bagian beliau dibungkus dan dibawa pulang. Ketika dia berpamitan pulang kepada Aceng dia berujar,”Ceng, aku sudah bayar!”
Beliau bayari 4 mangkok mie dan tahu fukok yang kami santap. Bukan Welly yang membayar tetapi justru Wewe.
Bukan kami yang memberi makan kepada yang lapar tetapi kami justru yang ditraktir makan mie dan tahu fukok. Dunia ini terkadang lucu.
Di dalam kehidupan yang telah menjadi modern, telah banyak merubah manusia menjadi “munafik” …..
Terkadang kebaikkan kita disalahkan gunakan oleh orang lain, tapi tanpa kita sadari kebaikkan kita itu menyebabkan penderitaan kepada orang lain.
Setiap orang dapat berbuat “baik”, tetapi tidak semua orang dapat melakukan perbuatan yang “benar”
Oleh karenanya selama kita masih bisa bernafas (hidup), kita selalu wajib belajar untuk berbuat baik & benar…
Allah selalu tahu apa yang kita butuhkan, bila di dalam hidup kita selaras dengan kehendak Allah. Peka terhadap lingkungan dan mau peduli kepada sesama terutama yang membutuhkan, kita ga usah minta Allah yang akan penuhi. Seperti cerita di atas Aceng mengajak Welly untuk melakukan apa yang diajarkan nenek moyang, peduli dan menolong kepada orang yang membutuhkan. Belum hal itu dilakukan malah mereka ditraktir Ce Wewe. Allah sungguh luar biasa DIA selalu muncul disaat kita membutuhkan dan memenuhi kebutuhan kita asal kita taat dan hanya berharap padaNya. Seperti Aceng.
Kita jadikan cermin apa yang telah dilakukan oleh leluhur kita. Dalam agama apapun didunia semua mengajarkan kita untuk memberi, apapun bentuknya pasti itu baik adanya.
Yang paling mudah yaitu memberi makan, karena semua mahluk hidup tiap hari membutuhkan makan. Kalau kurang makan maka dampaknya luas sekali.
Memberi perhatian kepada saudara kita yang sedang tenggelam dalam kesulitan. Memberikan apa yang kita miliki untuk orang yang membutuhkan. Memberi kasih sayang adalah yang terpenting dalam kehidupan ini.
Itulah yang saya petik dalam tulisan ini bukan mie atau makannya, banyak yg perlu kita jadikan panutan.
Marilah kita berpegang teguh pada harapan, saling memperhatikan, saling mendorong dalam cinta kasih.
Tuhan selalu melindungi dan memberkati umat-NYA melalui berbagai cara, marilah kita percaya hanya pada perlindungan dan berkat Tuhan.