Keuskupan Jalan Batu Kaldera XXI N0. 545 A Pangkalpinang 33147
Masalah demi masalah datang melanda bangsa kita silih berganti. Masalah yang satu ditimpa masalah lain. Seringkali justru masalah tersebut dimunculkan agar mmasalah sebelumnya tertutupi. Orang akan sibuk dengan masalah baru, dan diharapkan orang lupa dengan masalah sebelumnya.
Orang mudah melupakan hal penting, maka kelemahan ini dipakai oleh orang yang mempunyai hati busuk. Pembunuhan di kantor PDI Perjuangan Jakarta, penembakan mahasiswa tri sakti belum ada penanggungjawab utama, penembakan mahasiswa di jembatan semanggi, pembakaran beberapa supermarket oleh hantu-hantu hidup, pemerkosaan-pembunuhan-penjarahan di hari sabtu kelabu 1998, banyak pembunuhan di timor-timor, dan banyak pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia sudah terlupakan oleh bangsa kita. Padahal semua itu belum diselesaikan dengan tuntas oleh pemerintah.
Mungkinkah ada pihak-pihak yang menghendaki agar masyarakat lupa dengan semua kejahatan-kejahatan semua di atas? Apakah aneka masalah yang datang setelahnya tanpa kesengajaan seperti pembunuhan munir, peledakan bom di bali atau di beberapa hotel di Jakarta, pembunuhan beruntun di poso sampai ada yang dituduh sebagai dalang di balik semua itu, konflik yang meluas di Ambon menimbulkan banyak korban jiwa, dan seambreg permasalahan menutupi permasalahan-permasalahan sebelumnya.
Kita lupa dengan masalah-masalah penting masa lalu, karena masalah baru timbul atau dimunculkan? Boleh jadi para penjahat bersorak sorai dengan tragedi bencana alam. Para koruptor bisa tidur nyenyak dengan tragedi bencana alam beruntun dari tahun ke tahun. Tjunami di aceh menelan ribuan nyawa. Gempa di Jogjakarta meluluh lantakkan banyak bangunan dan merenggut jiwa manusia. Gempa di Pangandaran, Nias, dan di tempat-tempat lain merusak tatanan yang ada dan meminta tumbal manusia. Pengeboran Lumpur lapindo di Surabaya menenggelamkan banyak rumah-rumah penduduk miskin (olah penanggungjawab pengeboran belum mampu menangani secara sempurna). Banjir bandang di kota Jakarta tahun 2207 menelan trilyunan dan nyawa tak bersalah. Kereta api anjlok dari rel engakibatkan penumpang meregang nyawa. Adam air hancur berkeping-keping, mungkin jatuh di laut, membuat penumpang sampai saat ini nasibnya tidak pasti, dan yang pasti adalah mereka mati.
Bencana alam dan bencana akibat kelalaian manusia ini dihembus-hembuskan ke tingkat internasional. Boleh jadi para koruptor atau pelanggar hak asasi manusia bergembira karena data-data bisa termusnahkan oleh bencana atau fokus pemerintah berbelok ke masalah urgen, yakni bencana. Rakyat kecil dan orang lemah tidak lagi menuntut mereka semua, karena sibuk mengurus sanak saudaranya yang menjadi korban alam atau kelalaian manusia. Apakah kejadian seperti itu merupakan kemenangan telak para penjahat, para pemerkosa, para pembunuh, para koruptor, para pelanggar hak asasi manusia?
Kita seharusnya bisa belajar dari sejarah konyol permainan seperti itu, tetapi kita bisa mudah dipermainkan dengan cara-cara seperti itu. Kita mau memilih pihak penjahat atau dipermainkan para penjahat? Mari kita harus belajar dari sejarah: jangan pernah melupakan masa lalu, dan jangan kompromi dengan para penjahat.