Wisma keuskupan, 24 Oktober 2008
Dia males!
Saya tidak sanggup mengurus miselina. Pastor mau merawatnya?
Heran , anak bisa bandel sekali.
Saya mau memasukkan dia ke sekolah luar biasa
Saya tidak setuju usul isteri, dia normal
Dia lebih memilih maen daripada belajar
Dia anak durhaka
Kurang ajar! Di sekolah dia tidak mau menulis. Nilai raport rata rata 4
Psikiater bisa mengobati orang sakit jiwa? Jutaan beaya berobat ke rumah sakit jiwa?
Biarpun nilai raport, kemarahan saya dipendam. Biarpun kasur diguyur dengan bak air kamar mandi, saya tahan amarah. Biarpun dia cerewet, saya mengendalikan amarah. Gara-gara menahan emosi, pernah saya stroke ringan. Saya tidak sanggup.
Saya hanya belajar sampai kelas II SD. Apakah ayah bodoh, anak juga bodoh?
Apakah di bangka ada pantiasuhan? Atau orang yang mau menampung anak? Saya tidak mau mengurus dia!
Semua percakapan ayah dengan ibu di depan Miselina. Kepala hanya manggut-manggut. Sekali waktu hanya mengatakan oh .. setelah mereka menyumpah serapah Miselina, saya masuk kamar untuk mengambil kertas HVS, spidol dan bolpoint. Puluhan kertas HVS dan bolpoin diletakkan di atas meja.
Saya memegang spidol. Saya mulailah mencoret-coret kertas. Gambar bintang, lingkaran, salib, segi empat, segitiga, gunung, dan lain-lain.
Miselinea mengambil bolpoin hitam. Pertama-tama dia melihat gambar bintang, segitiga, lingkaran, persegi panjang milik pastor. Setelah dia bisa meniru gambar orang, dia mulai menggambar sendiri. Dia menggambar gunung. Di antara dua gunung terdapat mata hari. Di atas gunung dan mata hari tampak bulatan-bulatan dan seperti angka 3.
Sekarang giliran saya mencontek gambar misela. Sambil melukis saya menyanyikan lagu anak-anak, naik-naik ke puncak gunung. Tinggi-tinggi sekali. Kiri kanan kulihat saja. Banyak pohon cemara. Kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara.
Sambil menunjuk angka 3 saya bertanya kepada Miseli,Ini apa?
Ini burung. Ini awan. Ini mata hari. Ini gunung. Ini sawah. Dia jelaskan gambar miliknya. Suasana mulai cair. Dia mulai dekat dengan pastor.
Burung melambangkan kebebasan. Dia ingin terbang jauh. Apakah anak kalian senang bermain? Atau dia merasa tertekan sehingga dia merasa terbelenggu oleh keadaan di rumah.
Ya, dia senang keluyuran. Dia lebih senang bermain daripada belajar. Setiap kali saya memberi tawaran antara belajar atau bermain, dia selalu memilih bermain. Saya menghargai keputusannya. Tapi kalau saya mengikuti keputusannya terus, maka saya bisa stress. Dia akhirnya tidak mau belajar. Apakah di pangkalpinang ada panti asuhan yang bisa menampung anak saya? Saya tidak sanggup mengurusnya.
Dia mengambil kertas HVS kosong. Dia mulai menggambar bunga mawar dengan 4 duri, 2 daun dan 7 lingkaran.
Berapakah umur Miseli?
7 tahun.
Berapakah anakmu?
2
Jadi serumah terdapat 4 orang?
Ya
Gambar apa itu?
Bunga mawar.
Mungkin sebagai wanita dia ingin dianggap cantik, tetapi Miseli merasa jelek. Setiap hari dia dimaki sebagai anak durhaka, anak nakal, anak bodoh, anak terbelakang. Kutukan orang tua lebih tajam daripada duri-duri bunga mawar. Dia melukai anak.
Gambar apa itu? Di samping bunga mawar, dia melukis lagi.
Rumah.
Dia menceritakan keadaan di rumah melalui gambar-gambar. Dia mengambil kertas HVS kosong untuk melukis lagi
Gambar apa itu?
Ayam. Ini mama ayam. Ini papa ayam. Ini 2 anak ayam.
Dia menulis ayam di belakang mama ayam atau di atas papa ayam. Jarak 2 anak ayam itu berjauhan. Dia merasa jauh dari mama dan papa. Dia merasa bahwa di rumah dirinya jauh dari orang tuanya. Berdasarkan gambar itu dia merasa bahwa adiknya lebih dekat dengan mama daripada dengan dirinya.
Gambar apa ini?
Kapal
Kapal itu mempunyai bendera dan 3 lobang. Tampak bendera berkibar di kapal. 2 penumpang berdiri di samping bendera. Di bawah kapal terdapat 2 ikan. Ikan tersebut jauh dari 2 orang di atas kapal.
Dia melukis dan melukis. Dia menulis dan menulis. Dia diberi kebebasan melukis dan menulis.
Saya sangat sayang kucing. Ini gambar kucing.
Apakah kalian galak terhadap anak, sehingga anak mengidentikkan dirinya dengan kucing. Kucing suka dimanja oleh tuannya, dia merindukan belaian dari tuannya (orang tuanya). Apakah kalian bisa memenuhi kerinduan anak?
Memang saya galak terhadap dia. Berulangkali dia kuhajar! Coba bayangkan pastor, kasur di kamar diguyur dengan air bak. Buku sekolah dirobek-robek (dicakar-cakar) seperti kucing. Kelewatan deh anak ini!
Dia melukiskan situasi dirinya, rumahnya, lingkungannya dengan gambar-gambar. Dia memberi keterangan di bawah beberapa gambar. Dia sangat cerdas melukiskan situasi rumah tangganya dengan gambar-gambar. Cerita bergambar ini menunjukkan bahwa Miseli adalah anak cerdas. Di depan orang tuanya dia sudah mematahkan semua tuduhan terhadapnya bahwa dirinya bodoh. Bahkan dia melukiskan kegarangan orang tua selama ini dan dampaknya terhadap kehidupannya. lukisan terakhir tampak hatinya tersenyum setelah saya memberi nilai masing-masing gambar nilai 10.
Dia sangat cerdas. Berilah dia teladan, bukan hanya memerintah tetapi kita tidak membuat yang kita perintahkan. Anda memerintahkan agar anak diam di rumah, tetapi kalian keluyuran dari pagi hingga malam hari. Anda sarankan Misel belajar, anda sibuk mencari uang. Anda memerintahkan Misel baik, tetapi anda menyakiti dia terus. Anda mengatakan sayang kepadanya, tetapi anda mau membuangnya. Anda mengatakan bahwa anda mendidik Misel dengan baik, tetapi ratusan kutukan keluar dari mulut anda. Jadi yang perlu diterapy adalah orang tua. Misel cerdas dan jenius.
Semua ciptaan Tuhan tentu baik adanya dan ada Tuhan didalam diri kita …….anak adalah buah kasih dalam suatu perkawinan, mengapa harus disingkirkan?? Mungkin saja cara pendekatan kita terhadap anak kurang tepat tapi masih banyak cara untuk mengatasi masalah ini……tidakkah lebih mudah orang tua mendekati/mempelajari sifat2 sang anak daripada anak mengikuti kemauan orang tua mengingat si anak yg masih kecil dan jangkauan daya pikir juga tidak sehebat orang tua nya?
Kalau dengan kekerasan tidak berhasil mengapa tidak kita coba dengan hati yg lembut dan penuh kasih sayang.
Perlu kita ingat juga…….bila kita menabur benih sukacita, maka kita akan menuai sukacita pula.
Menyadari suatu kesalahan merupakan langkah pertama untuk memperbaiki dan menghilangkannya.
Semua ciptaan Tuhan tentu baik adanya dan ada Tuhan didalam diri kita …….anak adalah buah kasih dalam suatu perkawinan, mengapa harus disingkirkan?? Mungkin saja cara pendekatan kita terhadap anak kurang tepat tapi masih banyak cara untuk mengatasi masalah ini……tidakkah lebih mudah orang tua mendekati/mempelajari sifat2 sang anak daripada anak mengikuti kemauan orang tua mengingat si anak yg masih kecil dan jangkauan daya pikir juga tidak sehebat orang tua nya?
Kalau dengan kekerasan tidak berhasil mengapa tidak kita coba dengan hati yg lembut dan penuh kasih sayang.
Perlu kita ingat juga…….bila kita menabur benih sukacita, maka kita akan menuai sukacita pula.
Menyadari suatu kesalahan merupakan langkah pertama untuk memperbaiki dan menghilangkannya.
kadang papa mama saya juga gitu. tambah tua, tambah sering kena maki. enggak pengertian katanya. produk gagal makinya. hanya karena karakter dan cara pandang yang berbeda. bukankah pelangi indah karena berbeda?
orang tua bisa mendidik anak berdasarkan pengalaman. Konteks sudah berbeda, maka metode mendidik juga hendaknya memerlukan penyesuaian.
kadang papa mama saya juga gitu. tambah tua, tambah sering kena maki. enggak pengertian katanya. produk gagal makinya. hanya karena karakter dan cara pandang yang berbeda. bukankah pelangi indah karena berbeda?
orang tua bisa mendidik anak berdasarkan pengalaman. Konteks sudah berbeda, maka metode mendidik juga hendaknya memerlukan penyesuaian.