Wisma, 27 November 2008
Paijan berumur 17 tahun. dia datang kepada Guru kebijaksanaan berumur 33 tahun. Ia bertanya kepada sang guru, “Apa kunci memasuki sorga?”
Guru kebijaksanaan itu menjawab,”hafal dan jalani 10 perintah Allah. Pelajari semua kebijaksanaan di muka bumi ini!”
Pemuda itu menjawab dengan semangat, “Semua perintah guru sudah dihafal!”
“Pemuda jenius. Sungguhkah engkau menginginkan kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat?”
“Weleh, guru … guru. Apakah saya tadi dagelan?”
“he he … kau masih ingusan. Pikiranmu masih menjadi tarik menarik berbagai keinginan. Bilamana engkau mau sempurna, juallah segala milikkmu. Bagikan uang hasil dagang kepada orang-orang miskin, menderita di kolong jagat ini.”
“Waduh, guru! Lha kok itu permintaanmu sih? Apakah tidak ada yang lain, yang lebih enteng?”
“Anak muda suka yang enteng, sedangkan orang bijak suka yang berat. Bilamana pemuda hanya mau memikul yang enteng, maka hasil pikulan juga enteng. Sebaliknya jika pikulan berat, maka hadiah juga besar.”
“Lha saham saya masih nyangkut banyak. Saya beli BUMI di posisi Rp. 8000. Masakan sekarang disuruh melepas BUMI di posisi 960? Sebentar lagi khan ada pihak asing mau membeli BUMI! Lagian rugilah menjual harta karun dan membagi-bagikan kepada orang-orang menderita. Orang menderita itu khan ulah dari dirinya sendiri. Biarlah dia memikul ulahnya!”
“Anak muda, anak muda … lebih mudah gajah masuk ke pintu rumah, daripada manusia yang serakah.”
Pemuda itu tercengang mendengar penuturan guru kebijaksanaan. Dia garuk kepala dan melangkahkan kaki meninggalkan sang guru. Bye guru… jalanku dan jalan-Mu berbeda.