Purisadhana , rabu 24 April 2019
Sungkup massal untuk menyimpan bibit durian hasil sambung pucuk durian cumasi berumur 1 bulan dibuka dan dasar yang mulai kering disiram dengan air supaya bagian dalam besok tetap lembab untuk menyimpan hasil sambung pucuk durian selanjutnya. Lelaki tua , ayah seorang pemborong yang sudah kenyang makan garam dan gula heran melihat sungkup yang menyerupai keranda mayit maka dia mendekat untuk memenuhi keingintahuan nya. “Apa itu pastor?” Sembari dia mendekat. “Tempat penyimpanan bibit durian yang diokulasi atau disambung.”
“Di sini damai. Semua beban masalah hilang. Betapa tenang.” Dia menuju ke pondok menghadap bunda maria, tidak lagi tertarik dengan keranda mayit / sungkup massal.
Berdamai dengan alam ciptaan Tuhan dan bersimpuh di kaki Tuhan seperti maria adalah sumber kedamaian. “Datanglah kepada Ku yang letih lesu dan berbeban berat maka Aku memberi kelegaan.” Beban batin dan pikiran diangkat diringankan oleh Tuhan, ketika dia bersimpuh di kaki bunda.
Wajah tua pucat berubah merona kemerahan, dia menjauh dari pondok. Dia semakin jauh, pastor semakin mendekat ke pondok untuk bersimpuh di alas kaki Nya. Ular coklat di atas jembatan. Dia pun bergerak menjauh, merasakan getaran manusia yang lebih tinggi derajatnya.
Langit terbuka di musim yang seharusnya musim panas, turunlah hujan lebat. Angin berhembus menggerakkan air menuju ke ruang doa. Alam mereciki seluruh ruangan dan yang berdoa. Mengingatkan pembaptisan dan janji baptis di malam paska. Guntur menggelegar sayup sayup menggemakan melodinya.
Jiwa jiwa pemberontak karya khalil gibran menampilkan sosok berani mendobrak adat istiadat dan budaya, yang kadang kurang sesuai dengan hati nurani. Sosok berani tampil beda mendapat tantangan hebat dari sekeliling. Kepak kepak nya terus bergerak mengepak kepak kan sayap nya. Melambung ke angkasa.
Oh jiwa jiwa yang haus harta. Oh jiwa jiwa yang haus kekuasaan. Oh jiwa jiwa yang haus darah. Darah yesus tidak cukupkah tertumpah. Haruskah bumi ini dibanjiri dengan darah para martir lagi untuk memuaskan dahaga jiwa yang serakah dan haus kelaliman. Atau iri hatikah sayapmu patah sehingga tidak mampu mengepakkan sayap terbang ke langit, memandang integral dunia.
Kuuntai kata, jikalau cawan ini boleh berlalu biarlah berlalu dari bumi ini. Atau haruskah bayang bayang ronggowarsito meminta mewujud, pulau jawa tinggal separo. Seakan manusia rapuh menahan susuatu yang akan terjadi, seolah Dia membiarkan harus terjadi. Sesuatu sudah tergariskan.
Kata kata Mu meneguhkan, waspadalah dan berjaga jagalah sebab kita tidak tahu kapan penganten dan atau pencuri datang. Hiburlah jiwa jiwa yang sumpek, capek, lelah, berbeban berat agar mereka engkau teguhkan dan kuatkan sehingga hati damai tenang.
Jiwa jiwa yang haus akan Engkau dan gersang bagaikan tanah kering melahirkan jiwa jiwa pemberontak dan haus darah. Padahal buah buah Roh adalah iman, harapan dan kasih.