Mutiara Hati

Wisma Keuskupan, 16 September 2008

 

Terkadang sebagai manusia kita melihat segala sesuatu dari kelebihan. Manusia mengharapkan hasil yang lebih dari yang diharapkan. Manusia bersedia memberi dari kelebihan. Manusia memberikan syarat dan kriteria karena mengharapkan sesuatu hal yang “lebih”. Manusia tak sadar, bahwa kelebihan berawal dari kekurangan. Lebih merupakan kesatuan dari elemen-elemen yang melebur dari kurang.

 

Sikap pamrih seringkali menjadi motivasi orang untuk memberi.

 

Sesungguhnya hal yang indah berawal dari kekurangan. Memberi dari kekurangan, mencintai dari kekurangan, Kekurangan memberi nilai tambah bahkan makna yang lebih dari sekedar kata. Dari kekurangan tersimpan ketulusan, tersimpan pengertian, tersimpan keindahan. Apa yang dikatakan kurang merupakan berharga. Manusia akan belajar mencintai dari kekurangan. Manusia akan belajar mengasihi dari kekurangan. Manusia akan mengerti kehidupan dari kekurangan yang melekat dalam dirinya dan manusia akan menghargai apa yang ada dari kekurangan. Berarti Kekurangan merupakan kelebihan. Kekurangan merupakan awal manusia untuk belajar dan memahami akan arti menghargai. Amin

 

Si janda itu memasukkan uang persembahan dari seluruh harta miliknya. Padahal di mata orang, hidupnya berkekurangan secara materi. Tetapi dia mempunyai sikap murah hati.

 

Kekurangan yang merupakan kelebihan dapat tergantikan dengan empati dan prakteknya. Artinya mampu merasakan, apa yang dirasakan orang lain. Mampu menempatkan diri pada posisi, situasi dan keadaan orang lain. Memberi dari kekurangan sekalipun kita masih membutuhkan karena disanggupkan oleh empati. Empati bukan sekedar simpati saja. Bukankah kekurangan berwujud keterbatasan yang dimiliki justru membentuk kelebihan sebagai manusia.

 

Ketika orang lain tersandung batu, hatiku tergerak oleh belaskasih orang itu. Ketika ada orang lapar, kita memberi makan. Ketika ada orang haus, kita memberi dia minum. Ketika ada orang menangis, kita menghibur. Ketika ada ruang kosong, kita mengisi. Ketika orang kurang kasih sayang, kita mengasihi dalam Tuhan dengan tulus. Begitulah empati. Hati kita digerakkan oleh belaskasih terhadap orang lain.

 

Aku memiliki keterbatasan sebagai seseorang yang butuh disayangi, semua itu tambah berkurang ketika aku dicampakkan, dibuang, dikhianati oleh seorang yang katanya saleh. Dengan kosongnya hati akan cinta dan kerinduan diperlakukan penuh kasih sayang, aku menjadi hampa. Ketika hati hampa, jiwa merana, pikiran kacau aku dipulihkan dengan memberi perhatian, memberi cinta, memberi sayang, memberi makna.

 

Kata orang aku adalah orang sakit, orang berkekurangan bukan sekedar materi tetapi juga kekurangan cinta. Ketika aku tak memahami semua yang terjadi, aku marah, kecewa, sakit hati, putus asa, depresi, bahkan luluh lantah. Kini aku mengerti, apa yang seharusnya kulakukan bahwa apa yang menjadi kekuranganku seharusnya membentuk aku, memulihkan aku.

 

Perkataan orang sering menjadi cermin tentang diri kita. Bila kita terbuka terhadap sapaan orang lain, maka kita semakin bisa mengenal diri kita. Kita bisa menemukan mutiara-mutiara indah dalam hubungan dengan orang lain.

 

Dengan kekurangan aku mengerti apa itu kelebihan. Dengan kekurangan aku mengerti bagaimana menyayangi. Dengan kekurangan aku memaknai arti cinta. Dengan kekurangan memampukan aku untuk memaafkan orang-orang yang telah menyakitiku. Orang-orang yang tak peduli dengan perasaanku bahkan hidup matinya aku.

 

Yang kulakukan adalah memurnikan hati, mengesampingkan cinta diri dan merasakan dengan menggambarkan apa yang terjadi jika seandainya aku berada di posisi mereka. Saat orang menyakitiku hingga aku terluka, aku mencoba membayangkan dan memahami mengapa mereka melakukan itu. Jawabannya adalah situasi, keadaan, kondisi mereka yang tidak memungkinkan mereka untuk belajar bagaimana memberi, memahami hidup, menghargai orang, merasakan penderitaan orang.

 

Semua kutarik dengan cara berpikir positif dan empati. Sehingga aku mampu memaafkan. Jika aku selalu meminta, menuntut, berbuat semua demi kebaikanku maka aku gagal. Gagal menjadi pemenang di hadapan Tuhan.

 

Meletakkan ego kita di sudut ruangan. Terbang memasuki pikiran orang lain. Memasuki dunia orang lain. Menyatukan hati kita dengan hati orang lain. Membuat kita memahami dunia orang lain, motivasi orang lain, perilaku orang lain, perkataan orang lain.

 

Dalam semua sikap, cara, tutur kata dan pemikiranku. Aku tak pernah kalah. Tidak ada yang terkalahkan. Ada sesuatu hal besar yang tak mampu tergambarkan yaitu kemenangan hati. Karena aku bukan pengecut apalagi anak kecil yang ketika jatuh meminta digendong, merengek ketika tak bisa dipenuhi harapannya.

 

Aku adalah aku. Mengasah nurani, memurnikan hati. Aku tak selalu kuat. Seringkali terjatuh tetapi pekerjaan bukan hanya dinilai dari hasil namun upaya yang dilakukan sehingga aku hanya mencoba berpikir untuk kebaikan orang lain, meringankan beban mereka. Seperti itulah aku keluar dari kelamnya jalan yang kulewati, dari sesaknya hati, dari ketidakberdayaan dan dari kekurangan yang kumiliki dari kekurangan yang seolah menjadi parasit dalam diriku.

 

Orang menang adalah orang yang bisa mengalahkan diri sendiri (ego), dia bertindak dengan hati. Ketika ego terkulai, maka hati berbicara. Disinilah terjadi pemberontakan ego terhadap hati. Pemberontakan ini menimbulkan perasaan galau, kesesakan hati. Perasaan merupakan  cermin diri. Sangat mungkin sekali terjadi ada ketidaksesuaian hidup antara pikiran kita dengan hati nurani.

 

Itukan yang dimaksud dengan perasaan dan kata hati?

 

Jangan mencampuradukkan perasaan dengan hati nurani. Barometer paling jujur adalah perasaan. Maka untuk memantau keberadaan diri yang berpijak dari hati adalah dari perasaan.

 

Betul. Tapi pikiran dengan hati nurani mencerminkan pikiran sebagai perasaan. Kenyataan lebih banyak ditangkap oleh indera. Kenyataan berubah-ubah sedangkan hati nurani atau kata hati adalah tetap. Hati menuntun dari kedalaman diri.

 

Indera memang menangkap segala sesuatu yang berubah-ubah di luar diri. Tangkapan panca indera diproses oleh pikiran. Hasil pemrosesan pemikiran bisa melahirkan perasaan senang atau susah. Sedang hati tidak pernah berubah-ubah. Hanya saja hati seringkali terkacaukan oleh kelamnya pikiran dan rasa galau.

 

Ketika aku menyanyangi seseorang, perasaanku berkata aku tak dapat hidup tanpa dia, aku akan bahagia jika bersanding dengannya. Namun setelah hari berganti, diskusi dan interaksi terjalin, hingga menciptakan pengalaman hati. Nuraniku mengatakan, “ia bukan yang terbaik.”

 

Aku tilik, selidiki kembali. Aku jalani dengan santai. Aku banyak menenangkan diri. Aku diyakinkan untuk meninggalkannya dan sekedar menganggap dia sebagai sahabat. Damai sejahtera ketika aku mengikuti itu namun menyiksa perasaanku untuk bisa bersama dia. Mengulang cerita bahkan menuju gerbang hidup baru. Tetapi hatiku bicara,” tak mungkiin kupaksakan semua itu karena itu tak akan membawa kebaikan hanya siksa hati.” Kesesakan ini kujalani untuk kedua kalinya setelah peristiwa kelam yang kuhadapi.

 

Satu sisi masih merindukan menikah dengan orang saleh itu, tetapi di sisi lain kau mau meninggalkan dia karena dia tidak layak untuk dimiliki (dinikahi). Dua keinginan berbeda ini membuat hatimu sesak, timbul konflik batin di dalam dirimu. Bahkan ada konflik antara hatimu dengan nafsu biarahimu atau nafsu memiliki.

 

Jadi mana yang harus kuikuti? Seorang hamba Tuhan mengatakan padaku bahwa sebenarnya aku tahu apa yang harus kulakukan, dan karenanya aku harus membuat ketetapan hati. Aku tahu bahwa dia bukan yang terbaik, jadi aku menetapkan hatiku.

 

Sebenarnya banyak yang membuatku sesak hati. Bukan hanya masalah pendamping hidup saja.

 

Seringkali orang bertindak sesuai dengan perkataan orang, bukan berpijak dari hati. Menjadi persoalan ketika masukan orang itu justru melencengkan langkah kita. Cermatilah apapun perkataan orang dengan bijak. Nilailah dia dengan nilai-nilai ilahi yang tertancap di dasar hati. Bilamana sesuai dengan nilai luhur dari Tuhan, maka terimalah itu sebagai masukan berharga untuk mengada sesuai panggilan kita.

 

Aku sesak dengan kondisi keluargaku, aku ingin segera keluar namun aku belum diijinkan Tuhan untuk mengambil jalan pintas. Ya mencari penawar. Aku memang belum baik bahkan belum jadi yang terbaik tetapi aku ingin menemukan makna hidup. Aku mencari jalan apa yang harus kutempuh karena aku tak ingin sia-sia. Sekalipun kecil dan hanya sedikit memberikan sumbangsih, nilai yang kecil namun arti yang luar biasa bermakna. Semua harus dilewati, bukan dihindari.

 

Aku sesak karena aku tak mampu menjadi tumpuan bagi orang-orang yang kusayangi karena keterbatasanku. Mereka yang memahami kondisiku memberikan semangat dan pengertian. Aku menjadi tumpuan harapan namun aku belum memiliki kekuatan. Sehingga ketika aku merasakan tak mampu menjadi sesuatu, aku memberikan sesuatu sekalipun itu mungkin tak banyak membantu.

 

Itulah yang kini menimpa aku dalam kondisi keluargaku. Keluargaku, ibuku menaruh harapan padaku. Sekalipun ia tak pernah meminta, tak pernah mengatakan namun aku bisa melihat jelas bahwa ia berharap banyak padaku Pastor. Yang bisa kulakukan saat ini hanya berharap agar suatu hari aku dapat memenuhi harapan. Melakukan yang bisa kulakukan. Menjadi pegangan, memberi bahu untuk menangis, memberi waktu untuk mendengarkan. Itu juga yang kulakukan pada rekan-rakan yang sedang menghadapi situasi yang sama denganku. Aku merasakan kegelisahan, ketakutan dan kelemahan mereka karena aku pernah bahkan saat ini mengalami hal yang sama. Itu mengobati aku Pastor.

 

Jika tidak mungkin dalam situasi seperti ini aku akan seperti dulu, terkulai lemah, sakit tanpa tahu apa obatnya. Depresi! Bahkan kehilangan harapan. Kini ada tangan yang menggenggam, ada bahu yang menggendong, ada hati yang tulus menerimaku, ada sahabat setia yang selalu mendengarku, keagungan Tuhan. Itulah yang menguatkanku dan memampukanku. Tiap kali aku sesak, aku merasa itu merupakan bagian dari proses pemurnian Tuhan untuk mendidik, menghilangkan segala sesuatu yang buruk dari diriku.

 

Sebagai manusia aku tidak dapat mengandalkan kekuatan sendiri atau mengandalkan manusia. Pastor pun melihat perubahan ketika pertama kali aku bertemu dengan pastor dan saat sekarang. 1 tahun mematangkan langkah ku, 1 tahun banyak hal yang kuhadapi, 1 tahun aku memulihkan diriku dengan mencari Tuhan. Selalu menangis meminta agar IA mengangkat segala perasaan tak berguna.

 

Kalau pun sekarang aku masih mengalami kesesakan hati itu makin mendekatkan aku pada Tuhan. Makin membuat aku mengerti mengapa semua memang harus kulewati. Ditinggalkan membuat ku untuk memelihara, menghargai. Ditinggalkan papa membuat aku memahami arti memelihara dan menghargai keberadaan anak, anak merasa ditinggalkan kakak membuatku memahami arti dan menghargai menjadi seorang yang terbuka pada setiap saat.

 

Kalau aku tak mau mengubah diri kapan aku berubah. Perubahan harus dari diri sendiri.

 

Oke .. Itu langkah tepat. Bagus sekali kau menyadari bahwa rasa sesak itu bagian dari proses pemurnian diri. Ikutilah alur alammu sesuai dengan naluri dan hatimu.

 

Iya Pastor, aku setuju sekali. Seperti yang Pastor bilang bahwa aku adalah orang yang memiliki perasaan yang menggelombang, berubah ubah sehingga mengacaukan hati. Tapi aku punya kendali, yaitu pengendalian diri. Itu yang sekarang aku lakukan ketika perasaan berubah-ubah, aku mengendalikan diri.

 

Kendalikan perasaanmu, pikiranmu, dan perilakumu dengan hati!

 

Aku sekarang lagi mencoba untuk melupakan rasa sayangku terhadap cowokku menjadi rasa sayang terhadap sahabat. Aku lagi sesak karena ini saja kok, bukan karena hal lain. Hal di luar ini yang membuat sesak membuat aku menjadi bahagia manakala aku mencoba memberi diriku untuk melakukan yang bisa kulakukan. Tetapi untuk masalah satu ini, masih sangat membuat aku bingung.

 

Ada pertentangan antara rindu mencintai dengan menjadi sekedar sahabat, yang tanpa mau memiliki. Juga kau masih berjuang untuk mengikuti jejak hidupmu berdasar hati nuranimu. Itu masih perjuangan. Perasaanmu masih bergelombang untuk saat ini walaupun terkesan sudah jauh lebih baik daripada 1 tahun yang lalu.

 

Iyalah Pastor, tak mudah untuk melupakan atau mengubah perasaan apalagi belakangan ini aku udah dekat dengan cowokku ini. Sekalipun hanya berkisar 3 bulan aja, tetapi ada makna yang terlanjur tersirat di hatiku. Ada harapan yang kugantung dan harus secara cepat kulepaskan.

 

Sesak hati karena semuanya datang bertubi-tubi, cepat, serentak, terjadi mendadak. Satu masalah barus kuhadapi datang lagi, datang lagi, datang lagi sehingga kadang aku lelah. Kenapa terjadi saat ini, dalam hitungan menit, dalam hitungan minggu. Karena itu sekarang aku hanya ingin diam, gak mau banyak bergerak, mencoba mengikuti alurnya. Supaya tidak mudah lelah, supaya yang telah dilakukan tidak sia-sia, supaya aku gak tergoyahkan. Mengikuti jejak langkah yang ada.

 

Ikutilah jalur alammu maka kau bahagia .

 

 

Iya Pastor, aku ikuti saja semuanya. Belum ada yang datang maka aku menunggu, belum dihubungi maka aku menunggu, belum dicari maka aku menunggu. Semua kubiarkan terjadi sesuai dengan yang seharusnya tanpa aku yang merombak atau mencari-cari sendiri.

 

Dia memahat diri. Terkadang terasa perih. Terkadang merasa lembut manakala Dia membelai kita. Biarkan saja Dia mau membentuk kita sesuai dengan kehendakNya. Semua dibutuhkan kesabaran dalam menanti sebuat tujuan akhir dari proses penyempurnaan hidup.

 

Setiap langkah yang dilakukan akan meninggalkan jejak. Jejak jejak itu akan memandu, mengarahkan dan meninggalkan kebijaksanaan, kedewasaan. Membawa setiap kaki yang melangkah dan mengikuti jejak. Membawa pada pengharapan, pengertian dan jalan keluar. Jalan kehidupan yang ingin digapai. Ibarat biji yang mati, masuk ke dalam tanah untuk menyebar. Akhirnya membuahkan hasil yang merambat.

 

Yap, tepat sekali.

 

Hasilnya itu akan berbuah, semakin banyak yang bisa melihat, menuai dan merasakan hasilnya. Bukan pengorbanan hanya kesediaan. Jika dianggap pengorbanan maka yang tersimpan adalah rasa sakit, tapi kesediaan akan memampukan karena dalam kesediaan ada tujuan yang membahagiakan hati. Ada damai dan ketenangan yang melembutkan dan menyentuh. Kesediaan merupakan kerelaan untuk ditempa, dihancurkan, dibentuk, dan digabungkan dalam satu kesatuan yang merangkai keindahan makna bagi sekitarnya.

 

Keindahan makna karena memberi harapan bagi yang putus asa, memberi damai bagi yang resah, memberi motivasi bagi yang putus asa. Keindahan makna. Keindahan makna bagi mereka yang tak percaya mampu melewati, bagi mereka yang tak mengerti jalan hidup, bagi mereka yang marah akan hidup tak menentu.

 

Akupun belajar dalam masa pembelajaran. Setahap demi setahap. Karena manusia harus mau belajar untuk memaknai apa yang terjadi, memaknai kehidupannya. Sekalipun manusia tak suka terhadap hal pedih yang menyakitkan, sekalipun manusia tak ingin berkekurangan. Tapi manusia harus bersedia. Harus mau. Sehingga hidupnya bermakna dan memancarkan keindahan makna. Hidupnya tak sia-sia.

 

Luar biasa … Selamat anda mencapai titik kebahagiaan sejati.

 

Kolaborasi

Wisma keuskupan, 13 September 2008

 

Ketika aku mempunyai seorang nenek yang tidak menyayangi putri kandungnya. Tuhan mengajarkan pada ku akan arti menyayangi.  Seorang nenek yang memiliki 6 orang anak, 4 orang putri dan 2 orang putra.Setiap kali aku mencoba masuk kedalam hatinya aku melihat hati yang kosong, hati yang tak memiliki kasih sayang dan keegoan yang bertahta dalam dirinya. Tanpa sadar nenek banyak melukai hati anak2nya khususnya ibuku.

 

Aduh … aduh .. Kok begitu ya. Apa dampaknya untukmu

 

Sebenarnya bukan seperti itu nenek, seharusnya ia menjadi tumpuan kasih sayang bagi anak-anaknya. Tapi kekosongan dan keegoan orang tuanya membuat ia tumbuh menjadi pribadi yang labil, penuh amarah dan tak mampu tergetarkan oleh kasih sayang dari orang2 yang ada di sekelilingnya. mungkin tak ada yang salah. Hanya keadaan yang tak tepat.

 

Sikapmu sudah tepat

 

Dampaknya bagiku??? Suatu hari aku ingin menyayangi anak2ku, menjadi tempat mencurahkan perasaan mereka, menjadi sahabat bagi mereka, aku ingin mengisi mereka dengan kehidupan penuh kasih sayang. Mengajarkan arti menyayangi dan bagaimana rendah hati dalam menyikapi berbagai permasalahan yang menjerat hidup. Agar kebencian dipudarkan dengan kasih sayang, agar kesombongan dipudarkan dengan kerendahan hati, agar kekerasan dipudarkan dengan kelemahlembutan. Amin

 

Niat luhurmu pasti menyembuhkan dirmu dan banyak orang di sekitarmu.

 

Satu lagi, aku ingin menjadi orang tua yang mampu mendidik, mengarahkan mana yang benar dan salah serta mengajarkan untuk berani bertanggung jawab terhadap setiap kesalahan yang mereka lakukan.

 

Luarbiasa kau. Kau orang tua yang bijak. Bisa belajar dari pengalaman hidupmu.

 

Bertanggung jawab agar mereka tidak menjadi anak2 yang lari dari masalah, mampu mengambil keputusan luhur bukan mempersalahkan orang lain atas segala sesuatu yang menimpa mereka. Jika aku menyayangi seharusnya aku membantu mereka untuk berubah.

 

Kasih sayang tulus orang tua memang mengubah

 

Begitulah kehidupan ku yang dikelilingi pola ajar orang tua yang salah dalam mendidik dan menyayangi anak2 mereka. Aku belajar banyak dari ibu ku. Ia seorang anak yang luar biasa bagi ibunya, seorang yang luar biasa bagi anaknya. Sekalipun ia dikecewakan orang tuanya ia tetap memaafkan sikap mereka, ia tetap mampu menyimpan rasa sayang dalam hatinya. Ia mampu mengisi kasih sayang dalam jiwaku sekalipun ia tidak mendapatkannya. Tidak mendapatkan dari orang tuanya.

 

Kau sudah bisa memaknai sejarah hidupmu secara positif. Berapakah keinginanmu untuk mempunyai anak?

 

Ia karena sejarah tak mampu diubah hanya mampu untuk menjadi pembelajaran. Hal yang terjadi dan berlalu tidak akan kembali terulang, tidak dapat kembali hanya menjadi pengalaman berharga dalam melangkah, mungkin menjadi cermin.

 

Aku menginginkan anak sepasang seperti ibuku, hanya dibalik. Yang perempuan menjadi kakak dan yang lelaki menjadi adik. 2 agar bisa dibagi 50 dan 50. Kalau 3 mungkin akan ada bagian yang tidak merata, kalau 4 anak akan semakin sedikit perhatian dan kasih sayang yang didapat. Ketika mereka bertengkar tidak akan ada yang saling memihak karena hanya berjumlah dua. Mereka akan saling berpegangan erat bersama-sama dalam menyikapi bagaimana menjadi dewasa.

 

Pemikiranmu luarbiasa …

 

Yang perempuan manjadi anak pertama agar dengan naluri keibuan ia dapat membimbing adik, dengan kelemahlembutan ia bersikap sabar, kolaborasi yang indah untuk berusaha menggapai kebijaksanaan

 

Iya  .. memadukan kelembutan dengan kekuatan. Tepat sekali. Semoga impianmu semua dapat terwujud

 

Namaku Catherine Fransisca Xaveria Koesnadi. Namaku panjang bukan? Nama itu katanya diberikan ayahku.  Aku seorang mahasiswi yang sudah menyelesaikan kuliah namun masih harus menempuh penulisan skripsi dan bekerja di sebuah sekolah swasta. Aku bekerja dalam kehidupan ini sebagai pejuang mencapai tujuan dan makna hidup yang sesungguhnya. Senang boleh mengenal Pastor, kebahagiaan bagiku. Pastor Titus, namanya langka terdengar singkat namun akrab di telingaku, seolah telah lama mengenal pastor

 

Tulisamu mendalam sekali bagiku. Ini mencerahkan banyak orang. Bagaimana sikap seorang anak ketika dibesarkan dalam situasi yang memedihkan hati. Apa yang membuatmu menempuh sikap seperti itu?

 

Aku ingin punya waktu untuk menikmati waktu bersama Tuhan. Aku tidak ingin digoyahkan oleh berbagai penglihatan dan perkataan yang membuat ku ragu akan keagungan kasih Tuhan yang sanggup menuntun dan menggendongku. Aku tidak ingin menjadi kehilangan harapan hanya karena perkataan dan penglihatan manusia. Semua ingin kulakukan, kurasakan, kulewati bersama Tuhan saja. Dan aku berhasil melakukannya. Ada damai sejahtera yang kudapatkan.

 

Permenungan yang panjang, kulalui proses permenungan dalam kehidupanku. Sekalipun benar bahwa aku harus melewati jalan yang gelap, hitam kelam, tak ada jala keluar, Aku tidak ingin itu kudengar terlebih dahulu. Aku ingin lebih siap lagi bersama Tuhan. Biar Tuhan saja yang melakukannya, biar itu tetap menjadi rahasia Tuhan, karena aku yakin bahwa Tuhan jauh lebih tahu yang harus dilakukan.

 

Aku berusaha untuk tidak takut melangkah dalam lembah kekelaman, karena aku percaya ada cahaya terang yang membimbingku. Takut, resah, bimbang semua akan kulewati dengan keyakinan bahwa bila Tuhan telah memampukan aku hingga saat ini,maka akupun akan disanggupkan untuk melewati gelombang lainnya. Bukan aku hebat ataupun kuat tetapi karena Tuhan ingin aku lewati semua ini.

 

Peganglah keyakinanmu itu. Kamu akan sangat kuat melangkah.

 

Iya Pastor dan memang untuk saat ini aku memilih untuk diam, tak banyak bergerak. Aku hanya diam, mengamati, melihat dan menjalani tanpa mau banyak berpikir. Karena ku takut salah, takut sakit bila bergerak dengan keinginan sendiri. Sekalipun sikapku membuat orang bingung, sekalipun orang marah dengan sikapku dan sekalipun sikapku menuai kesalah pahaman.

 

Tepat sekali.  Semua ini ilusi dek. Ilusi. Semua

 

Bagiku tak mengapa karena memang untuk saat ini aku diminta Tuhan untuk diam. Tidak berkata, tidak bertindak, tidak berpikir. Aku hanya diminta untuk diam. Diam bukan untuk larut dalam sunyi sepi tetapi untuk menemukan yang sesungguhnya, yang tidak terselami, yang tidak terlihat mata hanya bisa dirasakan. Terimakasih Pastor, aku merasa memiliki sahabat yaitu Pastor. Sahabat yang mengerti, melihat dan merasakan apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan ini yang sebenarnya adalah ilusi. Semua adalah ilusi, ilusi adalah kosong dan kosong adalah hampa tak ada isinya.

 

Yang kekal adalah sabda = hati. Kosong. Hampa. Kenyataan di luar dirimu berubah setiap detik. Orang menangkap perubahan itu sebagai ketetapan. Dia memegang ketetapan yg di tangkap oleh panca indera itu. Hasil tangkapan itu melahirkan pengertian = paham maka paham setiap orang = pengertian tiap orang berbeda lahirlah konflik beda paham/pengertian. Padahal panca indera sangat terbatas dalam menangkap kenyataan tetapi orang merasa paling benar, paling paham, paling mengerti, he he … Padahal pengertian dia itu ilusi sudah berubah dan hanya secuil yg diketahuinya. SOMBONG!

 

Ini memang jawaban dari apa yang telah menimpaku. Aku dianggap tidak pengertian, tidak mengetahui, tidak peduli, egois, tinggi hati sedangkan aku merasa tidak demikian dan karena perkataan dan sikap orang aku jadi goyah dan tak mengerti tentang diriku. Padahal yang tahu diriku secara pasti hanya Tuhan dan hatiku bukan di luar diriku atau sekelilingku. Benar Pastor, benar apa yang pastor bilang bahwa perasaan berubah karena perasaan ditangkap indera kita.

 

Bagus

 

Aku sudah terluka pastor ketika diam seperti ini sementara aku ingin melakukan sesuatu. Mencurahkan perasaan ku, bertindak tetapi aku tak bisa karena aku harus diam…. Aku tak ingin berubah lagi pastor, tak ingin. Aku harus mengesampingkan ego, hasrat, perasaan dan keinginan cinta diri.

 

Bagus

 

Iya gitu deh Pastor, memang indra sangat terbatas dalam menangkap kenyataan dan kedalaman yang ada. Sedangkan sebagian besar manusia sangat terpengaruh apa yang ditangkap indra mereka. Aku juga orang yang terlalu banyak terpengaruh indra dan dikacaukan oleh hal dari luar diriku. Karenanya sekarang aku mencoba untuk diam sejenak sebelum merespons dan menanggapi segala sesuatu.

 

Memang tak ada yang abadi selain hati dan jiwa. Sekalipun manusia menghadap BAPA, jiwa tetap kekal menyatu dengan hati. Aku mulai mengerti akan segala sesuatu yang terjadi dan mulai mendapat jawaban kenapa selama ini aku dikacaukan perasaan dan kenapa terkadang aku jadi tidak mengenal diriku. Itu semua karena tanggapan orang yang mengaku tahu dan merasa berhak bahkan mengenal aku. Padahal tidak mungkin ada yang tahu secara persis siapa aku sampai dalamnya hatiku kecuali diriku dan TUHAN.

 

Terkadang manusia merasa paling benar sendiri, merasa jauh lebih tahu dan mampu. Namun tak ada sesuatu di dunia yang benar sempurna karena semua yang ada adalah ilusi. Hati dan sabda bukan ilusi. Karena itu benar ketika pastor mengatakan agar aku mengikuti kata hati bukan perasaan

 

Bagus sekali …

Kupu-kupu

Wisma keuskupan, 12 September 2008

kupu-kupu ungu itu hinggap di bunga warna pink, dua sayap indah mengibas-kibas, jari jemari menempel di permukaan serbuk sari, ujung nya menusuk ke sari-sari bunga, setiap kali dia menyedot kedua kelopak mata semakin sayu, perut kembang kempis seirama dengan gerak sayap.

 Taman indah, bumi berputar, manusia lalu lalang, binatang ilalang terhenyak diam, semua seolah terhenti.

Hilang. Sunyi. Hening. Bahagia.

Syukur Kunci Kebahagiaan

Wisma Keuskupan, 11 September 2008

 

Berangkat dari percakapan saya dengan mas Ali tanggal 10 September 2008, saya membuat renungan untuk teman-teman. “Kita lebih sering meminta-minta dan mengeluh kepada Tuhan daripada bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan. Maka kita harus mewarnai hidup dengan bersyukur, berterimakasih dan memberikan diri kita kepada Tuhan. Selama hidup kita harus berusaha berbuat baik  kepada siapapun. Ketika kita berbuat baik kepada semua orang sebenarnya kita berbuat baik kepada diri sendiri. Kita akan menemukan kebahagiaan dengan cara begitu.”

 

Uskup Hilarius Moa Nurak SVD perihal tersebut di atas dalam makan bersama dengan rekan imam di wisma keuskupan 10 September 2008 menegaskan, “Kalau kita terus meminta-minta, maka kita sakit.” Dia merasa tidak mempunyai apa-apa. Kalau dia tidak mempunyai apa-apa maka dia tidak bisa memberikan apa apa kepada orang lain. Maka dia menunggu orang lain memberikan apa-apa kepadanya. Setelah dia diberi apa-apa oleh orang lain, dia tidak bersyukur dan berterimakasih tetapi malah meminta apa-apa.

 

Awal Februari 2008 saya memberi semangat kepada siswa siswi kelas 1-VI SD Regina Pacis Tanjung Pandang Belitung. Saya menyampaikan buah pikiran saya. “Setiap orang harus bermurah hati kepada semua orang, agar semua orang bermurah hati kepada kita. Kemurahan hati harus diwujudkan dengan memberi … memberi … dan memberi. Anda bisa memberikan waktu anda, uang anda, pemikiran anda, tenaga anda, dan lain-lain kepada Tuhan. Semakin anda memberi kepada sebanyak mungkin orang, anda semakin berlimpah. Maka ketika anda mencapai kelimpahan, anda perlu bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan dan sesama.”

 

Menanggapi renungan tersebut Liana dari Kelapa Gading Jakarta utara bertanya, ”Setiap berdoa saya selalu meminta-minta kepada Tuhan. Saya meminta kesehatan untuk anak-anak dan saya. Sekarang saya diajak oleh teman untuk mendoakan Lilin yang terkena kanker. Bolehkah saya meminta kepada Tuhan untuk dia agar dia sembuh? ”

 

Kalau sekedar menjawab pertanyaan anda, maka jelas boleh. “Barang siapa meminta pasti dia diberi.” Pemikiran itu bukan sekedar boleh atau tidak boleh / hitam atau putih. Setiap kita sering diberi oleh Tuhan dan oleh sesama. Anugerah mereka tersebut kita terima. Setelah kita menerima itu banyak sekali orang tidak bersyukur dan berterimakasih. Malah justru meminta lagi. “Anda baru saja memberi uang kepada saya 1 juta. Baru saja saya menerima uang tersebut saya meminta lagi kepada anda 10 detik kemudian. Ucapan terimakasih kepada anda saya belum disampaikan. Bagaimanakah perasaan anda?”

 

Setiap kita menerima, kita berterimakasih. Setiap kita memberi, kita bersyukur  bahwa kita bisa menerima kesempatan untuk memberi. Setiap kita melakukan semua hal dengan syukur dan berterimakasih kepada Tuhan, maka hidup kita melimpah dan bahagia. Syukur dan berterimakasih merupakan kunci kebahagiaan sejati.

Magnet Kehidupan

Wisma Keuskupan, 8 September 2008

Bapak Giman mempunyai bayi lelaki berumur 8 bulan. Dia tinggal di Kuningan Yogyakarta. 34 tahun yang lalu bayi tersebut dimasukkan ke dalam kurungan ayam. Kurungan yang terbuat dari bambu tersebut sudah berisi enaka barang. Sejauh yang saya ingat di dalamnya ada emas, ada perak, ada kursi-kursian, ada uang, ada rumah-rumahan, ada mobil-mobilan, ada bunga, ada binatang-binatangan, dan lain-lain. Beberapa menit bayi itu di dalam dia memungut 1 benda dengan tangan kiri dan 1 benda di tangan kanan. Di tangan kiri dia memegang uang, sedangkan di tangan kanan dia memegang kursi. Bapak Giman berujar kepada anaknya, “Bagus sekali anakku. Besok kamu menjadi kaya (uang) dan mempunyai kedudukan (kursi-kursian).”

Cindi sekarang duduk di kelas III SMU St Yosef. Dia datang bersama dengan ibu Meilin ke wisma keuskupan Jalan Batu Kadera XXI N0 545 Pangkalpinang pukul 17.00 wib, 7 September 2008. Di ruang tamu mereka mengutarakan maksud kehadirannya kepada saya. “Saya bingung untuk memilih jurusan. Bisakah pastor doakan saya?”

Saya diam sejenak. Suasana menjadi hening. Saya menunggu mereka memasuki tahap menunggu jawaban. Pada saat mereka menunggu jawaban, saya memejamkan mata. Mereka semakin memasuki keheningan lebih dalam lagi. Di raut wajah mereka berdua timbul perasaan heran. “Hidup ibarat seperti besi dengan besi berani. Kau besi berani sedangkan jurusan yang engkau pilih adalah besi. Silahkan tinggalkan keuskupan segera! Berkelilinglah ke kota! Besi itu pasti menempel padamu! Keduanya saling tarik menarik dan menempel!”

Mereka segera beranjak meninggalkan keuskupan. Saya kemabali masuk ke pertapaan saya di kamar. Di kamar saya duduk terpekur di dalam doa. Mohon kepada Tuhan untuk membimbing Cindi. “Semoga Roh Tuhan membimbingnya.”

Setengah jam berlalu Cindi dan ibu Meilin kembali datang ke wisma keuskupan. Dia melukiskan di secarik kertas pengalamannya berkeliling kota. “Saat di jalan tadi, begitu banyak orang, dan saya merasa senang karena dapat bertemu dengan orang-orang yang sebelumnya belum saya temui. Tapi yang terpenting keinginan saya menuju ke klinik ataupun rumah sakit. Saya sayngat mengharapkan kalau saya bisa berada di tempat itu untuk membantu saudara-saudara / sesame yang membutuhkan pertolongan. Di rumah sakitlah saya bertemu dengan orang-orang yang tidak saya kenal dan menghargai hidup. Walaupun keadaan lemah, kritis, koma, dsb mereka masih tetap berusaha untuk memperpanjang hidupnya.”

“Sekarang pulanglah! Anda sudah mendapat jawabannya!” Dia pulang dengan langkah mantap. Dia menggenggam keyakinan bahwa dia mampu dan cocok memilih jurusan kedokteran umum. He he .. terimakasih bapak Giman. Engkau mengajar saya ketika aku masih kelas IV SD waktu itu. Anakmu adalah magnet, sedangkan uang itu besi. Prediksimu tentang anakmu menjadi kenyataan. Kini Cindi membuat sejarah serupa dengan versi sedikit berbeda. Anakku, cindi semoga engkau menjadi dokter hebat.

Anjing Blesteran

 

  

Wisma keuskupan, 4 September 2008

 

 

Apa kegiatanmu 3 hari lalu?

 

Sabtu kemaren?? Aku  bebenah rumah, nyuci sprei, bersihin kamar, rumah. Nemenin anak2 main. Aku bebenah rumah, semuanya. Lap2 perabot, nyapu, ngepel dari mulai teras depan sampai dapur belakang. nyuci baju + sprei 2 kamar dari jam 5 pagi mpe jam 4an sore. Yg bebenah cuma aq karena suamiku ngajak main anak2. Siang jeda sebentar krn hrs nyuapin mereka makan.

 

Kau anak keberappa dari berapa? Nomer hpmu berapa dan nomer rumahmu berapa?

 

Aku anak pertama dari 2 bersaudara. Mo, jangan bikin penasaran gitu dong. Hp. 000087761911 dan 021-400754. Kenapa?? Rumahku sekarang belum jadi. Ada kamar 4 berikut kamar pembantu. 2 kamar mandi. Kamar depan sekarang yang menjadi kamar ibu bapakku dan anakku yang kecil adalah tempat tidurku sejak kecil.

 

Sekarang kau berada dimana? Di situ ada berapa kursi?

 

Di divisi aku cuma 7 orang. Divisi lain mah banyak

 

 Dari 7 kursi kau deret nomer berapa dihitung dari kiri?

 

Duduknya ga rata. Tempat duduk memakai partitur. 1 partitur melingkar. 3 orang duduk. Ada 2 baris. Aku duduk di baris ke-2, ke-2 dari kiri, dari kanan juga ke-2.

 

Ketika kau SMP kelas 2, kau duduk nomer berapa  dari depan

 

Aku duduk nomer 2 dari depan.  

 

Kelas 2 SMU kau sering duduk di bangku nomer berapa dari depan?

 

Aku sering duduk nomer 2 dari depan atau paling depan karena sering disuruh nulis di papan oleh guru.

 

Apakah ada yang mengesankan ketika kau berumur 4 tahun?

 

Mengesankan. Karena saya melihat jakarta dari puncak monas. Habis itu ga pernah lagi soalnya. Selain itu saat-saat pentingku, yakni saat, sidang, saat wisuda, saat pernikahan, saat melahirkan anak2ku, saat nemenin anak2ku sakit, atau suamiku di RS, saat nganter anakku yang besar sekolah pertama kali.

 

Wisudaku November 2002. Nikah 5 juli 2003. Anakku yang pertama lahir 6 April 2004. Anakku yang kedua 26 Maret 2007. Anakku sakit rata-rata 2-3 bulan sekali. Biasa dia batuk pilek.  Suamiku masuk RS 21 April 2007. Anakku yg besar masuk sekolah pertama kali 13 juli 2007. Anakku yang kedua lahir 26 Maret 2007. Aku pacaran dengan suamiku 27 Maret 1998

 

Bagus sekali. Apakah kau pernah mempunyai hewan peliharaan atau sekarang memelihara binatang?

 

Terakhir mati sehari sebelum aku ultah.  Jadi kita sepakat untuk tidak memelihara lagi. Selain itu sejak dari aku SD sampai kuliah aku memelihara anjing, burung kenari, dan burung beo. Aku pernah memelihara anjing sekitar 13-15 tahun. Anjingnya campuran herder dengan kampung. Jumlah anjing blesteran pernah sampai 4.  Terus dikasih2 orang. Jadi anjing sisa 2. Selain itu saya pernah mempunyai satu anjing turunan ras belanda, tetapi dia mati sakit jantung. Burung kenari warna kuning. Sekarang aku mempunyai sepasang kura2. Tadinya berju lah 3. Tak lama kemudian mati 1.

 

 

Jadi di antara anjing dan kenari, kau lebih suka yang mana?

 

Anjing

 

Oh .. bagus sekali. Asyik ya. Kau mengatakan bahwa kau menikah dengan orang Flores? Suamimu berasal dari flores? Pernahkah kau pergi ke kampung halaman suamimu belum? Apa yang menarik di Flores? Katanya di sana hanya bebatuan ya?

 

Aku pernah ke sana Natal kemaren. Penduduk nya welcome dengan aku dan anakku. Aku juga merasa merasa disambut dengan baik. Kesanku mereka rata2 malas karena dimanja sama alam. Aku bingung karena jam 7 masih belum buka pintu dan jendela. Padahal aku terbiasa bangun jam 4.30-5 sampai bingung mau ngapain. Kalau di Jakarta aku sudah berada di bis atau sudah sampai kantor.

 

Di kampung halaman suamiku bagus. Indah pemandangannya. Tanah subur. Kampung suamiku daerah pegunungan yang dingin. Alami. Hijau. Oksigennya banyak. Tidak ada polusi. Sejauh mata memandang yang ada cuma hijaunya hutan. Tetapi aku tidak tau hutan apa.

Apa yang paling mengesan di sana bagimu waktu itu?

 

Waktu aku mau pamit pulang. Di dekat rumah mama ada kapel. Aku disuruh ngomong ama kakakku yang pastur. Aku tidak bisa ngomong apa2, karena terharu ama kebaikan mereka. Jadi aku cuma bisa bilang terima kasih atas ketulusan mereka kepada ku dan anakku. Terus aku nangis. Selesai misa aku dipelukin dengan semua orang. Semua umat yang hadir di misa hari minggu itu nangis karena melihat aku mennangis.

 

Aku terharu karena mereka tulus banget. Kata suamiku, ini kali pertama ada pendatang yang bikin nangis orang sekampung. Waktu kakak iparku yangg orang jawa dateng ke kampung sampai sekarang tidak pernah orang sekampung sampe nangis karena balik ke Jakarta. Mungkin karena aku terlalu mellow.

 

Mengesankan sekali. Kau membawa oleh-oleh dari sana?

 

Aku membawa kopi, kain, kain tenun. Semua dibawain oleh mereka. Apa sangkut pautnya dengan diri? Aku tidak mempunyai luka batin selama ini.

 

Ketika kau menceritakan pengalamanmu di atas tentang tempat duduk di kantor di sekolah dan di bus, kau menceritakan kondisi dirimu yang paling jujur. Demikian juga ketika kau menceritakan binatang peliharaanmu dan cerita kunjunganmu ke kampung halaman suamimu. Berdasarkan data-data di atas saya bisa menemukan beberapa hal tentang dirimu yakni tubuhmu sehat. Pikiranmu bagus. Hatimu jernih. Tidak ada beban berat di dalam hidupmu. Cara pandangmu bagus. Keyakinan keyakinan di dalam dirimu bagus

 

Romo tau dari mane??????????

 

Kau mudah terharu. Perasaanmu tajam. Hatimu jujur. Kau tulus dalam membantu. Sebenarnya tubuhmu subur, masih bisa mempunyai anak. Di umur 2-4 tahun hidupmu bahagia, masa kecilmu bahagia. Hanya terkadang kau mudah menebak pikiran orang dengan perasaanmu.

 

 

 

 

 

 

 

Kau menikah dengan lain suku, maka anakmu jadinya blesteran seperti anjingmu. Jumlah anjing adalah 4. Kalian memberikan 2 ekor kepada orang lain. Sisa anjing di rumah 2 ekor. Jumlah Keluargamu ada 4 orang, yakni ibu, bapak, kau dan kakakmu. Demikian juga keluargamu sekarang berjumlah 4 yakni kau, suami, kedua anakmu.

 

Ada kemiripan sifat-sifatmu dengan sifat-sifat anjing, yakni 1) anjing setia kepada tuan, demikian juga kau setia kepada suami.

 

2) Gongongan anjing bagus, kau pun cerewet.

 

3) Anjing belanda cerdas, kau juga cerdas,

 

4) Anjing belanda cantik, kau juga merasa diri cantik,

 

5) Kau punya anjing blesteran, maka kau pun nikah silang dengan orang flores. Hasilnya adalah blesteran.

 

6) Jumlah anjing adalah 4. Jumlah keluarga orang tua adalah 4. Jumlah keluargamu adalah 4.

 

7) 2 anjing diberikan ke orang. Orang tuamu melahirkan dua anak. Orang tuamu mengiklaskan diri 1 anak untuk menjadi imam. Mereka memberikan anaknya kepada Tuhan. 1 lagi, yakni kau diberikan kepada suamimu. Dalam tradisi di Flores, lelaki melamar wanita dengan membawa gading. Pihak lelaki MEMBELI WANITA ITU DENGAN GADING, MAKA SETELAH DIBELI. WANITA ITU MENJADI MILIK LELAKI/PIHAK KELUARGA LELAKI. Setelah menikah lelaki itu berhak atas wanita itu. Perpaduan cina dengan Flores melahirkan blesteran anak blateran seperti anjing kampung dengan anjing Belanda.

 

8) kau suka kenari. Bulu kenari indah. Kau juga terkesan suka dengan keindahan. Atau kau ingin cantik seperti kenari. Kenari juga berkicau merdu, kau juga suka berkicau deh. Kenari hanya bertelor 2 butir, menetas menjadi 2 ekor. Jadi jelas anakmu sangat mungkin hanya 2.

 

Amin…amin….anakku cukup 2 aja. Sekarang tinggal mbesarin saja. Suatu saat aku setelah menerima komuni, aku berdoa seperti biasa. Saat itu terdengar sangat jelas di telingaku ada yang bilang begini, anakku, Aku sangat berkenan dengan anakmu yang kedua, jody. Suatu saat ia akan kupanggil utk menggembalakan umatku. Aku kaget. Terus aku langsung melek. Kupikir ada yang berbicara di sebelahku. Ternyata ngga ada. Ada penjelasan?? Tettapi kalau pun bener Tuhan bilang gitu, aku juga tidak berkeberatan koq. Aku seneng, karena aku bisa memberikan yang terbaik buat Tuhan.

 

Itu pengalaman sangat pribadi. Sejauh pengalamanmu membuatmu semakin mencintai Tuhan, maka silahkan saya meyakini sebagai kebenaran pribadi. Keyakinan tersebut akan mempengaruhi perilakumu agar kau mulai saat kini menyiapkan anakmu untuk diberikan kepada Tuhan. Sehingga sejarah keluarga terjadi lagi. Yang sekarang ada, dahulu sudah ada, dan yang akan ada sekarang sudah ada.

Please Give Me a Puppy !

Stress and depression disappear in the presence of a lovable canine companion, racing at full speed to greet you. This is definitely what I need to give my mind a break from stress and lonely feeling that haunt me everyday. Five years of attempt, five years of loneliness, five years of sadness. I have asked for a puppy almost for half of my life and I still haven’t got the idea why I couldn’t have one. I mean, dogs are man’s (and woman’s actually) BEST friend! I believe my family was the only one who’s going to be better than a good, well trained canine companion.

 

Even though, I’m inside an Islamic country, and my maids can’t touch it, so what!! They’re not the one who’s going to take care of my dog; it will be me, and only me. If you say I got no responsibility, time, knowledge, and power for a puppy, you’re extremely wrong. One day, I found a puppy that is not really taken care by his owner. So every day, I give him milk, food and lessons for this puppy. I also wash him, and it seems that I care for this dog more than his owner. The dog also seems so like me better! When you say knowledge, you can see a bookshelf full of dog books inside my room, and I have read each and every single one of it. For time, I’m sure I can wake earlier to take my dog to a walk, and after school, I can spend time with him too. For power, it’s clearly not a problem for dog lovers. We can spend all day long without being tired, playing with a dog! So, how about considering getting me a puppy now? (NN, kelas VI SD, 5 September 2008, Kelapa Gading Jakarta Utara)

Pergulatan Shela

Wisma Keuskupan, 4 September 2008

 

Dia tertunduk di kursi rotan, kepalanya teklak tekluk, seperti manggut-manggut pertanda setuju bahwa hidup ini indah, sekali waktu dia berdiri memperagakan dirinya memakai rok, sepatu model tua, jubah cokelat seperti jubah para pastor kapusin, dan bermahkotakan duri. Tangan kanannya menuding-tuding di depan kanan tubuhnya.

 

Senyum tipis merekah di wajah ayu, rambut terurai lurus sebahu, getar-getar kasih menjalari sekujur tubuh, peredaran darah memacu menggetarkan seluruh tubuh, ada kepenuhan, ada cinta, ada kebahagiaan tiada tara.

 

Dia menggelinjang di antara bantal guling, mengecap nikmat cinta dari kekasih hati, ada aliran menyentak-sentak di dalam, akhirnya meledak, lepas. Ia lunglai tengadah ke atas, seluruh otot-otot kendur, seluruh tulang seperti copot, nafas setenang nafas bayi di pangkuan ibu, seperti bayi di dada ibu yang menyusu.

  

 

 

 

 

Cahaya Bintang

Aku duduk di beranda rumah,

Aku tengadah ke atas,

kulihat bintang bersinar,

dia menyendiri dari yang lain,

sekali waktu kabut putih menutupi sinarnya,

di lain waktu hembusan angin membuatnya bersinar lagi.

 

Hatiku masuk ke sinarnya,

membuat relung hatiku juga bersinar cerah. Seakan akan dia tinggal bersembunyi

di balik kisi kisi jiwaku.

KAU BINTANGKU

(Pst. Titus Budiyanto, keuskupan Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pangkalpinang 33147)