Barang Fana

wisma keuskupan Jalan Batu Kadera XXI N0. 545 A  Pangkalpinang 33147, 13 Februari 2007        

 Barang fana bersifat sementara. Dia bisa rusak. Banjir banding 14 hari di Jakarta banyak merusak barang-barang fana. Sofa rusak. Mobil rusak. Tv rusak. Almari es rusak. Tape rusak. Computer rusak. Banyak barang-barang elektronik rusak. Tempat tidur rusak. Banyak pakaian rusak. Kerusakan itu diakibatkan oleh air hujan dari langit. Semua barang ciptaan manusia itu mudah rusak, dan pasti rusak. Semua barang fana berbeda sifat dengan yang baka. Yang baka bersifat kekal adanya. Jiwa tidak bisa mati. roh tidak bisa mati. ia tidak bisa lapuk, tidak bisa rusak, tidak bisa mati.   

Kisah kecil seorang bapak Susilo di kampung Melayu Bidaran Cina Jakarta Timur. Ketika semua orang berbondong-bondong mengungsi karena rumah-rumah mulai tenggelam oleh air hujan, dia sibuk menggenggam barang elektronik di rumahnya. Dia tidak rela barang berharga tersebut rusak terendam air atau dijarah orang. Dia lebih memilih tinggal dan kemungkinan tenggelam bersamaan dengan barang berharga itu. Dia lebih peduli barang itu daripada nyawanya. Kisah di atas adalah fakta.

Fakta ini menyajikan kepada kita bahwa silo lebih memprioritaskan barang elektronik daripada nyawanya. Dia lebih memilih barang fana daripada barang yang baka. Seharusnya banjir menjadi moment penting manusia. manusia seharusnya sadar bahwa semua barang ciptaan manusia adalah fana.  

Kalau ada kesadaran bahwa semua adalah fana, sementara, maka seharusnyalah kita tidak mendewakan barang fana itu. seharusnyalah kita tidak tergila-gila dengan barang fana. seharusnyalah kita tidak memperjuangkan barang fana dengan pertaruhan nyawa. Seharusnya kita tidak mengorbankan jiwa kita hanya untuk meraih yang fana. Seharusnya kita tidak mengorbankan keyakinan (iman) kita kepada Tuhan hanya untuk menggapai barang fana.

Kesadaran semacam itu lebih lanjut menghantar kepada kita untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi. Kesadaran akan kesementaraan barang fana, menjadikan barang itu hanya sebagai sarana hidup manusia untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi. Kita hendaknya merelatifkan barang fana dalam hidup, bukan justru memprioritas barang fana menjadi segala-galanya. 

Apakah di antara kita ada barang rusak akibat banjir? Apakah di antara kita mungkin ada seluruh harta bendanya ludes terkena banjir? Kalau kita sekarang dalam posisi itu, maka kesadaran di atas harus ditanamkan di dalam hati kita agar kita tidak stress. Percayalah selagi roh yang baka ada di dalam tubuh, maka kita masih bisa meraih lagi barang-barang yang telah rusak. Milikilah keyakinan – kepercayaan – ketekunan dan doa, maka tuhan akan mengembalikan semua yang hilang.

 

Tinggalkan Balasan