Memetik Hikmah

Purisadhana, 7 agustus 2010

Seorang sahabat mengirim sms ,”ketika kita disakiti, kita belajar mengampuni. Ketika kita dibohongi, kita belajar makna sebuah kejujuran. Ketika kita ditinggalkan, kita belajar bahwa hidup hanya sementara. Ketika kita difitnah, kita belajar bertahan dalam kebenaran. Ketika kita diremehkan atau direndahkan, kita belajar rendah hati. Ketika kita gagal, kita belajar sebuah perjuangan atau ketekunan. Ketika kita dikhianati, kita belajar menerima apa adanya dia.” Kita bisa melanjutkan litani di atas sesuai dengan pengalaman kita masing-masing. Orang lain memperlakukan kita seburuk apapun atau sebaik apapun, semua berpulang pada kemampuan kita merespon berdasarkan prinsip-prinsip / hukum alam. Perasaan terluka atau buruk merupakan tanggungjawab setiap kita karena kita sendirilah yg memilih untuk memberikan hati kita untuk dilukai. Perasaan bahagia merupakan keputusan kita sendiri untuk bahagia ketika kita merespon semua itu sesuai dengan prinsip, nilai-nilai injili, hati nurani, nilai-nilai tradisi yg memiliki pesan kasih universal, dsb. Sekarang di bangka hujan dan mungkin di jawa panas. Apakah anda bisa belajar sekalipun panas atau hujan/mendung kita tetap memiliki kebebasan untuk bahagia atau menderita? Salam dari rumah retret yg sedang diguyur air hujan. Tuhan memberkati anda.

Tinggalkan Balasan