Pergulatan Shela

Wisma Keuskupan, 4 September 2008

 

Dia tertunduk di kursi rotan, kepalanya teklak tekluk, seperti manggut-manggut pertanda setuju bahwa hidup ini indah, sekali waktu dia berdiri memperagakan dirinya memakai rok, sepatu model tua, jubah cokelat seperti jubah para pastor kapusin, dan bermahkotakan duri. Tangan kanannya menuding-tuding di depan kanan tubuhnya.

 

Senyum tipis merekah di wajah ayu, rambut terurai lurus sebahu, getar-getar kasih menjalari sekujur tubuh, peredaran darah memacu menggetarkan seluruh tubuh, ada kepenuhan, ada cinta, ada kebahagiaan tiada tara.

 

Dia menggelinjang di antara bantal guling, mengecap nikmat cinta dari kekasih hati, ada aliran menyentak-sentak di dalam, akhirnya meledak, lepas. Ia lunglai tengadah ke atas, seluruh otot-otot kendur, seluruh tulang seperti copot, nafas setenang nafas bayi di pangkuan ibu, seperti bayi di dada ibu yang menyusu.

  

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan