purisadhana, 6 agustus 2010
sekarang romo titus budiyanto sedang bermain dengan clara dan kleribel di toko bunga Yoel florist di jalan Soekarno Hatta Pangkalpinang. Kleri mengajak menggambar, si lala ikut menggambar. kleri mengajak berlatih menulis di papan, lala ikut menulis di papan. lala mengajak bermain ibu ibuan, kleri ikut bermain ibu-ibuan. kleri mengajak melihat-lihat gambar buah-buahan, lala ikut melihat gambar buah-buah. Apapun yang dimainkan oleh mereka, saya ikut terlibat di dalamnya.
Setelah kami akrab selama beberapa menit, sekarang saya mulai meleading mereka. aku sekarang mau bobo, lala dan kleri juga ikut bobo. Kleri mengambil bantal, selimut, bantal guling sedangkan lala hanya melihat dan takut untuk tidur di samping lala karena ia tidak mempunyai bantal dan guling. ketika saya bertanya kepada lala, “lala mau tidur dimana?” dia menunjuk di samping kleri. Saya sampaikan keinginan lala kepada kleri untuk tidur di sampingnya. kleri mengijinkan lala tidur di sampingnya.
Permainan selanjutnya saya memerankan sebagai kakek dengan suara seorang kakek. saya memanggil keduanya cucu-cucuku, kakek sayang dengan kalian berdua. keduanya lari sembari mengatakan, “takut!” mereka lari meninggalkan saya seorang diri di depan TV. Orang tua Kleri berujar, “mereka banyak menonton film hantu. beberapa film itu menampilkan hantu dengan suara serupa seperti suara kakek tadi.” saya menyadari bahwa pengaruh tontonan TV sangat besar pada anak. saya mengubah kegembiraan menjadi perasaan enggan dekat atau takut.
saya mendekati mereka kembali dengan suara berbeda. kali ini saya memerankan sebagai tingkiwingki dalam teletubis. kebetulan dalam film itu ada juga bernama lala. mereka segera akrab dengan sapaan tingkiwingki. bahkan kleri mengatakan bahwa dirinya adalah Pho. situasi menjadi akrab. kali ini saya mengajak mereka berdoa untuk memberkati salib lala. Mereka ikut berdoa sejenak sekalipun belum selesai mereka sudah berhambur keluar untuk mencari ice cream.
Begitu mudah sekali untuk menyatu akrab dengan anak-anak atau begitu mudah kita menimbulkan rasa takut di dalam diri anak. seorang anak hidup di dalam ketakutan dengan efek tidak berkembang atau hidup dalam sukacita dengan efek kreatif dan dinamis, sungguh sangat ditentukan oleh orang dewasa yang mengasuhnya setiap hari.