Wisma Keuskupan, 29 September 2008
Sejak SD – SMA saya sekolah di Sekolah Beken Jakarta. Guru-guru di sana kejam dan galak. Saya tidak akan memasukkan anak saya ke sana lagi. Saya mencari sekolah dengan guru-guru yang berkwalitas dan penuh kasih terhadap para murid. Saya benci dengan beberapa guru.
Aku mau memberkatimu. Siapkanlah hatimu.
Jeda 5 menit. Masing-masing berdoa di dalam hati.
Apakah anda sudah siap menerima berkat Tuhan?
Jeda 5 menit … masing-masing berdoa di dalam hati.
Ya, saya sudah siap.
Jeda 5 menit … Saya berdoa secara pribadi untuk dia.
Tuhan memberkatimu. Tuhan melindungimu. Tuhan membimbingmu. Kau aman di dalam Tuhan..
Terimakasih pastor, kok tau-tau jadi tenang ya pastor
Aku berada di dalam Allah. Allah berada di dalam aku. Kau berada di dalam Allah. Allah ada di dalam kamu. Aku dan kau adalah satu di dalam Allah setiap waktu. Kesadaran akan persatuan kita dan kita dengan Allah, ketika kita berdoa.
Iya kenapa setiap kali berdoa, kok jadi damai ya, nggak terpikir lagi oleh saya semuanya itu (perasaan sakit, benci, terluka, trauma masa lalu). Saya sekarang bahagia. Kenapa pastor bisa mengetahui saya sekarang merasakan kedamaian? Padahal tadi pastor menyebut Sekolah Beken Jakarta saja, jadi terpikir oleh saya. Sekarang ada ketenangan batin, jadi saya merasakan ngantuk. Padahal tadi sempat tegang pastor menyebut nama Sekolah Beken Jakarta. Padahal tadi saya sudah lelah. Terimakasih Tuhan karena Tuhan yang mempertemukan saya dengan pastor.
Penuhilah hati dan pikiranmu dengan Allah. Singkirkan siapapun di dalam dirimu. Biar Roh Allah membimbingmu memasuki ketenangan sangat dalam. Tinggallah di dalam kasih Allah untuk mengecap Tuhan. Dengan kekuatan rahmat Tuhan yang telah engkau kecap itu pandanglah dengan rendah hati masa-masa di sekolah. Pandanglah guru-guru yang baik dan guru-guru yang telah melukai persaaanmu. Pahamilah latarbelakang perilaku mereka. Mereka membanting tulang dari pagi hingga sore untuk mendidik kita dengan gaji kecil. Mereka masih mengurus keluarga di rumah. Persoalan di keluarga atau persolan pribadi terkadang mempengaruhi emosi seorang guru.
Saya ingat akan kebaikan guru-guru SD saya pastor. Karena waktu kelas 1 saya pernah ngompol di kelas dan ibu Heda yang menemani saya ke WC dan memberi pinjaman pakaian seragam sekolah. Beliaupun selalu ingat saya.
Oh, pengalaman indah sekali. Dia mendidikmu penuh kasih dengan teladan hidupnya.
Sejak SMP baru mulai berubah, ada guru olahraga yang setiap saat mengejek saya karena saya tidak bisa berolahraga. Cuma dia saja yang di SMP, yang melukai perasaan. Di SMA juga ada yang setiap saat mempermalukan saya di depan kelas, karena nilai biologi saya jelek. Padahal dia katolik dan sikapnya terlihat manis sekali.
Terimakasih guruku, karena engkau maka aku bisa menulis dan membaca. Terimakasih guruku karena engkau, aku mengerti etiket. Terimakasih guruku, karena engkau aku mengerti disiplin. Terimakasih guruku karena engkau aku bisa menjadi seorang imam. Aku minta maaf atas semua salahku padamu selama proses pendidikan. Karena aku sering melarikan diri ketika engkau mau mengajar dan mendidikku. Walaupun sikapku keterlaluan di kelas terhadapmu ketika engkau mengajar atau bertatap muka, namun engkau penuh kasih mendampingi kami. Aku lebih ingin dimengerti daripada mengertimu, tetapi engkau lebih mengertiku daripada untuk dimengerti olehku.
Iya pastor dengan gaji kecil, mereka harus banting tulang mengurus murid yang begitu banyak. Apalagi saya mengetahui bahwa waktu itu ibu Akhiun maaf pastor terlambat menikah. Jadi dia suka uring-uringan di kelas. Murid menjadi sasaran kemarahannya. Sampai detik ini saya masih suka ketemu ibu Akhiun karena anaknya sekolah di Sekolah Beken Jakarta. Karena sekolah di Sekolah Beken Jakarta dan Trisakti maka saya bisa menjadi dokter gigi ya pastor. Saya ingat semua teman-teman saya pastor, dan juga para guru. Saya masih ingat saya, bahkan mereka bangga saya sudah praktek. Saya tidak pernah lupa sama guru-guru saya pastor. Saya selalu menyapa mereka setiap saat bertemu di jalan.
Bagus sekali kau bisa memahami masing-masing posisi para gurumu. Namun demikian belumlah cukup. Setelah anda menemukan kebaikan-kebaikan dan kekurangan para gurumu, maka sekarang kau mulai tahap lebih mendalam yakni memaafkan dan menerima mereka yang telah melukai perasaanmu. Berdamailah dengan masa lalumu itu, sehingga kapanpun dan dimanapun sejarah itu diceritakan oleh siapapun, kau tetap tenang dan bahagia.
Seorang gembala selalu mengingatkan saya setiap saat pada kebaikan kepada orang-orang yang telah melukai kita. Banyak hal positif dari seorang gembala yang patut saya teladani. Sang gembala setiap saat memberikan kasih kepada siapa saja tanpa pamrih. Maka saya juga harus bersikap kasih terhadap guru olah raga dan guru biologi Sekolah Beken Jakarta.
Hinaan dan cercaan guru olah raga dan guru biologi merupakan sejarah hidupmu. Sadarilah bahwa sejarah itu sudah berlalu dan kau tidak bisa kembali ke masa lalu untuk memutar kembali kearah yang lebih baik. Pemaknaan atas peristiwa pahit dan rekonsiliasi dengan diri sendiri mengikis perasaan terluka. Dimana ada kasih maka di situ anda menemukan kebahagiaan.
Cuma pastor Titus yang bisa menyembuhkan luka batin saya. Padahal udah puluhan tahun ya, udah 25 thun lalu ya pastor. Saya bahagia Tuhan mengasihi saya dengan. Sang gembala dengan tulus hati menolong saya dalam segala hal. Luarbiasa!
Bagus sekali kau sudah bisa memaafkan guru-gurumu dan memahami mereka. Nah ini menjadi perwujudan kasih. Bila ada orang bersikap seperti gurumu maka kasih harus mendasari pemikiranmu agar melahirkan kebahagiaan. Misalkan besok, 1 bulan, 1 tahun, 10 tahun, 20 tahun yang akan datang orang-orang mengajakmu mengunjungi Marsudirini, membicarakan sekolah Marsudirini dengan guru-guru yang pernah memermalukan kamu dan yang baik padamu atau terjadi kasus serupa, kau dipermalukan dan diejek di depan umum, bersikaplah penuh Kasih kepada mereka semua sebagai dasar segalanya.
Iya pastor, berkat merekalah, saya bisa berhasil. Sekarang khan sudah berlalu pastor. Saya sudah kerja. Masa sulit dan tidak enak di SMP dan SMA sudah berlalu. Kalau ada peristiwa serupa misalkan pasien marah-marah terhadap saya, saya terima itu sebagai kritikan, masukan pastor. Saya sekarang bisa memahami bawa ejekan guru olah raga SMP dan guru biologi SMA di Sekolah Beken Jakarta mencambuk saya untuk lebih maju. Ketika saya menemukan pasien yang ngompol, saya akan memberikan pakaian kepadanya. Manusia kan belajar dari pengalaman, kesalahan. Terimakasih pastor atas bimbingannya
Oke terapy selesai.