Pastor berjalan kaki bersama rekan imam dengan mengenakan jubah putih menuju ke keuskupan. Dalam perjalanan kami, kami melihat mobil dengan banyak penumpang berjalan di sisi sebelah kiri. Pastor melihat seorang uskup yang telah meninggal dunia berada di dalamnya. Begitu beliau melihat kami berdua, beliau turun dari mobil. Mobil terdebut melanjutkan perjalanan nya sedang bapa uskup berjalan bersama dengan kami. Selama dalam perjalanan kami membincangkan pelayanan kami di paroki dan rumah retret. Kami hangat bercakap sedangkan beliau berwajah muram, seperti tidak ada suka cita.
Jika yesus berkobar kobar menerangkan kitab suci dan memecah mecahkan roti bersama kesua murid Nya menuju ke Emaus, dan mata keduanya terbuka setelah yesus memecah mecahkan roti, mengapa bapa uskup berwajah muram?
Apa gerangan yang membuat wajah beliau suram dan tidak menerangkan isi kitab suci kepada kami dan mengapa dia tidak memecah mecahkan roti ? “Berbeban hatikah engkau Bapa, Melihat anak anakmu ?
Dalam keheranan melihat uskup yang sudah meninggal dengan muka muram, pastor terbangun dari tidur. Ternyata semua itu hanyalah mimpi.
“Jika Engkau menghitung kesalahan, ya, Tuhan siapakah dapat bertahan. syukurlah bahwa Engkau suka mengampuni.” Allah tdk menghitung berapa total kesalahan yg kita yetah buat,tp seberapa besar KASIH yg kita miliki.
Jabatan uskup, imam atau awam memang bukan jaminan mutlak seseorang masuk surga atau tidak. Namun, seberapa besar, dalam, tinggi nya kasih yang kita miliki.