wisma keuskupan Jalan Batu Kaldera XXI N0. 545 A Pangkalpinang 33147
Wanita itu dihantarkan-Nya kepada Adam. Maka Adampun berkata: Inilah tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Dia akan disebut wanita, karena diambil dari pria. Sebab itu pria akan meninggalkan ibu bapanya dan mengikatkan diri pada isterinya. Dan keduanya akan hidup bersatu padu jiwa raganya (Kej2:24)
Yang mencipta manusia adam dan hawa adalah Tuhan. Yang mempertemukan adam dengan hawa juga Tuhan. Kitab kejadian ini dikutip oleh Yesus dalam Injil Markus 10:7-8, “Karena itu pria akan meninggalkan ibu bapanya dan mengikatkan diri pada isterinya. Dan keduanya akan hidup bersatu padu jiwa raganya.”
Selanjutnya Yesus memberi penjelasan bahwa mereka bukan lagi dua melainkan satu. Yang dipersatukan oleh Allah, jangan diceraikan manusia (Mrk 10:9). Menurut Yesus pun yang mempersatukan laki-laki dengan wanita adalah Tuhan dan persatuan tersebut kekal sifatnya. Asal keduanya normal pastilah mereka bisa bersetubuh untuk melanjutkan keturunan mereka, walaupun salah satu di antara keduanya atau salah satu di antara mereka ada yang tidak mencinta.
Kitab kejadian dan Injil Markus, Yesus menegaskan bahwa persatuan tersebut mencakup kesatuan jiwa dan kesatuan raga. Persatuan tubuh didasari oleh persatuan hati – jiwa. Bila hati sudah bersatu maka rasa bisa bersatu. Bila rasa sudah bersatu, maka tubuh bisa bersatu.
Mampukah hati istri dengan hati suami menjadi satu? Mampukah perasaan suami dengan istri menjadi satu? Mampukah pikiran istri dengan suami menjadi satu? Mampukah tubuh istri dengan tubuh suami bersatu?
Hati saling mencinta dan menyatu pasti mampu mempertahankan perkawinan hingga akhir hayat. Kita percaya bahwa istri (hawa) dihantar oleh Allah kepada suami. Mereka berdua mengikrarkan janji perkawinannya di hadapan Tuhan dan kita semua dalam gereja di saat pemberkatan perkawinan.
Tersirat niat saling mencinta dalam suka maupun duka dan dalam untung maupun rugi selamanya. Mimpi tersebut pasti menjadi kenyataan kalau sungguh di antara dua hati , dua jiwa dan dua tubuh ini sungguh menyatu dalam cinta. Sebaliknya perkawinan pastilah hancur, kalau tidak ada kesatuan hati selamanya