Menjadi Bintang

Wisma Keuskupan, 4 Januari 2008

Hujan lebat turun pukul 06.00 wib. Motor Crypton tetap melaju meninggalkan keuskupan menuju ke stasi St Yohanes pemandi Batu rusa. Jalan-jalan licin. Motor sepeda dua sedikit berada di jalanan kota. Beberapa mobil masih tetap tegar menerjang deru angin dan air. Belaian angin membalut tubuh. Dingin air hujan menancap ke tulang belulang. Gigi gemertak menahan dingin. Motor tetap menembus hujan lebat.

Gereja Yohanes pemandi sunyi. 15 orang sudah terpekur dalam samadi di dalam gereja. Kosong ruang gereja lebih besar di bandingkan dengan isi. Di ruang belakang sakristi menunggu koster gereja. Dia menyambut kehadiran pastor pemimpin misa. Kaos basah pastor dilepaskan dan digantung. Dia mengenakan jubah putih dan kasula putih. Tubuh menghangat dengan kedua pakaian itu.

Dalam ekaristi dibacakan Matius 2:1-12. “setelah mendengarkan kata-kata itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, dimana Bayi itu berada. Ketika mereka mlihat bintang itu besukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Bayi itu bersama Maria, Ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya yaitu emas, kemenyan, dan mur.”

Mampukah kita menjadi bintang yakni memancarkan terang kepada orang lain, agar orang lain melalui sikap hidup kita berdasarkan panggilan kita masing-masing dituntun kepada Yesus sehingga orang menjadi percaya , mempersembahkan dirinya kepada Tuhan?

Read 0 comments

  1. Menjadi bintang bagi diri sendiri, lalu menjadi bintang bagi orang-orang di sekitar kita, lambat laun akan menjadi bintang bagi Tuhan. Seperti kata-kata Bunda Theresa, “Hiduplah penuh dengan cinta, dan berikan cintamu kepada orang lain, jangan biarkan seorangpun pergi darimu tanpa merasakan cinta dan tanpa merasa lebih bahagia”. Kata-kata ini sangat mendalam artinya. Melalui sikap hidup kita masing-masing yang berbeda sesuai dengan status dan panggilan masing-masing, kita diharapkan agar dapat memberikan terang bagi orang lain, memberikan kebahagiaan bagi orang lain, mengajak orang lain untuk mempercayai dan mempersembahkan diri kepada Tuhan.
    Menjadi terang dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang gampang-gampang susah. Gampang karena dengan sikap hidup sederhana kita sehari-hari yang benar akan memancarkan terang bagi orang lain, susah karena kadang kita dipengaruhi banyak hal yang membuat sikap hidup kita tidak lagi benar, kadang kita dibutakan oleh sesuatu yang duniawi.
    Maka untuk menjadi bintang yang memancarkan terang bagi orang lain, kita harus memiliki keyakinan yang teguh dan sikap hidup benar yang kokoh. selamat menjadi bintang.

  2. Menjadi bintang bagi diri sendiri, lalu menjadi bintang bagi orang-orang di sekitar kita, lambat laun akan menjadi bintang bagi Tuhan. Seperti kata-kata Bunda Theresa, “Hiduplah penuh dengan cinta, dan berikan cintamu kepada orang lain, jangan biarkan seorangpun pergi darimu tanpa merasakan cinta dan tanpa merasa lebih bahagia”. Kata-kata ini sangat mendalam artinya. Melalui sikap hidup kita masing-masing yang berbeda sesuai dengan status dan panggilan masing-masing, kita diharapkan agar dapat memberikan terang bagi orang lain, memberikan kebahagiaan bagi orang lain, mengajak orang lain untuk mempercayai dan mempersembahkan diri kepada Tuhan.
    Menjadi terang dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang gampang-gampang susah. Gampang karena dengan sikap hidup sederhana kita sehari-hari yang benar akan memancarkan terang bagi orang lain, susah karena kadang kita dipengaruhi banyak hal yang membuat sikap hidup kita tidak lagi benar, kadang kita dibutakan oleh sesuatu yang duniawi.
    Maka untuk menjadi bintang yang memancarkan terang bagi orang lain, kita harus memiliki keyakinan yang teguh dan sikap hidup benar yang kokoh. selamat menjadi bintang.

  3. Kita akan mampu menjadi bintang bagi diri sendiri maupun bagi orang lain/sesama asal kita peka terhadap kehadiran Tuhan. Tuhan hadir di dalam kesederhanaan, dalam setiap keseharian kita dan dalam diri sesama kita yang miskin dan menderita, maka kita akan menemukan Tuhan di dalam kebersamaan dengan keluarga kita , dalam pelayanan yang tulus dan penuh cinta kepada mereka yang membutuhkan kita. Untuk itu kita harus menghindari sikap angkuh dan sombong karena itu akan menghalangi kita berjumpa dengan Tuhan. Bagaimana kita dapat menjadi bintang bagi orang lain kalau kita sendiri tidak menjadi bintang bagi diri kita sendiri dalam mencari Tuhan???

    Di dalam perjalanan mencari Sang Bintang Seajti kita harus berani mengambil risiko dengan meninggalkan cara hidup kita yang lama (angkuh / sombong / iri hati) dengan hidup rendah hati, tulus, dan penuh cinta yang berati kita mau percaya dan berpengharapan kepada Yang Maha Kudus. Kita akan sanggup menjadi Sang Penemu Bintang Sejati bila kita PEKA TERHADAP KEHADIRAN ALLAH yang akan memenuhi dahaga kita akan CINTA KASIH ALLAH.

  4. Kita akan mampu menjadi bintang bagi diri sendiri maupun bagi orang lain/sesama asal kita peka terhadap kehadiran Tuhan. Tuhan hadir di dalam kesederhanaan, dalam setiap keseharian kita dan dalam diri sesama kita yang miskin dan menderita, maka kita akan menemukan Tuhan di dalam kebersamaan dengan keluarga kita , dalam pelayanan yang tulus dan penuh cinta kepada mereka yang membutuhkan kita. Untuk itu kita harus menghindari sikap angkuh dan sombong karena itu akan menghalangi kita berjumpa dengan Tuhan. Bagaimana kita dapat menjadi bintang bagi orang lain kalau kita sendiri tidak menjadi bintang bagi diri kita sendiri dalam mencari Tuhan???

    Di dalam perjalanan mencari Sang Bintang Seajti kita harus berani mengambil risiko dengan meninggalkan cara hidup kita yang lama (angkuh / sombong / iri hati) dengan hidup rendah hati, tulus, dan penuh cinta yang berati kita mau percaya dan berpengharapan kepada Yang Maha Kudus. Kita akan sanggup menjadi Sang Penemu Bintang Sejati bila kita PEKA TERHADAP KEHADIRAN ALLAH yang akan memenuhi dahaga kita akan CINTA KASIH ALLAH.

Tinggalkan Balasan