Keuskupan 1 Januari 2009
Tuti terbujur di ranjang. Banyak dokter menyerah. Banyak biarawan biarawati dan imam mendoakannya. Banyak orang mengunjunginya. Namun dia sakit.
Seorang imam muda berujar kepadanya. “Datanglah kepada Tuhan. Ceritakan peristiwa yang menimpamu.”
Tuti memeluk suaminya untuk mendapat peneguhan. Dia berdiri ragu. Dalam keraguan imam muda itu berkata,”Ceritakanlah! Jujurlah dengan hati nuranimu.”
Thomas mencintaiku. Dia nekat mengejar aku. Aku benci dengannya. Aku sekarang memaafkan dia. Haknya untuk mencintai siapapun.”
Imam muda itu tercengan melihat perubahan Tuti. Dia sembuh ketika dia jujur dengan dirinya sendiri dan memaafkan. Tuhan anugerahilah kami kejujuran hati dan kasihMu.
Setiap manusia mempunyai hak untuk membenci dan menyayangi, sifat membenci dan menyayangi ini yang akan menjadi beban dalam hati dan pikiran manusia, yang tanpa disadari akan menimbulkan suatu penyakit.
Mampukah kita membuang rasa benci, kemudian mendatangkan rasa sayang kepada orang lain ? atau sebaliknya melepaskan rasa sayang, yang menimbulkan rasa benci, yang akan menjadi beban di dalam hati dan pikiran kita.
Setiap hari minggu kita pergi ke Gereja dan selalu berdoa Bapa Kami, di dalam doa Bapa Kami, kita memohon, “…ampunilah dosa kami seperti kamipun mengampuni orang yang bersalah kepada kami…”. kalimat yang sudah dihafal dan diucapkan beratus-ratus bahkan beribu-ribu kali, yang demikian mudah diucapkan; secara “jujur” apakah kita telah melaksanakan permohonan doa kita tersebut di dalam kehidupan sehari-hari ?
Setiap manusia mempunyai hak untuk membenci dan menyayangi, sifat membenci dan menyayangi ini yang akan menjadi beban dalam hati dan pikiran manusia, yang tanpa disadari akan menimbulkan suatu penyakit.
Mampukah kita membuang rasa benci, kemudian mendatangkan rasa sayang kepada orang lain ? atau sebaliknya melepaskan rasa sayang, yang menimbulkan rasa benci, yang akan menjadi beban di dalam hati dan pikiran kita.
Setiap hari minggu kita pergi ke Gereja dan selalu berdoa Bapa Kami, di dalam doa Bapa Kami, kita memohon, “…ampunilah dosa kami seperti kamipun mengampuni orang yang bersalah kepada kami…”. kalimat yang sudah dihafal dan diucapkan beratus-ratus bahkan beribu-ribu kali, yang demikian mudah diucapkan; secara “jujur” apakah kita telah melaksanakan permohonan doa kita tersebut di dalam kehidupan sehari-hari ?
Hal yang sulit untuk dilakukan adalah melonggok ke dalam hati sendiri, karena ketika kita sedang dihadapkan kepada suatu permasalahan yang mengganggu kita sering kali kita mencari pembenaran untuk keputusan yang kita ambil yang akhirnya menyakitkan kita karena tidak sesuai dengan nurani. Mentang2 ga ada yg bisa tahu karena hati dan mulut berbicara lain, kita justru jadi menipu diri sendiri dan akhirnya bisa menimbulkan segala macam penyakit. Karena perasaan bersalah mengikuti terus, hal ini pernah saya alami ketika dimulut saya selalu berkata saya sudah memaafkan, saya sudah mau memperhatikan tapi dalam hati saya masih suka ingat dan ada rasa benci dan dendam semua yang saya lakukan adalah hanya karena kewajiban (masih untung saya ga sampe sakit) dan ketika saya menyadari kekeliruan dan ga tau darimana datangnya kesadaran untuk mengambil bagian dalam Sakramen Tobat (yg sudah bertahun-tahun saya tinggalkan), dimana saat itu sungguh TUhan sendiri yang menyentuh aku, maka segala dendam sungguh menguap entah kemana, dan sejak itu hidup begitu ringan, damai dihati, damai di lingkungan dimanapun kita berada. Sejak itu aku seperti orang yang kehausan yang selalu mencari firman Tuhan untuk peneguhan dan perkembangan imanku padaNya
Hal yang sulit untuk dilakukan adalah melonggok ke dalam hati sendiri, karena ketika kita sedang dihadapkan kepada suatu permasalahan yang mengganggu kita sering kali kita mencari pembenaran untuk keputusan yang kita ambil yang akhirnya menyakitkan kita karena tidak sesuai dengan nurani. Mentang2 ga ada yg bisa tahu karena hati dan mulut berbicara lain, kita justru jadi menipu diri sendiri dan akhirnya bisa menimbulkan segala macam penyakit. Karena perasaan bersalah mengikuti terus, hal ini pernah saya alami ketika dimulut saya selalu berkata saya sudah memaafkan, saya sudah mau memperhatikan tapi dalam hati saya masih suka ingat dan ada rasa benci dan dendam semua yang saya lakukan adalah hanya karena kewajiban (masih untung saya ga sampe sakit) dan ketika saya menyadari kekeliruan dan ga tau darimana datangnya kesadaran untuk mengambil bagian dalam Sakramen Tobat (yg sudah bertahun-tahun saya tinggalkan), dimana saat itu sungguh TUhan sendiri yang menyentuh aku, maka segala dendam sungguh menguap entah kemana, dan sejak itu hidup begitu ringan, damai dihati, damai di lingkungan dimanapun kita berada. Sejak itu aku seperti orang yang kehausan yang selalu mencari firman Tuhan untuk peneguhan dan perkembangan imanku padaNya
Manusia dapat tidak jujur kepada sesama menggunakan topeng bermacam-macam tapi manusia tidak dapat tidak jujur pada hatinya, yang ada adalah menyangkal kebenaran, yang buat kita ga bisa tidur,ga bisa makan, sakit kepala, kena penyakit, stress,frustrasi, dll.
Manusia berdosa, pada satu titik dimana kita menyadari, menyesali dan datang kembali pada Allah untuk mengakuinya itulah kejujuran.
Dan kejujuran adalah salah langkah menuju ke pertobatan karena tanpa kejujuran bagaimana kita bisa bersatu dengan
Allah
Biarpun Allah tau segalanya tapi Allah beri kita kebebasan untuk mau jujur atau sebaliknya, itulah pilihan tapi ingat aja upah dosa adalah MAUT.
Manusia dapat tidak jujur kepada sesama menggunakan topeng bermacam-macam tapi manusia tidak dapat tidak jujur pada hatinya, yang ada adalah menyangkal kebenaran, yang buat kita ga bisa tidur,ga bisa makan, sakit kepala, kena penyakit, stress,frustrasi, dll.
Manusia berdosa, pada satu titik dimana kita menyadari, menyesali dan datang kembali pada Allah untuk mengakuinya itulah kejujuran.
Dan kejujuran adalah salah langkah menuju ke pertobatan karena tanpa kejujuran bagaimana kita bisa bersatu dengan
Allah
Biarpun Allah tau segalanya tapi Allah beri kita kebebasan untuk mau jujur atau sebaliknya, itulah pilihan tapi ingat aja upah dosa adalah MAUT.
Jujur adalah kata yang kadang menakutkan. Banyak orang tidak mau jujur karena dia tidak mau atau tidak bisa menerima akibat dari kejujurannya itu. Memang kadang-kadang dalam kehidupan, kejujuran itu dapat menyakitkan, baik bagi orang itu sendiri atau bagi orang lain. Untuk itulah manusia memilih kapan dia akan jujur dan kapan dia akan tidak jujur. Sehingga timbullah kalimat “berbohong demi kebaikan”. Apakah itu dibenarkan Romo?
Cinta antar manusia kadang berakhir dengan kebahagiaan, tapi juga kadang berakhir dengan saling membenci. Kenapa karena cinta orang harus membenci? Bukankah cinta itu suci, datang dari Allah, anugerah, tapi kenapa bisa membuat orang lain benci? Sehingga seperti hanya ada 2 pilihan, cinta atau benci. Dalam kasus ini, contohnya Tuti, tidak bisakah dia hidup dengan cinta, meskipun dia mengetahui Thomas mencintainya? Mestinya Tuti menghargai dan menghormati cinta dan kejujuran Thomas. Mencintai jauh lebih membahagiakan daripada membenci.
Jujur adalah kata yang kadang menakutkan. Banyak orang tidak mau jujur karena dia tidak mau atau tidak bisa menerima akibat dari kejujurannya itu. Memang kadang-kadang dalam kehidupan, kejujuran itu dapat menyakitkan, baik bagi orang itu sendiri atau bagi orang lain. Untuk itulah manusia memilih kapan dia akan jujur dan kapan dia akan tidak jujur. Sehingga timbullah kalimat “berbohong demi kebaikan”. Apakah itu dibenarkan Romo?
Cinta antar manusia kadang berakhir dengan kebahagiaan, tapi juga kadang berakhir dengan saling membenci. Kenapa karena cinta orang harus membenci? Bukankah cinta itu suci, datang dari Allah, anugerah, tapi kenapa bisa membuat orang lain benci? Sehingga seperti hanya ada 2 pilihan, cinta atau benci. Dalam kasus ini, contohnya Tuti, tidak bisakah dia hidup dengan cinta, meskipun dia mengetahui Thomas mencintainya? Mestinya Tuti menghargai dan menghormati cinta dan kejujuran Thomas. Mencintai jauh lebih membahagiakan daripada membenci.