Mentok, 17 Februari 2009
Para imam wilayah Bangka Belitung keuskupan pangkalpinang rekoleksi di paroki Maria pelindung para pelaut Mentok. 23 imam adalah jumlah peserta rekoleksi. Pemberi materi adalah pastor Meo Bupu, yang baru saja menyelesaikan kuliah kitab suci di Roma. Sesuai dengan bidangnya tema yang diusung pun perihal Melkisedek. “Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.”
Pemberi materi lebih mengulas tentang metode. Kata pastor Meo,” berhadapan dengan Firman Allah yang satu dan sama ini, pengembangannya, metode pendekatannya bisa menghasilkan begitu banyak kemungkinan. Semoga dengan sharing ini bisa membantu kita untuk tanpa henti mencari kehendak-Nya karena memang dengan menerima imamat, sekaligus juga kita menerima untuk lebih serius mencari kehendakNya, mendekatkan diri pada-Nya.” Beliau menyajikan sinoptik Kej 14: 17-20. Beliau memaparkan 5 terjemahan dari sumber yang berbeda dan mempunyai perbedaan sekaligus persamaan.
Pastor Titus mengutip puncak permenungan pastor Meo Bupu,” Meminjam kata-kata Santo Paulus, dalam surat pertamanya kepada umat Tesalonika, juga surat pertama dari segala suratnya, bahwa ” Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya (I Tes 5, 24). Maka adalah keyakinan bahwa Tuhan yang sama tidak akan membiarkan kita terjatuh sedemikian sampai tidak bisa bangun. Tuhan tidak akan membiarkan kita terusa menerus tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya dalam Kitab Suci, Ia akan membuka pikiran kita seperti pada batas akhir pertahanan 2 murid Emaus.”
Masing masing peserta rekoleksi bisa menimba dari sang tokoh, Melkisedek. Pst Meo banyak mengulas beberapa teks terjemahan yang mengulas tentang Melkisedek. Selesai memberikan materi, para peserta retret diberi kesempatan merenung pribadi. Berikut ini permenungan pribadi selama hening beberapa menit,” Melkisedek dan Yesus adalah imam. Mereka menjadi model dan teladan bagi para imam.”
Menu makan disajikan sayur rebus, ikan, daging babi, daging bekicot, bawang merah, cabe, dan lain-lain. Cuaca dingin memicu para peserta rekoleksi banyak makan. Namun bagi imam yang gak tahan digigit nyamuk, malam hari para imam bisa berpesta bersama nyamuk. Menjadi persoalan bila dia jengkel dengan nyamuk nyamuk nakal. Siang dan malam banyak makan, tetapi di saat tidur si nyamuk minta jatah juga. He he…
Sebentar lagi jam 7 wib maem setelah dini hari digigiti nyamuk, mengganti darah yang diambil oleh nyamuk nyamuk nakal.
Sekali waktu kita terjun di keramaian, di lain waktu kita berenang di keheningan. Setiap hari kita memasukkan makanan dan menambah rejeki, suatu saat jatah kita diambil paksa atau untuk derma. Alam terkadang mengajar kita untuk hidup bijaksana sehingga kita bisa menjadi imam yang berguna untuk banyak orang dan kemuliaan Tuhan.
Siklus kehidupan, Tuhan menciptakan manusia, matahari, bulan dan bintang, dan lain-2nya. Ciptaan Tuhan ini bukanlah sembarang ciptaan, Tuhan menciptakan suatu siklus kehidupan agar dapat dinikmati oleh setiap insan. Bilamana salah satu bagian dari hasil ciptaan Tuhan ini rusak, maka akan mempengaruhi siklus kehidupan lainnya. Kewajiban kita sebagai umat untuk menjaga keseimbangan ini.
Demikian dengan kehidupan manusia, setiap hari manusia bekerja mencari uang & rejeki, setelah uang terkumpul kita “wajib” untuk mengeluarkan/membelanjakan dan juga sebagian kita dermakan, agar adanya siklus kehidupan dapat terjaga.
Contoh renungan di atas sangat ironis, dengan arti yang sangat mendalam…Dimana setiap hari manusia memasukkan makanan ke dalam tubuh; bayangkan bila hasil pemasukkan itu tidak kita keluarkan (maaf lho…BAB) ? Apakah kita dapat hidup dengan sehat ? Bagaimana peredaran darah dalam tubuh kita ? Sehari saja kita tidak mengeluarkan, tubuh kita sudah panas dalam…Bagaimana kalau kita seminggu atau sebulan tidak mengeluarkan hasil makanan yang telah kita nikmati ?
Demikian juga dengan harta/uang yang telah kita kumpulkan, bila kita tidak dapat menjaga siklus pemasukkan dan pengeluaran, apakah mesti alam yang bertindak paksa untuk mengambilnya, seperti para nyamuk yang menyedot darah kita ?
Atau setelah terjadi “sesuatu petaka” barulah kita menyadari, dengan secara paksa kita diharuskan untuk berderma ?
Oleh karenanya sebelum kita “dipaksa untuk berderma”, lebih baik kita mendermakan baik sebagian kecil harta, pengetahuan, pikiran ataupun tenaga kita untuk menjaga keseimbangan siklus kehidupan dunia ini, dan sangat berguna untuk siklus kehidupan orang lain …. Toh, suatu saat bila kita tidak memberi derma, kita akan “dipaksa untuk memberi derma”…Apakah kita ingin “dipaksa untuk berderma ?”
agus, amie, saras, dkk. terimakasih untuk sharing kalian.
Siklus kehidupan, Tuhan menciptakan manusia, matahari, bulan dan bintang, dan lain-2nya. Ciptaan Tuhan ini bukanlah sembarang ciptaan, Tuhan menciptakan suatu siklus kehidupan agar dapat dinikmati oleh setiap insan. Bilamana salah satu bagian dari hasil ciptaan Tuhan ini rusak, maka akan mempengaruhi siklus kehidupan lainnya. Kewajiban kita sebagai umat untuk menjaga keseimbangan ini.
Demikian dengan kehidupan manusia, setiap hari manusia bekerja mencari uang & rejeki, setelah uang terkumpul kita “wajib” untuk mengeluarkan/membelanjakan dan juga sebagian kita dermakan, agar adanya siklus kehidupan dapat terjaga.
Contoh renungan di atas sangat ironis, dengan arti yang sangat mendalam…Dimana setiap hari manusia memasukkan makanan ke dalam tubuh; bayangkan bila hasil pemasukkan itu tidak kita keluarkan (maaf lho…BAB) ? Apakah kita dapat hidup dengan sehat ? Bagaimana peredaran darah dalam tubuh kita ? Sehari saja kita tidak mengeluarkan, tubuh kita sudah panas dalam…Bagaimana kalau kita seminggu atau sebulan tidak mengeluarkan hasil makanan yang telah kita nikmati ?
Demikian juga dengan harta/uang yang telah kita kumpulkan, bila kita tidak dapat menjaga siklus pemasukkan dan pengeluaran, apakah mesti alam yang bertindak paksa untuk mengambilnya, seperti para nyamuk yang menyedot darah kita ?
Atau setelah terjadi “sesuatu petaka” barulah kita menyadari, dengan secara paksa kita diharuskan untuk berderma ?
Oleh karenanya sebelum kita “dipaksa untuk berderma”, lebih baik kita mendermakan baik sebagian kecil harta, pengetahuan, pikiran ataupun tenaga kita untuk menjaga keseimbangan siklus kehidupan dunia ini, dan sangat berguna untuk siklus kehidupan orang lain …. Toh, suatu saat bila kita tidak memberi derma, kita akan “dipaksa untuk memberi derma”…Apakah kita ingin “dipaksa untuk berderma ?”
agus, amie, saras, dkk. terimakasih untuk sharing kalian.
Take and give, mungin sudah menjadi hukum alam. Ada tangan di atas, ada tangan di bawah. Yang memberi dan tangan di atas adalah lebih mulia dari yang menerima dan tangan di bawah. Tetapi sebagai manusia tidak selamanya kita bisa selalu memberi dan menjadi tangan yang di atas. Meskipun sekaya, sepintar, secantik, seganteng atau seapapun manusia itu, suatu saat dia pasti akan menjadi penerima dan menjadi tangan yang di bawah. Allah sudah mengajarkan pada umatNya untuk selalu mensyukuri apa yang telah kita miliki dan selalu mengingat, bahwa di dalam semua itu ada jatah orang lain yang harus kita berikan kepada yang pantas menerimanya. Kehidupan adalah seperti roda, tidak selamanya akan berada di atas, suatu saat dia akan di bawah, terinjak dan tertindas. Tetapi orang yang percaya akan Allah, tidak akan dibiarkan Allah untuk tertindas sampai habis, Allah akan membangkitkannya, seperti Allah telah membangkitkan Yesus. Sudahkah kita memberi dan menjadi tangan di atas hari ini?
Take and give, mungin sudah menjadi hukum alam. Ada tangan di atas, ada tangan di bawah. Yang memberi dan tangan di atas adalah lebih mulia dari yang menerima dan tangan di bawah. Tetapi sebagai manusia tidak selamanya kita bisa selalu memberi dan menjadi tangan yang di atas. Meskipun sekaya, sepintar, secantik, seganteng atau seapapun manusia itu, suatu saat dia pasti akan menjadi penerima dan menjadi tangan yang di bawah. Allah sudah mengajarkan pada umatNya untuk selalu mensyukuri apa yang telah kita miliki dan selalu mengingat, bahwa di dalam semua itu ada jatah orang lain yang harus kita berikan kepada yang pantas menerimanya. Kehidupan adalah seperti roda, tidak selamanya akan berada di atas, suatu saat dia akan di bawah, terinjak dan tertindas. Tetapi orang yang percaya akan Allah, tidak akan dibiarkan Allah untuk tertindas sampai habis, Allah akan membangkitkannya, seperti Allah telah membangkitkan Yesus. Sudahkah kita memberi dan menjadi tangan di atas hari ini?
Melkisedek dan Yesus adalah imam. Mereka menjadi model dan teladan bagi para imam.” Kita telah melihat dan mengalami dalam hidup kita akan karya kasih Allah. Biarkanlah semangat Yesus dan karya kasih Allah menjadi inspirasi bagi kita, mendarah daging dalam hidup kita dan menjadi semangat kita juga untuk menerima DIA, satu2nya tanda hidup yang telah melakukan karya2 agung Allah di tengah2 dunia. Semoga kita boleh menjadi tanda kehadiran Kasih Allah yang menyelamatkan dan penyalur kasih Allah bagi mereka yang berada di sekitar kita. Jika kita tidak dapat memberikan sesuatu kepada sesama, jadilah pipa yang menyalurkan berkat dari orang lain kepada yang membutuhkan.
Melkisedek dan Yesus adalah imam. Mereka menjadi model dan teladan bagi para imam.” Kita telah melihat dan mengalami dalam hidup kita akan karya kasih Allah. Biarkanlah semangat Yesus dan karya kasih Allah menjadi inspirasi bagi kita, mendarah daging dalam hidup kita dan menjadi semangat kita juga untuk menerima DIA, satu2nya tanda hidup yang telah melakukan karya2 agung Allah di tengah2 dunia. Semoga kita boleh menjadi tanda kehadiran Kasih Allah yang menyelamatkan dan penyalur kasih Allah bagi mereka yang berada di sekitar kita. Jika kita tidak dapat memberikan sesuatu kepada sesama, jadilah pipa yang menyalurkan berkat dari orang lain kepada yang membutuhkan.