mentransendensi

Purisadhana, 22 juli 2010

Kamu melihat tetapi tidak melihat. Kamu mendengar, tetapi kamu tidak mendengar. Kamu membaui tetapi tidak bau. Kamu meraba tetapi kamu tidak merasa. Kamu mengecap tetapi tidak terasa.” Kita belajar melihat di balik yang terlihat. Kita menangkap dibalik suara-suara yang kita dengar. Kita merasakan dibalik yang kita rasakan secara inderawi. Kita belajar mentransendensi diri dari semua hal imanen. sikap seperti itu membantu kita melihat Kristus di dalam diri yang diutus-Nya. Kita terbantu mendengar suara kristus di dalam jeritan korban bencana alam atau menderita. Kita bisa merasakan empati Allah melalui hal-hal sederhana di sekeliling kita: matahari bersinar, gemuruh ombak, gelegar gunung, gempa bumi, dan lain sebagainya. Juga menjadi sadar bahwa ternyata Yesus menyertai kita dan sangat dekat dengan kehidupan kita. Kesadaran itu meneguhkan-menguatkan langkah kita menjalani tugas tanggungjawab kita pada hari ini dg sebaik mungkin. Salam dari rumah retret purisadhana pangkalpinang.

Tinggalkan Balasan