Wisma keuskupan Pangkalpinang, 28 Agustus 2008
Tubuh itu terbaring di atas ranjang. Ranjang itu terbuat dari papan kayu. Kayu dilapisi dengan tikar pandan. Balok kotak utuh menjadi bantal. Kelambu putih bergelayut menutup separoh ranjang. Matanya memandang ke kain putih. “Lepaskan semua pakaianmu!”
1 bantal menekan di atas dada. 1 bantal menekan di atas jidat. 1 bantal ditindis kepala. Kaos kaki hitam menutup cela-cela kaki telanjang. separoh kedua kaki tertutup rapat dengan celana panjang. Kaos merek 777 menutupi sebagian tubuhnya. “Aku setia menemanimu sepanjang waktu. Bergumullah dengan diriku, aku tidak pernah lari daripadamu.”
Cicak didinding itu merayap perlahan-lahan di samping tubuh. Perut nyamuk nakal sudah kenyang dengan darah. Dia mengintai nyamuk gemuk sebagai pesta makan malam. “Kau menyedot darah (roh) orang. Rohmu kutelan ke dalam diriku.” Hap! Kena kau!
Kepalaku miring menatap cicak di sampingku. pikiranku miring menyamping mengikuti alur cerita cicak. Hatiku blingsutan meraba-raba kebiadaban nyamuk dan cicak memangsa nyamuk. “Apakah kau sudah kenyang menyedot darah orang? Giliran kamu kenyang, kau akan digayang oleh orang.”
Kedua mata cepat cepat ditutup rapat. Dia merelakan darahnya dimangsa nyamuk. toh darah itu juga dimangsa cicak. “Aku tak mau kehilangan roh ku dan aku tak mau mencecap jiwa orang.”
Tubuh itu blingsutan di bawah selimut cotton hitam pemberian sahabat karib. Gugatan jiwa memberontak. Jiwanya bergelombang. di saat itu di dasar lubuk hati terdengar suara. “tenang-tenang mendayung di dalam doa laut terenang, sabda penguat doa resapkanlah di dasar hatimu. sedalam laut medanmu.”
Keheningan berubah menjadi pertempuran dahsyat. “Tanggalkan kasutmu.” (Pastor titus Budiyanto, Jalan Batu kadera XXI N0 545 A pangkalpinang 33147)
Yg besar menindas yg kecil, yg kuat menindas yg lemah….kayaknya ini hukum alam ya. Tapi alangkah baiknya kalo kita belajar untuk tidak membuat jurang pemisah terhadap sesama dan tahu bahwa semua ciptaan Tuhan layak hidup seperti halnya kita.
Dunia ini panggung sandiwara(syair sebuah lagu), kita adalah pemerannya….tokoh apa yg kita dapat harus kita jalani dan pasti akan berakhir…..hanya Tuhan lah yg tahu kapan berakhirnya kehidupan masing2 tokoh.
DIA MAHA SEGALA-GALA NYA BAGIKU
Yg besar menindas yg kecil, yg kuat menindas yg lemah….kayaknya ini hukum alam ya. Tapi alangkah baiknya kalo kita belajar untuk tidak membuat jurang pemisah terhadap sesama dan tahu bahwa semua ciptaan Tuhan layak hidup seperti halnya kita.
Dunia ini panggung sandiwara(syair sebuah lagu), kita adalah pemerannya….tokoh apa yg kita dapat harus kita jalani dan pasti akan berakhir…..hanya Tuhan lah yg tahu kapan berakhirnya kehidupan masing2 tokoh.
DIA MAHA SEGALA-GALA NYA BAGIKU
Hukum alam berlaku di panggung kehidupan kita, semoga peran kita baik untuk sesama. Gagasan bagus, terimakasih saras
Hukum alam berlaku di panggung kehidupan kita, semoga peran kita baik untuk sesama. Gagasan bagus, terimakasih saras