Wisma Keuskupan, 27 September 2008
Maaf Pastor, Cath bukan “sok jago”, “sombong”, “merasa hebat” atau apapun itu yang menyerupai itu. Dengan kutanggung semua sendiri, memang aku sakit. Aku bukan gak sakit. Aku bukan ga butuh bantuan. Aku bukan gak mau melepaskan. Aku udah gak tahu apa yang harus dilakukan sampe-sampe aku cuma bisa terdiam. Aku gak berdaya melakukan sesuatu.
Aku mengerti perasaanmu.
Itu isi hati yang selama ini kutekan. Sikap yang selama ini coba kulakukan. Kata hati yang Tuhan selalu bisikkan. Semua perasaan, pemikiran dan iman yang kupelajari seiring waktu ku berjalan.
Oh, kau mau menyampaikan perasaanmu? Terus?
Berawal dari pendapat orang melalui chating hari sabtu 20 September 2008 tentang bahwa aku seolah “sok jago” dan ketika kepentok aku serahkan pada Tuhan. Aku bukan sok jago pastor. Aku bukan juga ingin melawan apa yang Tuhan kehendaki. Aku bukan ingin berbantah dengan Tuhan. Sanking aku sangat lelah dengan banyaknya peristiwa. Sanking aku telah banyak melewati segala hal menyakitkan. Aku juga kadang merasa lemah dan tak kuat. Kadang aku juga kecewa. Aku sebagai manusia memang ingin semua sesuai harapan. Tetapi apakah memang aku merasa diri terlalu? Itu membuat kuberpikir. “Apalagi yang harus kulakukan?”
Maaf, …
Sekalipun aku ingin berteriak, aku membungkam. Sekalipun selama ini aku sakit, aku berusaha tegar. Sekalipun selama ini aku tertekan, aku bertahan. Sekalipun selama ini aku ingin berkata dengan penuh kebencian, bibirku terkunci rapat.
Waduh, perasaanmu tergoncang hebat. Allah sungguh dekat denganmu.
Pembuat juga merasakan kesatuan hati dengan hasil karya. Jika hasil karya tak berhasil IA bentuk. Sketsa karya yang sudah menempel dan melekat mungkin tak kan pernah menjadi nyata. Allah merasakan apa yang kurasakan.
Yap tepat sekali lukisanmu
Ketika aku sakit hati. Ketika aku tak berdaya. IA pun merasakan semua itu dan IA pasti ada di sampingku. Sekalipun tak IA belum memberi jalan keluar dan belum ingin hasil karya NYA menjadi karya mentah atau karya yang biasa-biasa saja. Tetapi IA ada dan merasakan. IA ingin agar aku percaya, tak takut sekalipun jalan keluar belum diberikan.
Ia menangis ketika kita menangis. Ia tertawa ketika kita tertawa. Ia berada di dalam diri orang-orang yang menderita. Sadarilah keberadaan Dia agar kau mampu melewati suka dan duka.
IA hanya ingin semua dijalani, dilewati, dihadapi. Masalah rela atau tidak rela Allah tak ingin mempermasalahkan karena semua demi kebaikan. Seperti seorang ayah yang bisa keras dalam mendidik anak-anaknya. Tak selalu dibelai lembut. Seorang ayah bisa juga keras dalam berkata mungkin juga bisa menampar bila anaknya tak mau sadar. Hanya saja Allah memiliki cara sendiri.
Keiklhasan menerima segala bentuk penderitaan hidup di dalam Dia merupakan kunci kebahagiaan di dalam penderitaan. Justru melalui semua itu Allah memurnikan diri kita untuk menjadi kudus seperti Dia yang adalah kudus adanya.
IA ingin anak-anaknya maju melangkah. Tidak menjadi pengecut yang selalu takut dan menghindar. Tidak selalu menjadi penakut yang berjalan dalam lembah kekelaman dan semuanya pernah kulewati bersama IA yang telah memberi kekuatan bagiku. Amin
Amen. Engkau sudah berada di dalam Dia. Ada keyakinan teguh untuk melangkah menghadapi badai kehidupan.
membaca kisah diatas,sy ingat pd kesadaran sy bhw pada saat kita tertekan, dan dalam beban , disitu kita bisa lebih menghayati kasih Tuhan, dengan memaafkan dan menyerahkan beban pada Tuhan, kita dipulihkan.
membaca kisah diatas,sy ingat pd kesadaran sy bhw pada saat kita tertekan, dan dalam beban , disitu kita bisa lebih menghayati kasih Tuhan, dengan memaafkan dan menyerahkan beban pada Tuhan, kita dipulihkan.
Pasang surut kehidupan dialami oleh setiap orang. Ketakutan dan kecemasan kita akan hilang bila kita dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan…….jangan berkecil hati karena kejatuhan, kegagalan, penderitaan dll……mungkin saja itu merupakan kesempatan bagi kita untuk menguji kekuatan. kemampuan dan kebisaan kita
Aku serahkan semua perjalanan hidupku ketangan Tuhan dan penyerahan diri itu hendaknya tidak sekedar ucapan mulut saja.
Renungan Pastor banyak membantu aku, meningkatkan kesadaranku bahwa semua peristiwa dalam hidup tentu ada maknanya….,aku selalu yakin bahwa Tuhan tidak pernah jauh dariku.
Pasang surut kehidupan dialami oleh setiap orang. Ketakutan dan kecemasan kita akan hilang bila kita dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan…….jangan berkecil hati karena kejatuhan, kegagalan, penderitaan dll……mungkin saja itu merupakan kesempatan bagi kita untuk menguji kekuatan. kemampuan dan kebisaan kita
Aku serahkan semua perjalanan hidupku ketangan Tuhan dan penyerahan diri itu hendaknya tidak sekedar ucapan mulut saja.
Renungan Pastor banyak membantu aku, meningkatkan kesadaranku bahwa semua peristiwa dalam hidup tentu ada maknanya….,aku selalu yakin bahwa Tuhan tidak pernah jauh dariku.
Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan. Bersukacitalah.
Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan. Bersukacitalah.