Melepas dan mengikat

Kedua kata di atas terus bergulir seperti roda. Orang seakan sudah berhasil melepaskan yang satu ternyata seringkali mengikatkan diri pada hal yang lain. Seakan akan dia sudah tidak terikat dan lepas bebas. Padahal bentuk ikatannya berbeda : berubah bentuk saja. 


Seorang imam dari pontianak kalimantan diminta oleh provinsial nya untuk meninggalkan tugasnya di paroki dan masuk ke padang gurun : melepaskan paroki dengan segala kegiatan nya. Karena ketaatan kepada atasan dia berangkat melepaskan paroki dengan segala tugas tugasnya. 


Di pertapaan hand phone dengan ear phone nyaris di kantong saku. Ketika panen kopi, para pertapa memetik biji kopi. Rekan frater memetik biji kopi sembari berdoa ” doa yesus ” sedangkan dia memetik sembari berbicara lewat telepon dengan orang orang di seberang laut sana. Melepaskan yang satu dan mengikatkan diri yang lain.


Di dinding setiap kamar tedapat aturan bagi penghuni pertapaan. Tertulis antara lain , ” di luar rekreasi harap menjaga silentium atau tidak berbicara. Bila menggunakan HP tidak bicara keras. ” seorang imam dari pulau jauh dengan hand phone di tangan bercakap cakap dari pagi bangun tidur nyaris sampai hendal tidur cekikikan sibuk dengan rekan rekan nya dengan hand phone. Melepas yang satu dan mengikatkan diri kepada hal lain. 

Masih segar dalam ingatan saya tentang kisah sederhana namun sarat dengan pesan cerita ini. Ada seorang imam berangkat dari pastoran hendak melayani ekaristi di stasi . Di tengah perjalanan dia berhenti melihat pertandingan bola voly. Betapa seru nya permainan itu sampai dia lupa meneruskan perjalanannya ke stasi untuk ekaristi. Dia lupa dengan tugas utamanya oleh karena terfokus dengan permainan voly. Dia melepaskan yang satu, dan dia terikat yang lain.


Ketua dusun di pedalaman papua datang ke pastoran untuk cek darah  gula darah, kolesterol, trigiserit dengan alat yang ada. Berdasarkan hasil cek darah, trigiserit menunjuk angka 17 padahal normal perlu 6. Melihat hasil tersebut pastor menasehati, ” salah satu sebab trigiserit tinggi seseorang antara lain adalah sering mengkonsumsi minuman beralkohol dan malas bergerak. Jika anda mabuk mabukan setiap malam sangat mungkin anda terserang stroke. Begitu mendengar peluang untuk stroke, sama sekali dia tidak minum. Dia melepaskan kebiasaan mabuk setiap malam dan menggantinya dengan berjudi. Hahahaha dia melepaskan yang satu mengikatkan hal lain. 


Khan banyak wanita ingin dikata langsing dan cantik. Sebut saja si ani dengan berat tubuh 74 kg tinggi badan 47. Dia minum aneka pil pelangsing tubuh dan diet tidak makan malam nasi, sayur, lauk pauk. Kebiasaan nya setiap hari dia selalu makan pada malam hari. Hanya karena mau menurunkan berat badan nya dia enggak makan setiap malam. Tetapi sepanjang malam dia ngemil roti keju, roti coklat, kacang rasa bawang, dark cocoa. Nah loh dia melepaskan kebiasaan makan nasi malam hari dan mengikatkan pada kebiasaan lain ngemil aneka makanan kecil. Lha piye toh.


Banyak sekali bentuk kelepasan yang satu dan mengikatkan diri pada hal lain dalam hal fisik, mental dan spiritual. Keduanya sama sama terikat : belum lepas bebas. Sikap lepas bebas terhadap segala merupakan sebuah rahmat Tuhan. Hanya dengan sikap tersebut kita bisa mengikuti Tuhan. ” juallah segala milikmu dan ikutilah Aku.”

Tinggalkan Balasan