Keuskupan, 19 februari 2009
Pastor mendapat SMS dari Sisin. Melalui SMS dia menuturkan pengalaman berada di lokalisasi Teluk Bayur dan Parit 6 Pangkalpinang Bangka. Berikut kutipan SMS Sisin, “di parit 6 dibagi menjadi dua wilayah yaiitu parit 6 atas dan parit 6 bawah. Jumlah total parit 6 atas adalah 72 PSK. Jumlah parit 6 bawah 192 PSK. Jadi jumlah total PSK di parit 6 berdasarkan tabel adalah sekitar 200. Mami-mami di parit 6 cukup banyak, tetapi mereka tidak menetap. Hanya 4 atau 5 mami-mami yang menetap di parit 6.”
“wow banyak sekali PSK di Pangkalpinang. Ketika sisin menyebut Parit 6, pastor menjadi teringat dengan perjumpaan dengan cecep, seorang mahasiswa dari Jakarta dan berasal dari Bangka. Cecep sebelum meninggal dunia karena HIV menyibak masa silamnya. ‘ketika saya kelas II SMU St Yosef Pangkalpinang, saya dan beberapa teman sudah sering jajan di Parit 6 Pangkalpinang. Semasa kuliah pun sering berganti-ganti pasangan.’ Sisin bersama dengan siapa di lokalisasi?”
Sisin menemani Susin. Susin adalah teman SD. Beliau berdomisili di Palembang. Dia bersama dengan team memberi penyuluhan HIV di lokalisasi Teluk Bayur dan Parit 6. Jelas sisin kepada pastor.
Tanya pastor kepada Sisin,” apa yang melatarbelakangi mereka mau menjadi PSK?”
“Orang bisa berbuat apa saja di saat mereka berada dalam kesulitan. Dalam kondisi perekonimian yang terpuruk mereka menjual diri untuk mendapatkan uang dengan sangat mudah. Sikap semacam itu membuat dirinya sungguh tidak berharga.” Balasan SMS Sisin.
“Berdasarkan pantauan Sisin selama berada di lokalisasi Teluk Bayur dan Parit 6, darimanakah para PSK datang? Menurut Sisin, dari kalangan mana lelaki yang jajan di tempat tersebut?” Lebih lanjut pastor bertanya kepada Sisin.
“Ketika membagi-bagi sarung kepada para PSK, tampak dari logat, bahasa, tutur katanya para PSK berasal dari luar Bangka seperti Sunda, Bandung, Jawa, Bangka, dan lain-lain. Mereka membuka warung-warung minum dan panti pijat. Para tamu datang ke warung-warung seperti layaknya kita ke restoran. Setelah minum mereka juga transaksi barang lain. Harga minuman dan warung kecil. Sangat mungkin bahwa para pembeli juga berasal dari kalangan menengah ke bawah.” Jelas Sisin kepada pastor melalui SMS.
“Apa misi Susin datang ke Teluk Bayur dan Parit 6?” Tanya pastor kepada Sisin.
“HIV bisa menular melalui hubungan sexual, jarum suntik, dll. Melalui ceramah para PSK dianjurkan untuk mencegah penularan HIV dengan memakai sarung. Maka Susin sempat membagi-bagi sarung kepada para PSK. Namun demikian menurut hemat Sisin, kunci pencegahan penularan HIV adalah Kesetiaan. Para pembeli setia dengan pasangan masing-masing dan tidak jajan.” Sisin berbagi materi ceramah kepada pastor.
Langkah Susin dari Palembang sudah pernah ditempuh oleh keuskupan Pangkalpinang. Pihak keuskupan mengundang dokter Shally dari Jakarta untuk memberi penyuluhan tentang HIV di sekolah-sekolah katolik di wilayah keuskupan Pangkalpinang. Materi penyuluhan kurang lebih seperti materi yang dipaparkan oleh Susin. Namun demikian penyuluhan tersebut belum menyentuh ke lokalisasi. Beberapa media massa sempat memberitakan bahwa ada penyuluhan HIV yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pertanyaan kritis adalah Efektifkah penyuluhan HIV di tempat lokalisasi?
Sejauh akar persoalan dari masing-masing PSK dan situasi kemasyarakatan yang mempunyai andil kejatuhan para PSK tidak dicabut, maka kebiasaan seperti akan terulang. Ketika kami makan siang pukul 13.45 wib pastor Yance berujar, ” manusia jaman sekarang mau serba instan. Dia tidak mau melewati proses tabur tuai seperti ilmu petani. Mentalitas orang-orang harus diubah maka perilaku akan berubah. Perilaku tetap akan menghasilkan behaviour.”
Apa sikap Yesus terhadap wanita yang tertangkap berzinah? KataNya, “semua orang tidak melempari engkau dengan batu, Aku pun tidak. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.” Minimal yang bisa pelajari dari sikap Yesus ketika berhadapan dengan wanita berzinah adalah sikap tidak menghakimi, pemahaman atas persepsi si wanita, pengampunan, dan proses penyadarang agar wanita itu menjadi manusia baru.
Bagaimanakah sikap kita terhadap mereka? Apakah gereja juga melanjutkan misi Yesus?
Sebenarnya uang itu sangat jahat sekali pengaruhnya. Demi uang orang dapat melakukan apa saja. Uang juga telah membutakan orang, sehingga harga diri saja tidak berharga lagi karena uang. Tapi jika orang mau membuka matanya, tidak mungkin dia akan kelaparan, sehingga dia harus menjual dirinya. Burung di udara saja tidak punya sarang, tetapi tetap saja bisa hidup, bisa makan dan bisa tidur, apalagi seorang manusia yang telah dibekali Allah dengan otak untuk berpikir. Sungguh menyedihkan melihat keadaan seperti yang Romo paparkan di atas, jika psk sedikit bisa saja kita membantunya, tapi sungguh luar biasa psk nya begitu banyak. Dengan begitunya banyak jumlahnya, hanya turut campur pemerintah lah yang dapat membantu. tetapi sepertinya pemerintah cuek-cuek saja tuh! buktinya lokalisasi tersebut tetap saja berdiri setelah sekian lama, semakin besar dan semakin banyak penghuninya. Bukan hanya di BAngka, di daerah lain juga tempat seperti ini berkembang dengan sangat pesat, seperti di Doli, Surabaya. Tapi dibalik semua ini, beberapa orang telah menarik keuntungan besar, misalnya pemilik lokalisasi dan pembawa pks dari daerah. Mereka berlomba-lomba mengeruk keuntungan dari para pks ini, sungguh sangat hal yang kontras dengan keadaan psk yang mencari sesuap nasi semi kelangsungan hidup, sementara mereka berlomba mengumpulkan harta. Seorang bekas pendeta kristen dan juga manajer sebuah hotel terkenal di BAngka pernah melakukan penyuluhan di tempat ini, tetapi tetap saja usaha mulia tersebut kurang mendapat dukungan dari lingkungan setempat. Bagaimanakah usaha kita untuk menjadi perpanjangan tangan Yesus?
Sebenarnya uang itu sangat jahat sekali pengaruhnya. Demi uang orang dapat melakukan apa saja. Uang juga telah membutakan orang, sehingga harga diri saja tidak berharga lagi karena uang. Tapi jika orang mau membuka matanya, tidak mungkin dia akan kelaparan, sehingga dia harus menjual dirinya. Burung di udara saja tidak punya sarang, tetapi tetap saja bisa hidup, bisa makan dan bisa tidur, apalagi seorang manusia yang telah dibekali Allah dengan otak untuk berpikir. Sungguh menyedihkan melihat keadaan seperti yang Romo paparkan di atas, jika psk sedikit bisa saja kita membantunya, tapi sungguh luar biasa psk nya begitu banyak. Dengan begitunya banyak jumlahnya, hanya turut campur pemerintah lah yang dapat membantu. tetapi sepertinya pemerintah cuek-cuek saja tuh! buktinya lokalisasi tersebut tetap saja berdiri setelah sekian lama, semakin besar dan semakin banyak penghuninya. Bukan hanya di BAngka, di daerah lain juga tempat seperti ini berkembang dengan sangat pesat, seperti di Doli, Surabaya. Tapi dibalik semua ini, beberapa orang telah menarik keuntungan besar, misalnya pemilik lokalisasi dan pembawa pks dari daerah. Mereka berlomba-lomba mengeruk keuntungan dari para pks ini, sungguh sangat hal yang kontras dengan keadaan psk yang mencari sesuap nasi semi kelangsungan hidup, sementara mereka berlomba mengumpulkan harta. Seorang bekas pendeta kristen dan juga manajer sebuah hotel terkenal di BAngka pernah melakukan penyuluhan di tempat ini, tetapi tetap saja usaha mulia tersebut kurang mendapat dukungan dari lingkungan setempat. Bagaimanakah usaha kita untuk menjadi perpanjangan tangan Yesus?
Kita bisa menjadi perpanjangan tangan Yesus dengan tidak mengucilkan mereka yang memilih menjadi PSK, pendekatan secara persaudaraan mungkin bisa membantu mereka yang terpaksa memilih jalan tersebut karena tidak punya keterampilan apalagi bagi mereka yang masih bisa diperbaiki (mau bertobat dan berubah), tidak menganggap mereka sampah masyarakat yang harus dibuang, tapi sampah masyarakat yang bisa di “recycle” dan kita dapat mengambil bagian dalam proses recycle ini melalui, membantu pemberian latihan keterampilan, memberikan pekerjaan dan yang terpenting adalah pendekatan sehingga pola pikir berubah.Sebab campur tangan pemerintah dengan menutup lokalisasi tidak efektif (di Bandung Lokalisasi Saritem ditutup–>malah didemo) yang terpenting adalah perubahan pola pikir.
Dilematis memang ketika kita menghadapi persoalan semacam ini. Cara apapun yang ditempuh oleh pemerintah dan organisasi peduli atas kehidupan mereka, toh tetap saja ada. Penyakit menular pun juga tetap menjalar. minimal dari kita para pembaca adalah mempunyai sikap benar di hadapan Allah terhadap situasi itu: menyingkirkan sikap menghakimi dan menghindari kontak fisik (“jajan”) ke tempat tempat seperti itu.
Kita bisa menjadi perpanjangan tangan Yesus dengan tidak mengucilkan mereka yang memilih menjadi PSK, pendekatan secara persaudaraan mungkin bisa membantu mereka yang terpaksa memilih jalan tersebut karena tidak punya keterampilan apalagi bagi mereka yang masih bisa diperbaiki (mau bertobat dan berubah), tidak menganggap mereka sampah masyarakat yang harus dibuang, tapi sampah masyarakat yang bisa di “recycle” dan kita dapat mengambil bagian dalam proses recycle ini melalui, membantu pemberian latihan keterampilan, memberikan pekerjaan dan yang terpenting adalah pendekatan sehingga pola pikir berubah.Sebab campur tangan pemerintah dengan menutup lokalisasi tidak efektif (di Bandung Lokalisasi Saritem ditutup–>malah didemo) yang terpenting adalah perubahan pola pikir.
Dilematis memang ketika kita menghadapi persoalan semacam ini. Cara apapun yang ditempuh oleh pemerintah dan organisasi peduli atas kehidupan mereka, toh tetap saja ada. Penyakit menular pun juga tetap menjalar. minimal dari kita para pembaca adalah mempunyai sikap benar di hadapan Allah terhadap situasi itu: menyingkirkan sikap menghakimi dan menghindari kontak fisik (“jajan”) ke tempat tempat seperti itu.
PSK sudah ada dari dulu di belahan dunia manapun baik yg terang2an maupun dg bermacam2 kedok. Selama ada permintaan, pasti mereka akan selalu tersedia. Berbagai macam penyakit sexual pun tdk mengurangi jml pemakai & penyedia jasa.
Menghilangkan/mengurangi PSK?? Hmm… gimana caranya? Itu kan cara mudah & singkat utk mendapatkan uang hehehe. Moga2 setelah agak berumur, saat kecantikan & keindahan tubuh mulai memudar, mereka akan mencari pekerjaan yg lbh baik.
PSK sudah ada dari dulu di belahan dunia manapun baik yg terang2an maupun dg bermacam2 kedok. Selama ada permintaan, pasti mereka akan selalu tersedia. Berbagai macam penyakit sexual pun tdk mengurangi jml pemakai & penyedia jasa.
Menghilangkan/mengurangi PSK?? Hmm… gimana caranya? Itu kan cara mudah & singkat utk mendapatkan uang hehehe. Moga2 setelah agak berumur, saat kecantikan & keindahan tubuh mulai memudar, mereka akan mencari pekerjaan yg lbh baik.
Di Bandung lokalisasi PSK di Jln . Saritem ditutup pemerintah, yang parah pemerintah di demo. Lokalisasi ditutup, PSK pindah ke jalan2 dan ke taman kota, anak saya laki2 16 thn kls 2 SMA, pulang malam setelah mengantar temannya, lewat ke taman kota, pulang dia bercerita waktu dia lewat di-panggil2 kupu2 malam katanya. Terus dia tancap gas pulang.
Kerangka Dasar APP lima tahunan adalah PEMBERDAYAAN KESEJATIAN HIDUP dan tema APP 2009 adalah Pemberdayaan Hubungan Antar Umat Beriman.
Sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk hidup seperti Yesus siap memanggul salib kita, mulai dari diri kita dan keluarga dengan berdialog dan hidup sesuai dengan firman Tuhan, menanamkan pada anak bahwa tindakan mengunjungi PSK tidak ada baiknya malah berdampak buruk “kenikmatan sesaat membawa bencana”. Kepada pasangan menjaga hubungan agar tetap saling setia dan memelihara kepercayaan yang diberikan oleh pasangan. Tidak mudah bagi kita untuk merubah pola pikir para PSK yang demikian banyak dan tidak kita kenal, tapi kita dapat menjadi perpanjangan tangan Yesus dengan memulainya dari keluarga sendiri dan lingkungan kita.
Di Bandung lokalisasi PSK di Jln . Saritem ditutup pemerintah, yang parah pemerintah di demo. Lokalisasi ditutup, PSK pindah ke jalan2 dan ke taman kota, anak saya laki2 16 thn kls 2 SMA, pulang malam setelah mengantar temannya, lewat ke taman kota, pulang dia bercerita waktu dia lewat di-panggil2 kupu2 malam katanya. Terus dia tancap gas pulang.
Kerangka Dasar APP lima tahunan adalah PEMBERDAYAAN KESEJATIAN HIDUP dan tema APP 2009 adalah Pemberdayaan Hubungan Antar Umat Beriman.
Sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk hidup seperti Yesus siap memanggul salib kita, mulai dari diri kita dan keluarga dengan berdialog dan hidup sesuai dengan firman Tuhan, menanamkan pada anak bahwa tindakan mengunjungi PSK tidak ada baiknya malah berdampak buruk “kenikmatan sesaat membawa bencana”. Kepada pasangan menjaga hubungan agar tetap saling setia dan memelihara kepercayaan yang diberikan oleh pasangan. Tidak mudah bagi kita untuk merubah pola pikir para PSK yang demikian banyak dan tidak kita kenal, tapi kita dapat menjadi perpanjangan tangan Yesus dengan memulainya dari keluarga sendiri dan lingkungan kita.
Masalah PSK memang sulit sekali untuk dimusnahkan dari muka bumi…….mulai dari negara miskin, negara berkembang sampai ke negara super power pun pasti PSK itu ada. Kalau dilokalisasikan kok sepertinya malah memberi jalan terbuka lebar untuk pelanggan. Untuk menutup perlu kerja sama dari berbagai pihak pemerintah, rohaniwan, masyarakat dan keluarga. Inipun hanya untuk mengurangi jumlah PSK belum sepenuhnya habis.
Kriteria nya ada bermacam-macam, kalau PSK dijadikan sebagai profesi – ini sulit untuk disadarkan, meskipun sudah sering diberi penyuluhan mereka tetap dijalannya.
Kalau mejadi PSK karena situasi dan tekanan ekonomi, ini masih bisa kita bimbing untuk kembali kejalan yang benar.
Pertobatan adalah faktor paling utama kemudian diajarkan ketrampilan dan diberi lapangan kerja. Ketiga faktor ini dijadikan satu kesatuan untuk keluar dari lembah nista itu.
Karena itu harus ada kerja sama dari instansi yg terkait apakah itu pemerintah ataupun swasta.
Yang satu lagi yaitu menjadi PSK karena terbawa lingkungan pergaulan bebas yang belakangan marak sekali. Ini mungkin bisa melibatkan pihak sekolah untuk memberi pengarahan yang tepat dalam masalah sex sedini mungkin dan jangan dijadikan sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Pihak keluarga juga perlu memberi pengarahan dan dari segi kehidupan rohaninya.
Yang tidak kalah pentingnya yaitu faktor cinta kasih terhadap sesama.
Marilah kita teladani sikap Yesus terhadap wanita yang berzinah.
Masalah PSK memang sulit sekali untuk dimusnahkan dari muka bumi…….mulai dari negara miskin, negara berkembang sampai ke negara super power pun pasti PSK itu ada. Kalau dilokalisasikan kok sepertinya malah memberi jalan terbuka lebar untuk pelanggan. Untuk menutup perlu kerja sama dari berbagai pihak pemerintah, rohaniwan, masyarakat dan keluarga. Inipun hanya untuk mengurangi jumlah PSK belum sepenuhnya habis.
Kriteria nya ada bermacam-macam, kalau PSK dijadikan sebagai profesi – ini sulit untuk disadarkan, meskipun sudah sering diberi penyuluhan mereka tetap dijalannya.
Kalau mejadi PSK karena situasi dan tekanan ekonomi, ini masih bisa kita bimbing untuk kembali kejalan yang benar.
Pertobatan adalah faktor paling utama kemudian diajarkan ketrampilan dan diberi lapangan kerja. Ketiga faktor ini dijadikan satu kesatuan untuk keluar dari lembah nista itu.
Karena itu harus ada kerja sama dari instansi yg terkait apakah itu pemerintah ataupun swasta.
Yang satu lagi yaitu menjadi PSK karena terbawa lingkungan pergaulan bebas yang belakangan marak sekali. Ini mungkin bisa melibatkan pihak sekolah untuk memberi pengarahan yang tepat dalam masalah sex sedini mungkin dan jangan dijadikan sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Pihak keluarga juga perlu memberi pengarahan dan dari segi kehidupan rohaninya.
Yang tidak kalah pentingnya yaitu faktor cinta kasih terhadap sesama.
Marilah kita teladani sikap Yesus terhadap wanita yang berzinah.