Minggu kerahikan ilahi, 27 April 2019
Saudara dia sakit . Masyarakat menilai bahwa pikiran nya terganggu. Sebelum dunia medis dan pengetahuan maju, maka orang mencari solusi pergi ke dukun atau taipak untuk mengobati sakitnya. Dia bukan konsultasi ke psikiater, psikolog atau dokter yang berkompeten. Dia membawa berobat dari dukun satu ke dukun yang lain.
Dalam pencarian kesembuhan dari banyak dukun, menurut penuturan saudara dan anaknya, dia mampu lok tong. Loktong dalam tradisi spiritual jawa kuno, jiwa seseorang bisa keluar dari tubuh dan mengembara di luar tubuh. Ketika jiwa meninggalkan tubuh, maka jiwa jiwa lain bisa memasuki raganya untuk menyampaikan informasi yang diperlukan oleh manusia yang ada di sekeliling nya. Jiwa yang masuk dalam tubuh tersebut dipercaya oleh orang orang tertentu untuk memberikan solusi atas masalahnya.
Menurut keyakinan tradisi beberapa orang tionghoa di bangka, jiwa yang sedang mengembara keluar dari tubuh harus dijaga tubuhnya untuk membangunkan dia dari “tidur”. Dalam kondisi jiwa mengembara dan tubuh seorang diri, dia berpulang atau meninggal dunia.
Pandangan di atas adalah pandangan dualisme. Artinya tubuh bisa lepas dari jiwa selagi manusia hidup dan berdiri masing masing. Hal tersebut tentu bertentangan atau berbeda dengan gereja. Gereja memandang manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh adalah satu kesatuan. Orang mati berarti, dia tidak memiliki roh. Atau orang yang keluar roh nya dari tubuh berarti dia sudah mati.
Seorang pertapa dari pertapaan benedictin ( ocso ) pernah menyampaikan pandangan nya, dua orang pergi ke dukun. Si A mendengarkan wejangan atau ajaran dari sang dukun karena memang dia hendak belajar ilmu atau meminta pesugihan. Si B tidak bermaksud belajar ilmu atau meminta pesugihan. Sekalipun demikian informasi atau ilmu dari dukun diserap juga oleh si B. Si A dan si B menanggung resiko atas tindakan mereka.
Seorang pertapa karmel di padang gurun , almarhum berpandangan bahwa orang terlibat secara aktif maupun pasif ke dunia perdukunan maka dia sudah terlibat dalam okultisme. Jimat, benda benda bertuah dari dukun sekalipun si B tidak meminta untuk dirinya sendiri, benda tersebut terap berpengaruh terhadap kehidupan rohani seseorang.
Jadi si B tetap menanggung konsekwensi atas perbuatan nya yang selalu mengandalkan dukun daripada mengandalkan Tuhan. Dia dan sanak saudara mengaku tidak pernah belajar ilmu, tetapi dia bersikap seperti dukun yakni lok tong. Sikap si B pasti juga berimbas kepada isteri dan anak nya. Dia meninggal usia 35 tahun ketika anak kedua berumur 4 tahun dan anak pertama kelas 4 SD. Kedua putri nya memiliki trauma untuk menikah, ada ketakutan jika dia menikah dan ditinggal suami maka dia akan menderita seperti mamanya. Sehingga mereka enggan menikah sekalipun sudah berumur.
Orang beriman cukup mengandalkan Iman, harapan dan kasih. Allah adalah penyelamat kita satu satunya. Dia adalah jalan satu satunya menuju kehidupan abadi. Dia adalah kebenaran satu satunya yang sifatnya universal.
Mengandalkan kemampuan manusiawi atau kodrati dan mengesampingkan penyelenggaraan ilahi menyeret manusia semakin jauh dari Tuhan.
Minggu kerahiman Ilahi dalam minggu paska kedua adalah kesempatan indah yang diberikan oleh gereja. Allah maha rahim menganugerahkan indulgensi kepada jiwa jiwa yang tersesat atau orang orang berdosa. Seorang bruder tua BM di pangkalpinang dalam ibadat tobat,” Sekalipun dosa kita besar, hitam dan merah, Tuhan menunggumu untukmu datang meminta ampun kepada Nya. Dia akan menerima dan mengampunimu.”