Kolaborasi

Wisma keuskupan, 13 September 2008

 

Ketika aku mempunyai seorang nenek yang tidak menyayangi putri kandungnya. Tuhan mengajarkan pada ku akan arti menyayangi.  Seorang nenek yang memiliki 6 orang anak, 4 orang putri dan 2 orang putra.Setiap kali aku mencoba masuk kedalam hatinya aku melihat hati yang kosong, hati yang tak memiliki kasih sayang dan keegoan yang bertahta dalam dirinya. Tanpa sadar nenek banyak melukai hati anak2nya khususnya ibuku.

 

Aduh … aduh .. Kok begitu ya. Apa dampaknya untukmu

 

Sebenarnya bukan seperti itu nenek, seharusnya ia menjadi tumpuan kasih sayang bagi anak-anaknya. Tapi kekosongan dan keegoan orang tuanya membuat ia tumbuh menjadi pribadi yang labil, penuh amarah dan tak mampu tergetarkan oleh kasih sayang dari orang2 yang ada di sekelilingnya. mungkin tak ada yang salah. Hanya keadaan yang tak tepat.

 

Sikapmu sudah tepat

 

Dampaknya bagiku??? Suatu hari aku ingin menyayangi anak2ku, menjadi tempat mencurahkan perasaan mereka, menjadi sahabat bagi mereka, aku ingin mengisi mereka dengan kehidupan penuh kasih sayang. Mengajarkan arti menyayangi dan bagaimana rendah hati dalam menyikapi berbagai permasalahan yang menjerat hidup. Agar kebencian dipudarkan dengan kasih sayang, agar kesombongan dipudarkan dengan kerendahan hati, agar kekerasan dipudarkan dengan kelemahlembutan. Amin

 

Niat luhurmu pasti menyembuhkan dirmu dan banyak orang di sekitarmu.

 

Satu lagi, aku ingin menjadi orang tua yang mampu mendidik, mengarahkan mana yang benar dan salah serta mengajarkan untuk berani bertanggung jawab terhadap setiap kesalahan yang mereka lakukan.

 

Luarbiasa kau. Kau orang tua yang bijak. Bisa belajar dari pengalaman hidupmu.

 

Bertanggung jawab agar mereka tidak menjadi anak2 yang lari dari masalah, mampu mengambil keputusan luhur bukan mempersalahkan orang lain atas segala sesuatu yang menimpa mereka. Jika aku menyayangi seharusnya aku membantu mereka untuk berubah.

 

Kasih sayang tulus orang tua memang mengubah

 

Begitulah kehidupan ku yang dikelilingi pola ajar orang tua yang salah dalam mendidik dan menyayangi anak2 mereka. Aku belajar banyak dari ibu ku. Ia seorang anak yang luar biasa bagi ibunya, seorang yang luar biasa bagi anaknya. Sekalipun ia dikecewakan orang tuanya ia tetap memaafkan sikap mereka, ia tetap mampu menyimpan rasa sayang dalam hatinya. Ia mampu mengisi kasih sayang dalam jiwaku sekalipun ia tidak mendapatkannya. Tidak mendapatkan dari orang tuanya.

 

Kau sudah bisa memaknai sejarah hidupmu secara positif. Berapakah keinginanmu untuk mempunyai anak?

 

Ia karena sejarah tak mampu diubah hanya mampu untuk menjadi pembelajaran. Hal yang terjadi dan berlalu tidak akan kembali terulang, tidak dapat kembali hanya menjadi pengalaman berharga dalam melangkah, mungkin menjadi cermin.

 

Aku menginginkan anak sepasang seperti ibuku, hanya dibalik. Yang perempuan menjadi kakak dan yang lelaki menjadi adik. 2 agar bisa dibagi 50 dan 50. Kalau 3 mungkin akan ada bagian yang tidak merata, kalau 4 anak akan semakin sedikit perhatian dan kasih sayang yang didapat. Ketika mereka bertengkar tidak akan ada yang saling memihak karena hanya berjumlah dua. Mereka akan saling berpegangan erat bersama-sama dalam menyikapi bagaimana menjadi dewasa.

 

Pemikiranmu luarbiasa …

 

Yang perempuan manjadi anak pertama agar dengan naluri keibuan ia dapat membimbing adik, dengan kelemahlembutan ia bersikap sabar, kolaborasi yang indah untuk berusaha menggapai kebijaksanaan

 

Iya  .. memadukan kelembutan dengan kekuatan. Tepat sekali. Semoga impianmu semua dapat terwujud

 

Namaku Catherine Fransisca Xaveria Koesnadi. Namaku panjang bukan? Nama itu katanya diberikan ayahku.  Aku seorang mahasiswi yang sudah menyelesaikan kuliah namun masih harus menempuh penulisan skripsi dan bekerja di sebuah sekolah swasta. Aku bekerja dalam kehidupan ini sebagai pejuang mencapai tujuan dan makna hidup yang sesungguhnya. Senang boleh mengenal Pastor, kebahagiaan bagiku. Pastor Titus, namanya langka terdengar singkat namun akrab di telingaku, seolah telah lama mengenal pastor

 

Tulisamu mendalam sekali bagiku. Ini mencerahkan banyak orang. Bagaimana sikap seorang anak ketika dibesarkan dalam situasi yang memedihkan hati. Apa yang membuatmu menempuh sikap seperti itu?

 

Aku ingin punya waktu untuk menikmati waktu bersama Tuhan. Aku tidak ingin digoyahkan oleh berbagai penglihatan dan perkataan yang membuat ku ragu akan keagungan kasih Tuhan yang sanggup menuntun dan menggendongku. Aku tidak ingin menjadi kehilangan harapan hanya karena perkataan dan penglihatan manusia. Semua ingin kulakukan, kurasakan, kulewati bersama Tuhan saja. Dan aku berhasil melakukannya. Ada damai sejahtera yang kudapatkan.

 

Permenungan yang panjang, kulalui proses permenungan dalam kehidupanku. Sekalipun benar bahwa aku harus melewati jalan yang gelap, hitam kelam, tak ada jala keluar, Aku tidak ingin itu kudengar terlebih dahulu. Aku ingin lebih siap lagi bersama Tuhan. Biar Tuhan saja yang melakukannya, biar itu tetap menjadi rahasia Tuhan, karena aku yakin bahwa Tuhan jauh lebih tahu yang harus dilakukan.

 

Aku berusaha untuk tidak takut melangkah dalam lembah kekelaman, karena aku percaya ada cahaya terang yang membimbingku. Takut, resah, bimbang semua akan kulewati dengan keyakinan bahwa bila Tuhan telah memampukan aku hingga saat ini,maka akupun akan disanggupkan untuk melewati gelombang lainnya. Bukan aku hebat ataupun kuat tetapi karena Tuhan ingin aku lewati semua ini.

 

Peganglah keyakinanmu itu. Kamu akan sangat kuat melangkah.

 

Iya Pastor dan memang untuk saat ini aku memilih untuk diam, tak banyak bergerak. Aku hanya diam, mengamati, melihat dan menjalani tanpa mau banyak berpikir. Karena ku takut salah, takut sakit bila bergerak dengan keinginan sendiri. Sekalipun sikapku membuat orang bingung, sekalipun orang marah dengan sikapku dan sekalipun sikapku menuai kesalah pahaman.

 

Tepat sekali.  Semua ini ilusi dek. Ilusi. Semua

 

Bagiku tak mengapa karena memang untuk saat ini aku diminta Tuhan untuk diam. Tidak berkata, tidak bertindak, tidak berpikir. Aku hanya diminta untuk diam. Diam bukan untuk larut dalam sunyi sepi tetapi untuk menemukan yang sesungguhnya, yang tidak terselami, yang tidak terlihat mata hanya bisa dirasakan. Terimakasih Pastor, aku merasa memiliki sahabat yaitu Pastor. Sahabat yang mengerti, melihat dan merasakan apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan ini yang sebenarnya adalah ilusi. Semua adalah ilusi, ilusi adalah kosong dan kosong adalah hampa tak ada isinya.

 

Yang kekal adalah sabda = hati. Kosong. Hampa. Kenyataan di luar dirimu berubah setiap detik. Orang menangkap perubahan itu sebagai ketetapan. Dia memegang ketetapan yg di tangkap oleh panca indera itu. Hasil tangkapan itu melahirkan pengertian = paham maka paham setiap orang = pengertian tiap orang berbeda lahirlah konflik beda paham/pengertian. Padahal panca indera sangat terbatas dalam menangkap kenyataan tetapi orang merasa paling benar, paling paham, paling mengerti, he he … Padahal pengertian dia itu ilusi sudah berubah dan hanya secuil yg diketahuinya. SOMBONG!

 

Ini memang jawaban dari apa yang telah menimpaku. Aku dianggap tidak pengertian, tidak mengetahui, tidak peduli, egois, tinggi hati sedangkan aku merasa tidak demikian dan karena perkataan dan sikap orang aku jadi goyah dan tak mengerti tentang diriku. Padahal yang tahu diriku secara pasti hanya Tuhan dan hatiku bukan di luar diriku atau sekelilingku. Benar Pastor, benar apa yang pastor bilang bahwa perasaan berubah karena perasaan ditangkap indera kita.

 

Bagus

 

Aku sudah terluka pastor ketika diam seperti ini sementara aku ingin melakukan sesuatu. Mencurahkan perasaan ku, bertindak tetapi aku tak bisa karena aku harus diam…. Aku tak ingin berubah lagi pastor, tak ingin. Aku harus mengesampingkan ego, hasrat, perasaan dan keinginan cinta diri.

 

Bagus

 

Iya gitu deh Pastor, memang indra sangat terbatas dalam menangkap kenyataan dan kedalaman yang ada. Sedangkan sebagian besar manusia sangat terpengaruh apa yang ditangkap indra mereka. Aku juga orang yang terlalu banyak terpengaruh indra dan dikacaukan oleh hal dari luar diriku. Karenanya sekarang aku mencoba untuk diam sejenak sebelum merespons dan menanggapi segala sesuatu.

 

Memang tak ada yang abadi selain hati dan jiwa. Sekalipun manusia menghadap BAPA, jiwa tetap kekal menyatu dengan hati. Aku mulai mengerti akan segala sesuatu yang terjadi dan mulai mendapat jawaban kenapa selama ini aku dikacaukan perasaan dan kenapa terkadang aku jadi tidak mengenal diriku. Itu semua karena tanggapan orang yang mengaku tahu dan merasa berhak bahkan mengenal aku. Padahal tidak mungkin ada yang tahu secara persis siapa aku sampai dalamnya hatiku kecuali diriku dan TUHAN.

 

Terkadang manusia merasa paling benar sendiri, merasa jauh lebih tahu dan mampu. Namun tak ada sesuatu di dunia yang benar sempurna karena semua yang ada adalah ilusi. Hati dan sabda bukan ilusi. Karena itu benar ketika pastor mengatakan agar aku mengikuti kata hati bukan perasaan

 

Bagus sekali …

Read 0 comments

  1. mo komentarku yang tadi itu baru testing hehhehhe…..au terpaku saat membaca tulisan ini.persis banget ma situasi yang pernah dialami almarhum mama.nenek yang seharusnya menjadi tempat mengeluh malah menjadi momok yang menakutkan dan merongrong kebahagiaan cucu ma menantunya.namun setelah beliau meninggal ada penyesalan yang belum sempat aku sampaikan.Ada kata yang belum sempat aku sampaikan bahwa ku menyayanginya.Hati dan perasaan sangat tipis perbedaannya.kadang kita merasakan namun bingung apa benar ini kata hati?hingga kemudian melakukan penyesalan akibat pengambilan keputusan yang salah.hanya satu yang aku imani saat ini…lakukan apa yang TUhan inginkan…rasakan apa yang tuhan sentuhkan pada kita,dengarkan dengan hati bisikan apa yang Tuhan katakan…

  2. mo komentarku yang tadi itu baru testing hehhehhe…..au terpaku saat membaca tulisan ini.persis banget ma situasi yang pernah dialami almarhum mama.nenek yang seharusnya menjadi tempat mengeluh malah menjadi momok yang menakutkan dan merongrong kebahagiaan cucu ma menantunya.namun setelah beliau meninggal ada penyesalan yang belum sempat aku sampaikan.Ada kata yang belum sempat aku sampaikan bahwa ku menyayanginya.Hati dan perasaan sangat tipis perbedaannya.kadang kita merasakan namun bingung apa benar ini kata hati?hingga kemudian melakukan penyesalan akibat pengambilan keputusan yang salah.hanya satu yang aku imani saat ini…lakukan apa yang TUhan inginkan…rasakan apa yang tuhan sentuhkan pada kita,dengarkan dengan hati bisikan apa yang Tuhan katakan…

Tinggalkan Balasan