Seorang ibu, ( sebut saja ce sia) umat di santo yoyakim pangkul pangkalpinang menceritakan melalui telepon tentang kondisi “anaknya” sepulang dari jambore di belinyu bangka.
Menurut penuturan , anaknya ( sebut saja noni) melihat seorang ibu menggendong anaknya. Ketika ibu tersebut mendatangi anak nya, dia pingsan.
Team medis segera membawa noni ke ruang perawatan dan ditangani oleh dokter. Dokter segera membawa ke rumah sakit terdekat. Di rumah sakit pun noni juga melihat ” hantu “
Kejadian di atas sudah seminggu yang lalu. Senin malam noni berteriak teriak lagi. Dia ketakutan dan tidak bisa tidur semalam suntuk. Katanya, dia melihat lagi jiwa jiwa yang telah meninggal di rumahnya. Jiwa jiwa tersebut terus mengikutinya.
Ya penanganan medis oleh dokter penting, doa juga penting lho ujar pastor.
Segeralah bawa ke purisadhana, kita bisa berdoa bersama untuk anak ibu. ” datanglah yang letih lesu dan berbeban berat, maka Aku memberi kelegaan kepadamu.” Mereka segera meluncur ke puri sadhana.
Dua orang ibu mengantar si noni. Setelah mereka duduk di depan bunda maria, pastor mengajak mereka berdoa rosario untuk mendoakan jiwa jiwa yang telah meninggal dunia.
Melihat hati noni sudah damai dan tenang barulah pastor menanyakan pengalaman noni. Yang dipaparkan oleh noni sama persis dengan yang dipaparkan oleh ce sia yang menelpon pastor. Memang ada beberapa tambahan detail dari si noni, muka ibu yang menggendong berdarah darah, sedang bayi nya sehat. Ibu tersebut dilihatnya di dekat pohon bambu.
Ketika pastor menyuguhi tamu ilahi kopi telor, si noni minum setengah gelas dan dia memberikan kepada ce sia, ” pho pho saja yang minum.” Ujar noni.
Nah ini dia , akar masalahnya. Ketemu deh! Duduk persoalan bukan hantu atau arwah melainkan luka jiwa. Pastor memisahkan mereka untuk menggali lebih detail tentang riwayat mama kandung noni.
Oh, ce sia adalah pho pho noni dan bukan ibu kandung? Ujar pastor. ” noni, dimanakah ibu mu?”
Noni memandang pho phonya. Pho pho nya menangkap. “Orang tua noni bercerai / berpisah. Noni tinggal bersama saya sedangkan Si bungsu tinggal bersama dengan ayahnya.
Cahaya pengharapan muncul. Duduk persoalan noni bukan persoalan hantu atau arwah wanita yang menggendong bayi. Perasaan ditinggal atau dibuang oleh ibu kandung jauh lebih melukai perasaan jiwanya.
Penglihatan noni atas arwah seorang ibu dengan muka berdarah menggendong anaknya adalah proyeksi mama kandungnya menggending noni. Noni selalu mengkhawatirkan keadaan mamanya. Setiap muncul ingatan tersebut sekujur tubuh dingin mengejang dan pingsan.
. ” noni, maafkan ibu mu dan doakan dia terus menerus. Sudikah engkau memaafkan dan berdoa untuk mamamu setiap kali kau berdoa?”
“Mau pastor.”
Mari kita berdoa rosario untuk mama dan jiwa jiwa di api penyucian agar mereka bahagia di surga.”
Kasih itu murah hati, kasih itu maha rahim dan kasih itu melayani. Kasih adalah obat mujarab penyembuhan luka hati dan sumber kebahagiaan. Sedangkan amarah, kebencian, kepahitan hidup, menyalahkan, menuntut hanya membuat hati tidak damai.
Wajah noni berbinar memancarkan kedamaian hati yang diliputi kasih. Mereka hidup damai dalam kasih Tuhan, sekalipuj orang tuanya melukai perasaan jiwanya.