Korelasi jiwa dengan Wicara / Tubuh

Puri sadhana, 16 april 2019


Seorang dokter pria membawa seorang anak menemui pastor agar pastor memberkatinya. Menurut nya, anaknya belum mahir berbicara padahal dia sudah umur 12 tahun. Ketika kakek tersebut melukiskan kondisi anaknya, anaknya berbicara kepada saya tanpa sepengetahuan si kakek. Kata kakek, si cucu belum bisa berbicar sedang si cucu menunjukkan kemampuan bicara yang masih terbatas.


Dari tempat pastor, pastor berpindah lokasi di rumah mereka untuk melihat dan mengenal tempat tinggal nya. Di rumah tersebut terdapat wanita muda dan lelaki muda. Wanita tersebut bersama kedua anaknya ( adik dari anak yang dibawa si kakek bertemu dengan pastor ). 


Saya melihat beberapa lelaki di dalam kamar pasangan muda, sedangkan keberadaanya tidak dilihat oleh orang tuanya. Mereka berbaring dan sebagian duduk di dalam kamar si cucu yang teambat berbicara. “Bagaimana mungkin, 1 wanita hidup bersama dengan banyak lelaki?”


Belum hilang rasa heran pastor atas pemandangan tersebut, mereka menjelaskan kepasa pastor bahwa keberadaan nya di dalam kamar untuk menjaga anak dan cucu cucunya.

Hahaha hebat juga dia mengerti pikiran saya. Bagaimana yang tinggal di dalam rumah tidak menyadari kehadirannya? Padahal kehadirannya membuat anak anak “tidak damai”, sering takut.



Saya baru mengerti bahwa akar persoalan adalah emosi jiwa. Dimana hati tidak damai , takut mempengaruhi perkembangan fisik dan mental si anak belum lanca berbicara padahal sudah .

Ironis. Orang tua kandung terbatas menyelami jiwa anak. Mereka yang melahirkan dan membesarkan tidak mampu berkomunikasi dengan anak sedangkan dengan orang lain anak mampu berkomunikasi.

“Orang tua membuat anak seperti itu..anak ngerjai orang tua, hahaha ”


Ketika pastor hendak menyampaikan akar masalah nya kepada orang tua kandungnya, dia sedang sibuk mencari uang. Nah loh, orang lain berempati dengan anaknya, lha dia sendiri berempati dengan uang. Hahahaha


Gemercik air menetes di bebatuan membangunkan pastor. Sementara penghuni rumah memeluk hangat bantal guling dibalik selimutnya. Yah, ternyata pastor bermimpi. Semua di atas hanya ilusi

Tinggalkan Balasan