Keuskupan, 15 Desember 2008
Paijo menikah dengan Painem 35 tahun lalu. Tuhan menganugerahi 2 anak. Anak pertama adalah lelaki. Ia bernama cong kek. Sedangkan anak kedua adalah seorang wanita. Ia bernama cing kek. Cong kek sehat secara jasmani, rohani, dan mental, sedangkan fisik Cing Kek mengalami kelainan. Kata Dirah tetangga Paijo,”Wakto Painem mengandung, dia mengejek orang lain. Ejekan itu berdampak kepada anak di dalam kandungan. Anak di dalam kandungan tersebut menyerupai orang yang diejeknya.”
Cong Kek menikah dengan Leng Gong di umur 25 tahun. Setahun setelah menikah Tuhan menganugerahi seorang anak lelaki yang diberi nama Leng po. Di ulang tahun pernikahan ke 5 Tuhan menganugerahi seorang anak wanita yang diberi nama Ling Po. Leng Po sehat jasmani, rohani, dan mental sedangkan Ling Po mengalami kelainan fisik. Mulut Ling Po sumbing. Leng Gong menangis melihat kondisi anaknya. Dia berkata,”Apa dosaku sehingga anakku lahir cacat? Aku tidak bisa menerima kenyataan ini.”
Menyikapi hal tersebut seorang imam menasehati Leng Gong,”Penderitaan tidak selalu diakibatkan oleh dosa, tetapi dosa bisa mengakibatkan penderitaan. Yesus juga menderita walaupun Dia adalah Allah. Biarpun demikian Yesus memanggul salib-Nya sampai mati di Golgota. Oleh karena itu kita belajar memikul salib. Di balik salib tersimpan pengharapan, yakni kebangkitan. Di balik kelahiran bayi cacat, kita bisa melihat kemuliaan Allah.”
Leng Po menikah dengan Hok Li di umur 22 tahun. Hasil pernikahan mereka yakni Eng Ki dan Eng Ko. Jenis kelamin Eng Ki adalah lelaki sedangkan jenis kelamin Eng Ko adalah wanita. Eng Ki sehat jasmani, rohani dan jiwa sedangkan ketika terlahir ke dunia fisik Eng Ko cacat. Hok Li menangis melihat begitu buruk rupa anak kesayangannya. Dia berkata,”Apa dosaku sehingga anakku cacat? Aku tidak bisa menerima.”
Song Kek, tetangga Leng Po meneguhkan Hok Li. Ia berkata,” cacat tidak berhubungan dengan dosa. Penderitaan tidak selalu karena dosa. Kita belajar menerima situasi apapun. Santo Paulus berkata, kita hendaknya mengucap syukur dalam segala hal.”
Bisakah kita memposisikan diri sebagai Painem, Leng Gong, dan Hok Li? Apakah kita juga bisa mempunyai sikap seperi romo dan Song kek? Betulkah bahwa kelahiran anak-anak cacat tersebut merupakan salib atau tumbal? Bagaimanakah sekiranya anak wanita Eng Ki di kemudian hari juga cacat? Bagaimanakah sekiranya cucu wanita Eng Ki juga cacat? Bagaimana kita menyikapi kenyataan ini? Masihkah relevankan nasihat romo dan Song kek?
Kita tdk pernah tahu anak kita akan dilahirkan seperti apa. Yang pasti anak adalah anugerah terindah yg Tuhan berikan dan selalu sempurna di mataNya.
Sikap pasrah padaNya membuat kita lebih dapat membuka diri dan mensyukuri segala pemberianNya. Sehingga kita dapat lebih memaksimalkan potensi anak tanpa selalu melihat kekurangan fisiknya…..
pengalamanmu sangat bagus sekali, bagus bilamana pei mau sharing dengan para penulis. Berlimpah terimakasih sharingnya.
Luarbiasa pei, memang manusia tidak mengetahui hasil karya Allah di dalam kandungan. Kita bersyukur atas anugerah Tuhan dengan memaksimalkan potensi anak. terimakasih pei.
Kita tdk pernah tahu anak kita akan dilahirkan seperti apa. Yang pasti anak adalah anugerah terindah yg Tuhan berikan dan selalu sempurna di mataNya.
Sikap pasrah padaNya membuat kita lebih dapat membuka diri dan mensyukuri segala pemberianNya. Sehingga kita dapat lebih memaksimalkan potensi anak tanpa selalu melihat kekurangan fisiknya…..
pengalamanmu sangat bagus sekali, bagus bilamana pei mau sharing dengan para penulis. Berlimpah terimakasih sharingnya.
Luarbiasa pei, memang manusia tidak mengetahui hasil karya Allah di dalam kandungan. Kita bersyukur atas anugerah Tuhan dengan memaksimalkan potensi anak. terimakasih pei.
Satu hal yg hrs kita ingat bahwa setiap pertemuan / kelahiran tidak ada yang kebetulan atau tidak bisa kita pilih semua ada DIA yang telah mengatur (memilih kita). Yesus lahir ke dunia memikul salib sbg silih atas dosa manusia, padahal Yesus tidak berdosa. Entah hikmah apa yang akan diterima keluarga tsb, kalau dilihat turun termurun sepertinya kutuk keluarga, ingatlah bahwa dibalik semua penderitaan pasti ada buah manis yang akan dipetik. tp dlm penderitaan tersebut perlu dicari akar permasalahan seperti kelahiran Cing Kek karena pada saat di kandungan ibunya mengejek orang lain. Kalau ini disebut kutuk maka perlu ada pertobatan dari orang tua agar apa yg dialami anaknya tidak dialami oleh cucunya. Atau anak yg cacat tsb bisa menjadikan ortunya sadar akan kesalahan / kehilafan. Skrg pertanyaannya adalah sanggupkah kita memikul salib kita sendiri?? / salib keluarga kita???? Melalui penderitaan ketaatan kita diuji bertekunlah dalam doa, janganlah imanmu menjadi kendor karena penderitaan, pasrah bukan berarti menerima keadaaan tanpa usaha perbaikan. Satu hal yang harus diingat adalah jangan merasa bahwa ini kutuk keluarga dan saya sebagai keturunannya harus pasrah menerima keadaan, tetapi carilah akar permasalahan dan perbaikilah kesalahan. Sebab Tuhan memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya kepada manusia untuk memilih.
terimakasih ami.
amie, masukanmu sangat berharga sekali bagi para pembaca dan rekan yang mengalami peristiwa ini. Mencari akar permasalahan, bertobat, memikul salib dan setia dalam segala hal seperti Paulus. terimakasih
Satu hal yg hrs kita ingat bahwa setiap pertemuan / kelahiran tidak ada yang kebetulan atau tidak bisa kita pilih semua ada DIA yang telah mengatur (memilih kita). Yesus lahir ke dunia memikul salib sbg silih atas dosa manusia, padahal Yesus tidak berdosa. Entah hikmah apa yang akan diterima keluarga tsb, kalau dilihat turun termurun sepertinya kutuk keluarga, ingatlah bahwa dibalik semua penderitaan pasti ada buah manis yang akan dipetik. tp dlm penderitaan tersebut perlu dicari akar permasalahan seperti kelahiran Cing Kek karena pada saat di kandungan ibunya mengejek orang lain. Kalau ini disebut kutuk maka perlu ada pertobatan dari orang tua agar apa yg dialami anaknya tidak dialami oleh cucunya. Atau anak yg cacat tsb bisa menjadikan ortunya sadar akan kesalahan / kehilafan. Skrg pertanyaannya adalah sanggupkah kita memikul salib kita sendiri?? / salib keluarga kita???? Melalui penderitaan ketaatan kita diuji bertekunlah dalam doa, janganlah imanmu menjadi kendor karena penderitaan, pasrah bukan berarti menerima keadaaan tanpa usaha perbaikan. Satu hal yang harus diingat adalah jangan merasa bahwa ini kutuk keluarga dan saya sebagai keturunannya harus pasrah menerima keadaan, tetapi carilah akar permasalahan dan perbaikilah kesalahan. Sebab Tuhan memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya kepada manusia untuk memilih.
terimakasih ami.
amie, masukanmu sangat berharga sekali bagi para pembaca dan rekan yang mengalami peristiwa ini. Mencari akar permasalahan, bertobat, memikul salib dan setia dalam segala hal seperti Paulus. terimakasih
Setiap manusia bertindak dan berbuat sesuatu, akan diberikan kebebasan untuk memilih olehNya…mana yang baik mana yang buruk, dan hasil dari tindakan tsb akan dirasakan oleh dirinya sendiri..
Pada umumnya, bilamana hasil jelek/buruk yang diterima, mereka mulai mencari kesalahan orang lain ataupun keadaan, tanpa menyadari apakah tindakan kita sudah sesuai dengan ajaranNya ?
Kita telah memilih Yesus sebagai guru dan juru selamat kita, artinya kita wajib mengikut semua ajaranNya (SESUAI DENGAN PEPATAH : GURU KENCING BERDIRI, MURID KENCING BERLARI……maaf lho-red)…Apakah kita telah mengikuti semua ajaranNya ? Berapa persen perbuatan kita yang sesuai dengan ajaranNya…?????….
Tanyalah pada diri sendiri, apakah kita tidak merasa “malu” bilamana tindakan kita tidak sesuai dengan ajaranNya, malah menyimpang dari ajarannya….
Setiap manusia bertindak dan berbuat sesuatu, akan diberikan kebebasan untuk memilih olehNya…mana yang baik mana yang buruk, dan hasil dari tindakan tsb akan dirasakan oleh dirinya sendiri..
Pada umumnya, bilamana hasil jelek/buruk yang diterima, mereka mulai mencari kesalahan orang lain ataupun keadaan, tanpa menyadari apakah tindakan kita sudah sesuai dengan ajaranNya ?
Kita telah memilih Yesus sebagai guru dan juru selamat kita, artinya kita wajib mengikut semua ajaranNya (SESUAI DENGAN PEPATAH : GURU KENCING BERDIRI, MURID KENCING BERLARI……maaf lho-red)…Apakah kita telah mengikuti semua ajaranNya ? Berapa persen perbuatan kita yang sesuai dengan ajaranNya…?????….
Tanyalah pada diri sendiri, apakah kita tidak merasa “malu” bilamana tindakan kita tidak sesuai dengan ajaranNya, malah menyimpang dari ajarannya….
Sering perasaan bersalah langsung dihubungkan dengan dosa, khotbah pastor tadi pagi mengatakan ini tidak lain karena pada waktu pertama kali dalam pelajaran agama selalu ditekankan pada”original sin” dan ini sering berlanjut terus dalam kehidupan kita, beliau menganjurkan untuk mengubah menjadi sesuatu yg positif yaitu “original blessing”……..dan dalam menjalani kehidupan diperlukan kesadaran bukan instink ini dan itu……dengan kesadaran penuh maka kita akan menerima apa yg Tuhan berikan dengan besar hati…….kalau toh orang disekeliling kita tidak membantu apa yg kita alami, sadarlah bahwa ada Tuhan didalam yg tidak mengenal lelah mendengarkan doa doa kita.
RencanaNYA bukan rencanaku dan rencanaku bukan rencanaNYA…….kegagalan tidak akan lebih besar dari rencanaNYA………dan pasti ada nilai dibalik rencanaNYA.
Syair sebuah lagi…….Ketika kuhadapi kehidupan ini, Jalan mana yg harus kupilih, Ku tahu ku tak mampu, Hanya kau Tuhan tempat jawabanku…….Janiji-Mu seperti fajar pagi hari, Dan tiada pernah terlambar bersinar, Cinta-Mu seperti sungai yg mengalir dan ku tahu betapa dalam kasih-Mu
Marilah kita mulai hari hari kita dengan sesuatu yg positif entah itu perkataan, perbuatan, pemikiran, dll……..seperti yang sering Pastor nasehatkan kepada saya.
Terima kasih Pastor.
Sering perasaan bersalah langsung dihubungkan dengan dosa, khotbah pastor tadi pagi mengatakan ini tidak lain karena pada waktu pertama kali dalam pelajaran agama selalu ditekankan pada”original sin” dan ini sering berlanjut terus dalam kehidupan kita, beliau menganjurkan untuk mengubah menjadi sesuatu yg positif yaitu “original blessing”……..dan dalam menjalani kehidupan diperlukan kesadaran bukan instink ini dan itu……dengan kesadaran penuh maka kita akan menerima apa yg Tuhan berikan dengan besar hati…….kalau toh orang disekeliling kita tidak membantu apa yg kita alami, sadarlah bahwa ada Tuhan didalam yg tidak mengenal lelah mendengarkan doa doa kita.
RencanaNYA bukan rencanaku dan rencanaku bukan rencanaNYA…….kegagalan tidak akan lebih besar dari rencanaNYA………dan pasti ada nilai dibalik rencanaNYA.
Syair sebuah lagi…….Ketika kuhadapi kehidupan ini, Jalan mana yg harus kupilih, Ku tahu ku tak mampu, Hanya kau Tuhan tempat jawabanku…….Janiji-Mu seperti fajar pagi hari, Dan tiada pernah terlambar bersinar, Cinta-Mu seperti sungai yg mengalir dan ku tahu betapa dalam kasih-Mu
Marilah kita mulai hari hari kita dengan sesuatu yg positif entah itu perkataan, perbuatan, pemikiran, dll……..seperti yang sering Pastor nasehatkan kepada saya.
Terima kasih Pastor.
Tuhan tidak pernah mencobai manusia, manusia malah diberi kebebasan untuk memilih. Tinggal bagaimana kita dengan bijaksana mempergunakan kebebasan yang Tuhan berikan. Bila kita peka terhadap firmannya, lebih peka terhadap rencanaNya. Seringkali kita lebih mementingkan keinginan kita daripada kebutuhan. Misalnya di rumah istri sudah masak dan suami sudah lapar, tapi masakan istri tidak mengugah selera suami ingin makan yang lain, yg dibutuhkan suami adalah makan karena dia lapar, kalau dia bisa menekan keinginannya maka dia akan makan apa yg sudah tersedia. Apakah di dalam hidup kita bisa lebih mementingkan kebutuhan dari pada keinginan. Semua orang ingin yang sempurna tapi yang sempurna itu hanya Tuhan. Mungkin pertanyaan di bawah ini bisa membantu kita untuk memilih : Kalau untuk sempurna manusia harus memiliki CINTA, UANG, HARTA dan KEBEBASAN tapi sebagai manusia kita tidak bisa memiliki semuanya hanya 3 unsur yang dapat kita peroleh, dari ke 4 unsur tersebut, unsur mana yang akan kita buang??? Dengan ulasan di atas mudah2an bisa membantu keluarga keturunan Paijo & Painem untuk mencari akar permaslahan.
Ami, terimakasih masukanmu. sebuah pemikiran dari cermin pengalaman yang didasari oleh pengalaman iman. Ini sangat memperkaya banyak orang, bukan saja untuk Paijo dan Painem.
Tuhan tidak pernah mencobai manusia, manusia malah diberi kebebasan untuk memilih. Tinggal bagaimana kita dengan bijaksana mempergunakan kebebasan yang Tuhan berikan. Bila kita peka terhadap firmannya, lebih peka terhadap rencanaNya. Seringkali kita lebih mementingkan keinginan kita daripada kebutuhan. Misalnya di rumah istri sudah masak dan suami sudah lapar, tapi masakan istri tidak mengugah selera suami ingin makan yang lain, yg dibutuhkan suami adalah makan karena dia lapar, kalau dia bisa menekan keinginannya maka dia akan makan apa yg sudah tersedia. Apakah di dalam hidup kita bisa lebih mementingkan kebutuhan dari pada keinginan. Semua orang ingin yang sempurna tapi yang sempurna itu hanya Tuhan. Mungkin pertanyaan di bawah ini bisa membantu kita untuk memilih : Kalau untuk sempurna manusia harus memiliki CINTA, UANG, HARTA dan KEBEBASAN tapi sebagai manusia kita tidak bisa memiliki semuanya hanya 3 unsur yang dapat kita peroleh, dari ke 4 unsur tersebut, unsur mana yang akan kita buang??? Dengan ulasan di atas mudah2an bisa membantu keluarga keturunan Paijo & Painem untuk mencari akar permaslahan.
Ami, terimakasih masukanmu. sebuah pemikiran dari cermin pengalaman yang didasari oleh pengalaman iman. Ini sangat memperkaya banyak orang, bukan saja untuk Paijo dan Painem.