Puri sadhana, 27 februari 2019
Sejak pagi air turun dari langit. Banyak tumbihan bersukaria. Burung burung tidak banyak terdengar berkicau. Tupai tupai girang berebut buah hitan dekat pondok, tidak terganggu dengan hiruk pikuk retretan dari sd tobali bangka. Senja merayap ke ufuk timur, sunyi. Giliran katak bersahut sahutan memecah sunyi. Anak anak anjing puri mendekam di bawah kolong kursi kedinginan. Detik demi detik berputar.
Pertapaan padang gurun hari ke hari demikian adanya. Keheningan menelusuk. Jauh dari suara tape atau tv. Tidak ada hiruk pikuk suara manusia. Tetesan air hujan yang menyentuh atap atau lantai dan suara binatang malam, katak dan monyet hutan. Berputar dengan tetap.
Kecenderungan berbicara dengan sesama dibatasi. Setiap waktu berkomunikasi dengan diri sendiri atau Tuhan. Segelintir orang saja yang bertahan banyak mendengarkan daripada banyak berbicara. Berhadapan dengan sang keheningan membutuhkan sebuah rahmat Tuhan.
Ketika orang mengejar harta, di sini tiada harta. Ketika orang mengejar kedudukan, di sini tiada tahta. Ketika orang mengejar ketenaran, disini tiada nama. Ketika orang mengejar kenikmatan inderawi, di sini mengolah rasa pahit dan manis hanya sekejap perasaan jiwa. Ketika banyak orang mengejar gelar, di sini hanya ada kitab suci mengembangkan iman, harapan dan kasih.
Wahai kesunyian, datang dan rengkuhlah jiwaku agar engkau bantu aku memahami rahasia keagungan-Mu. Mengecap manis nya kasih – Mu.