Sepatu Ceng Po

Ranai, 25 Desember 2008

Pukul 18.00 wib menjelang misa malam natal pukul 1830 wib 24 Desember 2008 di gereja Ranai Natuna Cengpo membawa kantong plastik hitam. Kantong tersebut ditenteng dengan tangan kanannya. Ia meletakkan kantong tersebut di atas meja pastoran. “Apa itu?” Tanya ku.

“Ini sepatu sandal.”

“kau sudah memakai sepatu, mengapa kau membawa sepasang lagi?”

“Saya membawanya untuk diberikan kepada Fransiskus. Dia tidak mempunyai sepatu untuk natal tahun 2008”

17 menit kami bercakap-cakap dengan Ceng po, fransiskus datang ke pastoran. Ceng po menyerahkan sepatu tersebut kepada fransiskus. Mereka berdua duduk di lantai. Ujar fransiskus, “Sepatu ini tidak cukup untuk kaki saya.”

“Kau coba dulu lah! Cukup lah!”

Panorama di depan mata menyentak hati sanubari paling dalam. Fransiskus berasal dari keluarga miskin, sedangkan Ceng po berasal dari keluarga berkecukupan. Ceng po yang berusia 8 tahun mampu berbagi kepada fransiskus yang miskin. Sungguh Allah lahir di dalam diri seorang bocah kecil, Ceng po. Dia bermurah hati seperti Bapa yang bermurah hati. Dia memberikan harta miliknya kepada sesama, Bapa memberikan putera tunggal-Nya kepada semua manusia.

Read 0 comments

  1. Ceng Po adalah Yesus masa kini, pastilah orang tuanya seorang yg murah hati.

    Lonceng Natal sudah berdentang, apakah Yesus sudah lahir di dalam hati kita???

    Bisakah kita mulai memperhatikan sesama kita yang berkekurangan??? atau kita masih sibuk dengan permintaan2 kita yang belum terkabul??? Merasa takut tidak bisa membahagiakan orang2 yg kita cintai (padahal sebetulnya diri sendiri yg tidak bahagia). Bersandar kepada Tuhan, tidak ada rasa takut atau berkekurangan. Jadilah “janda miskin yg memberi dari kekurangannya tp bsr di mata Tuhan”.

    Bersandar hanya kepada Tuhan dan tulus.

  2. Ceng Po adalah Yesus masa kini, pastilah orang tuanya seorang yg murah hati.

    Lonceng Natal sudah berdentang, apakah Yesus sudah lahir di dalam hati kita???

    Bisakah kita mulai memperhatikan sesama kita yang berkekurangan??? atau kita masih sibuk dengan permintaan2 kita yang belum terkabul??? Merasa takut tidak bisa membahagiakan orang2 yg kita cintai (padahal sebetulnya diri sendiri yg tidak bahagia). Bersandar kepada Tuhan, tidak ada rasa takut atau berkekurangan. Jadilah “janda miskin yg memberi dari kekurangannya tp bsr di mata Tuhan”.

    Bersandar hanya kepada Tuhan dan tulus.

  3. Kita, sebagai orang yang sudah dewasa janganlah malu untuk mencontoh apa yang dilakukan Ceng Po kepada Fransiscus. Banyak sekali di sekeliling kita orang-orang yang kekurangan seperti Fransiscus. Kita harus berani membuka mata untuk melihat mereka, membuka telinga untuk mendengarkan jeritan mereka. Mereka sangat membutuhkan kita. Dalam hal membantu, tidak hanya harta benda saja yang dapat kita berikan kepada mereka. Perhatian, tanggung jawab, tenaga, keahlian, kepintaran, pikiran dan bantual moriil lainnya juga kadang sangat dibutuhkan oleh orang lain. Seperti Yesus, yang menyembuhkan orang buta, tuli, tidak bisa berjalan dan menyadarkan wanita tuna susila adalah bentuk bantuan lain yang dapat kita berikan kepada sesama, bukan semata-mata harta benda.

  4. Kita, sebagai orang yang sudah dewasa janganlah malu untuk mencontoh apa yang dilakukan Ceng Po kepada Fransiscus. Banyak sekali di sekeliling kita orang-orang yang kekurangan seperti Fransiscus. Kita harus berani membuka mata untuk melihat mereka, membuka telinga untuk mendengarkan jeritan mereka. Mereka sangat membutuhkan kita. Dalam hal membantu, tidak hanya harta benda saja yang dapat kita berikan kepada mereka. Perhatian, tanggung jawab, tenaga, keahlian, kepintaran, pikiran dan bantual moriil lainnya juga kadang sangat dibutuhkan oleh orang lain. Seperti Yesus, yang menyembuhkan orang buta, tuli, tidak bisa berjalan dan menyadarkan wanita tuna susila adalah bentuk bantuan lain yang dapat kita berikan kepada sesama, bukan semata-mata harta benda.

Tinggalkan Balasan