Wisma keuskupan, Jalan Batu Kaldera XXI N0. 545 A Pangkalpinang 33147
”Sebelum meninggal dunia suami saya berpesan kepada kami sekeluarga agar kami tidak pergi ke te pe kong (tempat sembahyang umat Kong Hu Cu) atau ke taipak (istilah dukun di wilayah Bangka – Belitung). Dia melarang kami untuk meminta bantuan kepada para taipak. Jadi kami sekarang harus meminta pertolongan dari siapa, kalau minta pertolongan dari Tuhan, pencipta langit dan bumi? Satu-satunya penolong kami sekarang adalah Tuhan. Saya yakin pertolongan Tuhan dengan beraneka cara.” Ibu Aciang menuturkan kisah hidupnya kepada penulis.
Ibu Aciang adalah seorang katekumen. Ia berdomisili di Jalan Koba Pangkalpinang. Suami tercinta meninggal 3 bulan yang lalu karena sakit kanker usus. Menjelang ajalnya dia dibaptis oleh Pastor Zakarias di rumahnya. Aciang mengikuti jejak sang suami. Sekarang dia menjalani masa katekumenat di kelompok St Lukas paroki St Yosef Pangkalpinang. Setiap sabtu malam ia hampir selalu merayakan Ekaristi di katedral St Yosef Pangkalpinang atau di kelompoknya. Dia rajin berdoa di gua Maria Yung Fo Jl Batu Kaldera XXI N0. 545 A Pangkalpinang 33147.
Sewaktu suami masih hidup keluarga ini sering pergi ke toa pe kong atau ke taipak. Menjelang ajal bapak Akong, hidupnya berubah. Penolong mereka satu-satunya adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Setiap kali badai menerpa hidupnya ia datang kepada Tuhan dalam perayaan Ekaristi atau berziarah ke gua maria Yung Fo. Dia mendapat kekuatan setiap mengikuti Ekaristi. Dia mendapat ketabahan ketika dia rajin berdoa rosario.
“Saya yakin Bunda maria pasti menolong kita. Saya percaya Tuhan pasti tidak tidur untuk menjaga kita siang dan malam. Di gua ini (Gua Maria Yung Fo) saya mendapatkan kekuatan untuk bertahan hidup sendiri.”
Kisah kasih Bunda Maria yang dialami oleh Aciang diceritakan olehnya di maria Yung Fo. Dia meyakini bahwa Bunda adalah penolong dan Tuhan selalu melindunginya setiap saat. Kesadaran tersebut membuat hatinya damai dan aman. Kedamaian dan kenyamanan atas kasih Bunda Maria dan Tuhan membuat dia bisa bertahan dalam kesendirian. Dia hidup sendiri, menjanda tetapi sekaligus dia selalu bersama dengan Bunda Maria dan Tuhan. Pesan suami yang dicintainya sungguh mengubah pola hidupnya. Dia meniggalkan kebiasaan lama yakni meminta bantuan jin melalui para taipak. Dia lebih memilih Kristus sebagai pegangan hidupnya. Andalan satu-satunya dalam hidup Aciang adalah Tuhan dan kasih Bunda Maria