Jumaat, 28 september 2012
Romo melihat bahwa orang yang menyampaikan pewartaan injil/sabda Tuhan kepada orang lain dengan keliru, maka dia akan dikeluarkan dari komunitas / mendapat hukuman. Keluar dari komunitas dan hidup dalam kegelapan. Kita bukan berada pada siang atau malam seperti siklus mata hari terbit atau terbenam, namun kita berada dalam suasana berjalan sendiri seperti berada di dalam hutan lebat. Ketika kita berjalan di dalam hutan lebat, kita sulit menentukan arah mata angin. Kita berjalan yakin ke utara berjam-jam, namun kita hanya berputar-putar di areal yang sempit.
Pada saat romo berjalan pulang atau pergi ke tempat tujuan akhir, yaitu Bapa banyak sekali komunitas-komunitas kecil. Romo menjumpai di kegelapan seorang lelaki. Romo diajak untuk bertemu dengan orang-orang lain, orang-orang dewasa dengan berbagai jenis kelamin dan berbagai suku. Perilaku mereka di luar tampak sopan santun dan ramah seperti orang desa yang ramah. Rasa-rasanya kesalehan yang diluar jauh berbeda dengan kenyataanya. Hati mereka busuk dan jijik perbuatannya. Orang-orang itu mau memaksa menjadikan kita menjadi pengikutnya. Kita dipaksa untuk menyembah dan berlutut di hadapannya. Melihat sikap jahat seperti itu romo bertarmung melawan mereka dan meninggalkan mereka.
Setelah berjalan sendiri sekian lama romo melihat cahaya. Hati bergembira ketika kita berada di dalam kegelapan kemudian kita melihat cahaya. Romo menghampiri arah cahaya itu. Romo melihat seoarang anak lelaki (berkisar umur 9 tahun). Romo menghampiri anak itu untuk bertanya, kita berada dimana? Anak itu memanggil orang dewasa dalam komunitas itu untuk menemui romo. Lelaki itu menjelaskan bahwa mereka berkumpul setiap hari untuk berdoa. Semua orang berdoa setiap waktu tiada henti-hentinya. Romo melihat banyak orang lelaki dan wanita, tua dan muda, dewasa dan anak-anak.
Ketika lelaki itu menjelaskan kepada romo, timbul rasa ragu-ragu, siapa tahu mereka berkedok hidup saleh namun perbuatannya jahat. Lelaki itu mengerti kekhawatiranku, dia mengajakku untuk bertemu dengan para anggota mereka. Mereka berdoa tiada kunjung henti untuk menanti saatnya tiba. Romo membagi-bagikan sesuatu kepada para anggota komunitas itu. Aneh ketika romo memberi dan memberi mereka, justru romo semakin banyak memberi (selalu ada di kita untuk diberi).
( jalan kedepan yang akan terjadi )
Lelaki itu menunjukkan jalan pulang. Tangan kanannya menunjuk ke arah jalan itu. Romo berpamitan dengan lelaki itu, dan mengucapkan berlimpah terima kasih atas tuntunan-Nya berjalan di jalan.
Di malam gelap selalu ada harapan cahaya.
Di sepanjang jalan romo melihat banyak sekali orang. Ada yang menarik dari sekian banyak orang. Orang-orang ini seperti bercahaya, seperti membawa lilin tetapi bukan lilin. Dia selalu berdoa tak kunjung putus. “Api cinta ilahi murnikanlah kami” begitu deh mereka berdoa sepenggal itu.
Banyak orang menderita di dunia ini. Mereka belum mengenal Tuhan dan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan pada akhirnya berada dalam kegelapan. Berjalan “lontang-lantung” tanpa arah dan tujuan atau berjalan namun berputar-putar tak mampu mencapai tujuan akhir hidup yaitu Bapa di surga.
Penting sekali bagi kita untuk setia terhadap Tuhan. Kita mengimani-Nya, memahami ajaran-Nya, dan melaksanakan ajaran-Nya dalam kehidupan nyata. Kita hendaknya membawa damai dan berkat bagi orang lain: memiliki integritas : perbuatan dan pikiran sama. Jangan sampai menjadi, “serigala berbulu domba”. Luar nampak saleh namun di dalam sangat busuk dan kejam. Jika kita membawa Tuhan dalam hidup maka tumbuh perasaan damai dan suka cita. Membuat orang berada di dekat kita damai dan tenang. Selama kita bertemu dengan orang lain hendaknya kita mengatakan kebenaran supaya orang mengenal kebenaran, dan jalan kehidupan. “Api cinta Ilahi kobarkanlah iman kami dan semangat kami untuk mengimani-Mu”.