Pulang Ekaristi jam 0920 wib di stasi Yohanes Pemandi Batu Rusa Bangka, aku singgah di gubuk tua Cuncio. Delapan cucunya berhambur menyalami. 1 dari 2 lelaki yang duduk di depan lari ke belakang memanggil mama dan papanya. Sedang 1 lelaki tetap duduk bengong memandang jalan utama Sungailiat – Pangkalpinang.
“Susah pastor, dia sudah berumur 33 tahun. Dia belum bisa mandiri. Kalau dia tidak diajak makan, maka dia berdiam diri di tempat itu terus. Tidak ada rasa capek. Tidak ada rasa lapar. Tidak ada rasa susah. Tetapi dia menyusahkan saya. Sekarang saya harus mengarahkan dia terus untuk bekerja, tetapi kalau dia tidak diarahkan, maka dia berdiam terus. Tetapi dia pasti mau bekerja apapun kalau kita menyuruhnya.”
Saya memanggil Lean untuk duduk di sampingku. Dia tidak bergerak sedikitpun dari tempat duduknya. Ketika Cuncio memanggil dengan nada meninggi, dia beranjak dari tempatnya menuju ke tempatku. “Ini Yesus! Yesus datang ke rumah kita. Mintalah berkat padaNya, agar kau sehat!”
Aku terperanjat mendengar kepolosan Cuncio. Dia mengimani bahwa kehadiran seorang imam adalah pengejawantahan Tuhan. Jelaslah bahwa seluruh anak, cucu, dan isterinya meninggalkan segalanya untuk menyambut tamu agung, yang dipandangnya sebagai Yesus.
Namamu siapa?
Lean
“Aku punya tangan, kau punya tangan khan?”
Iya
Aku punya kaki, kau punya kaki khan?
Iya
Aku punya kepala, kau punya kepala khan?
Iya
Aku punya tubuh, kau punya tubuh khan?
Iya
Aku punya kaki, kau punya kaki khan?
Iya
Kita adalah sama. Tidak ada perbedaan di antara kau dengan pastor! pastor bisa bekerja, kau juga bisa bekerja. Pastor bisa memijak, kau bisa memijat. Pastor bisa memperbaiki motor, kau juga bisa. Pastor bisa bercocok tanam, kau pun bisa. Tuhan menciptakan kita sama. Kau harus bekerja menggunakan otak dan tubuhmu!
Cuncio bengong mendengar percakapan kami. Dia tidak menyangka bahwa anaknya mempunyai kesamaan dengan pastor yang dihormatinya. Kalau Cuncio menghormati pastor, maka dia juga menghormati Lean dan semua orang.
Kedua tangan saya mulai memijat seluk-seluk bagian penting tubuh. Tubuh Lean menggelinjang. Saya mengkursus memijat untuk Lean. Pengalaman dipijit mengajar dia memijit. Setelah saya selesai memijit, saya meminta Lean untuk memijit tubuh. “Luarbiasa pandai dia memijat! Keterampilan memijat bisa dipakai untuk mencari uang.”
Cuncio bengong melihat perilaku kami berdua. “Allah menolong kami. Terimakasih pastor!”
Untung dia tidak memanggil saya Yesus ketika saya berpamitan pulang. Di atas motor Cripton tahun 1993 BN 7654 HD,”Kita merasa tidak layak di hadapan Tuhan untuk menjadi pelayanNya, karena dosa dan kelemahan kita. Di dalam segala cacat dan cela orang sederhana masih memandang keilahian. Masih layakkah kita melangkah saat ini di tengah hiruk pikuk dunia yang menawarkan banyak kenikmatan sesaat?”
(21 September 2002, detik-detik menjelang ULANG TAHUN TAHBISAN IMAMATKU KE-6)
Selamat ya Romo buat ultah tahbisan imamat. All the best for you. GBU.
Selamat ya Romo buat ultah tahbisan imamat. All the best for you. GBU.
Aku sependapat dengan Cuncio yg mengimani bahwa kehadiran seorang imam adalah pengejawantahan Tuhan….kedekatan dengan Tuhan bertambah…..keyakinan dan iman bahwa dengan hadirnya Tuhan maka sesulit apapun akan terselesaikan.
Aku yakin Tuhan selalu memberikan yang terbaik.
Selamat atas ultah tahbisan imamat, semoga karya2 Pastor mendapat karunia dari Tuhan selalu dan selamanya, amin.
Aku sependapat dengan Cuncio yg mengimani bahwa kehadiran seorang imam adalah pengejawantahan Tuhan….kedekatan dengan Tuhan bertambah…..keyakinan dan iman bahwa dengan hadirnya Tuhan maka sesulit apapun akan terselesaikan.
Aku yakin Tuhan selalu memberikan yang terbaik.
Selamat atas ultah tahbisan imamat, semoga karya2 Pastor mendapat karunia dari Tuhan selalu dan selamanya, amin.