Hidup adalah Fana

 

2 November 2008, jam 1835 wib, keuskupan pangkalpinang , Jalan Batu Kadera XXI N0 545 A Pangkalpinang

 

Romo Gandung, petrus sunarto dalam kotbah misa arwah di pekuburan katolik Jalan koba Pangkalpinang berbicara tentang kematian di hadapan ratusan umat yang hadir dari berbagai penjuru dunia. Permenungan diawali dengan pertanyaan kalau anda di tengah-tengah pekuburan, apa yang kita pikirkan? Kita disadarkan bahwa semua manusia suatu saat pasti mati. Tua muda, cantik jelek, kaya miskin, besar kecil, pejabat rakyat biasa, adalah manusia yang pasti akan mati. Jabatan, kekayaan, kehormatan, kedudukan, benda-benda inderawi bersifat fana dan sementara. Namun kita meyakini bahwa ada kebangkitan orang-orang mati. Kematian bukanlah titik akhir, tetapi awal kehidupan baru di dalam Tuhan. Sekiranya Tuhan memanggil kita, apakah kita sudah siap untuk bertemu dengannya? Bagaimanakah persiapan kita menghadapi kematian? Apakah kita penuh hojatan, makian seperi penjahat yang di salib Yesus  di samping Yesus? Atau kita bersikap rendah hati di hadapan Tuhan seperti penjahat yang mengakui dosa-dosanya dan mohon rahmat pengampunan atas dosa-dosanya kepada Yesus?

 

Ratusan umat datang membawa bunga dan lilin. Rumusan berkat lilin dalam buku Aneka Pemberkatan terbitan kanisius 1985 dengan sedikit gubahan,”Ya Allah Bapa yang maha baik, Bapa terang sejati. Engkau telah mengutus Putera-Mu ke dunia supaya menjadi cahaya para bangsa. Sudilah memberkati lilin ini supaya lilin yang kami pasang dan kami nyalakan di kuburan sanak saudara-saudari kami, nyalanya mengingatkan kami akan Yesus Kristus, Cahaya Sejati yang menerangi setiap hati, dan dengan demikian kami dan sanak saudara-saudari kami yang telah Engkau panggil ke hadirat-Mu dijauhkan dari kegelapan budi dan kegelisahan hati serta Engkau tuntun menuju ke Jalan-Mu. Sebab Dialah Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.”

 

Sedangkan berkat bunga dengan mengacu dari skema dari buku yang sama, “Ya Allah Bapa yang maha rahim, kami tahu bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi dibongkar, Engkau telah menyediakan suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Kemah kami di bumi ini seperi bunga bersifat sementara. Engkau berjanji bahwa barang siapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Kami percaya bahwa sanak saudari kami sudah menerima anugerahMu, mendiami kemah yang telah Engkau sediakan bagi mereka yang percaya kepada-Mu. Maka kami mohon sudilah Engkau memberkati bunga-bunga ini. Semoga bunga-bunga ini berguna untuk meneguhkan iman kami dan menjadi sarana pengungkapan cinta kami kepada-Mu dan kepada sanak saudara-saudari yang telah berpulang dalam kerahimanMu, dan berkatMu senantiasa menaungi mereka yang mempergunakannya. Demi keluhuran namaMu, kini dan sepanjang masa. Amin.

 

Hidup adalah fana. Bunga itu menjadi lambang kehidupan manusia yang fana. Namun demikian kita meyakini bahwa juga ada yang baka. Orang beriman mempunyai harapan bahwa setelah yang fana ini dibongkar, dia bangkit bersatu dengan Bapa di surga untuk menempati kediaman abadi di surga. Apakah kita telah siap sekiranya kemah kita dibongkar setiap waktu oleh Tuhan?  

 

 

Read 0 comments

  1. Siap !.. tidak siap !. . . yo mesti siap, wong kita udah diingetin
    harus berjaga-jaga to Mo?, soal kita dibuatin kemah di mana ya depend on ama bekal yang kita punya, cukup ga buat ongkos sampe ke tempat yang diidamkan

    kalo belum ?! … anggaplah hidup ini seperti tidak ada hari esok….

    Tolonglah sesama, karena mungkin besok kita tidak bisa menolong…

    Sayangilah saudara kita, karena besok mungkin kita tidak bisa menyanginya lagi ……….

    Senangkanlah keluarga, karena mungkin besok kita tidak punya kesempatan lagi …………..

    Banyak-banyaklah berdoa karena mungkin besok kita yang didoakan ….

  2. Siap !.. tidak siap !. . . yo mesti siap, wong kita udah diingetin
    harus berjaga-jaga to Mo?, soal kita dibuatin kemah di mana ya depend on ama bekal yang kita punya, cukup ga buat ongkos sampe ke tempat yang diidamkan

    kalo belum ?! … anggaplah hidup ini seperti tidak ada hari esok….

    Tolonglah sesama, karena mungkin besok kita tidak bisa menolong…

    Sayangilah saudara kita, karena besok mungkin kita tidak bisa menyanginya lagi ……….

    Senangkanlah keluarga, karena mungkin besok kita tidak punya kesempatan lagi …………..

    Banyak-banyaklah berdoa karena mungkin besok kita yang didoakan ….

  3. Setiap manusia lahir, ia telah diberi “ticket” olehNya.
    tanpa kita sadari setiap hari kita ikut mengantri, karena
    setiap saat ticket itu akan diambil kembali olehNya.

    Sebelum menjadi kaya, kita harus belajar menjadi orang kaya,
    Sebelum kita meninggalkan dunia ini, kita harus belajar meninggalkan dunia ?

    Wahai umat manusia, apakah kita telah siap menyerahkan kembali “ticket” kita ?

    Salam damai,

    Agus Polany

  4. Setiap manusia lahir, ia telah diberi “ticket” olehNya.
    tanpa kita sadari setiap hari kita ikut mengantri, karena
    setiap saat ticket itu akan diambil kembali olehNya.

    Sebelum menjadi kaya, kita harus belajar menjadi orang kaya,
    Sebelum kita meninggalkan dunia ini, kita harus belajar meninggalkan dunia ?

    Wahai umat manusia, apakah kita telah siap menyerahkan kembali “ticket” kita ?

    Salam damai,

    Agus Polany

Tinggalkan Balasan