Keuskupan, 21 Juni 2010
Ketika jam kerja pukul 1030 wib orang datang untuk meminta waktu untuk diskusi. Kapanpun seorang imam harus siap melayani umat. Maka saya meninggalkan ruangan tabloid berkat untuk menemuinya di kapela. Apakah persoalanmu?
Saya membenci adik ipar karena setiap permintaanya kepada mertua selalu diberi sedangkan saya setiap kali meminta tidak pernah diberinya. Saya membenci kakak ipar, karena setiap kali dia minta mobil mertua selalu dibelikan sedangkan saya selalu ditunda-tunda. Saya membenci mertua karena mertua membeda-bedakan anak-anaknya, ia pilih kasih. Saya membenci orang tua saya karena orang tua saya tidak mencintai saya. Saya membenci kakak saya karena ia lebih disayang oleh papa saya. Nah saya benci dengan pasangan saya karena pasangan saya selalu tidak memberi yang saya minta. Saya marah dengan anak-anak. Mereka semua adalah jahat dan saya adalah baik adanya.
Setelah ia mengemukakan litani emosi negatifnya, saya membacakan perumpamaan tentang anak yang hilang Lukas 15:11-32. Dalam kisah anak yang hilang si bungsu berbuat dosa kepada bapanya. Akibat dosanya maka ia merasakan penderitaan karena hubungan kasih anak dengan bapa terputus. Setelah ia menyadari akan dosa-dosanya, ia rindu kembali pulang ke rumah bapa. aku telah berdosa terhadap bapa dan berdosa terhadap Bapa di surga. Ia meninggalkan kebiasaan buruk yang menghantar kepada lumpur dosa untuk kembali ke rumah Bapa. Apakah engkau menyesali semua sikap bencimu dan mau mengasihi mereka? Jadi apa persoalanmu? Engkau menyajikan alasan kebencianmu kepada orang-orang di sekelilingmu untuk membenarkan sikapmu dan belum ada unsur penyesalan atas emosi negative.
Perasaan benci dan iri terhadap adik ipar, kakak ipar, dan adik kandung.
Bapa itu memberikan harta kekayaan kepada si bungsu, sedangkan ia tidak memberikan harta kepada si sulung. Bapa menerima kembali si sulung yang salah dan memestakannya, sedangkan Ia tidak memestakan si sulung. Sikap si sulung apakah serupa dengan sikapmu terhadap orang-orang di sekelilingmu? Kamu sudah mempunyai mobil seharga 125.000.000, dan meminta lagi karena adik iparmu dibelikan mobil seharga 175.000.000. Kamu sudah mempunyai rumah dari mertuamu seharga 500.000.000, sedangkan rumah kakak iparmu seharga 1milyar. Apakah ada kedamaian manakala hati kita dipenuhi rasa tidak puas, iri dan benci?
Tuhan bebas memberikan rahmat-Nya kepada siapa dia mau. Barang milik Allah, maka hak Allah lah mengatur. Mertuamu bebas memberikan harta kepada siapa dia mau. Semua barang adalah miliknya, maka hak mertua mullah mengatur hartanya. Apakah engkau memiliki kemampuan untuk bekerja mendapatkan barang sehingga engkau tidak tergantung dari mertua atau orang lain dalam menggapai keinginan? apakah engkau lebih memilih patut bersukacita dan bergembira karena mereka bergembira atau kita bersukacita ketika mereka menderita.
Saya sudah berdosa!
Bapa menerima si bungsu dan tidak mengingat-ingat dosa-dosa masa lalu. Demikian juga Allah mengampuni segala kita dan enggak mengingat masa kelam. Putuskan untuk hidup baru di dalam Allah dan tanggalkan masa lalu kelam dengan bantuan rahmat Tuhan.
“Aku sudah belajar menjadi puas dengan apa pun yang kumiliki” (Filipi 4:11).
Miliki apa yang anda inginkan atau inginkan apa yang anda miliki. Sungguh menakjubkan perbedaan yang terkandung dalam susunan kata-kata sederhana yang di bolak-balik di atas. Sungguh karunia yang besar untuk merasa cukup dengan apa yang kita miliki. Kita harus percaya bahwa Tuhan telah memberikan apa yang kita butuhkan.
Tidak ada yang cukup di dunia ini, jika kita merasa ingin lebih terus. Maka syukuri saja apa yang telah kita miliki, namun bukan berarti stop, tidak ada usaha lagi. Berusaha tetap dilakukan, namun syukuri hasil dari usaha tersebut. Karena Tuhan bebas memberikan rahmat-Nya kepada siapa dia mau. Apa yang kita peroleh itu adalah rahmat-Nya buat kita. Maka bersuka citalah dengan semua itu. Iri dan dengki itu justru malah akan membuat diri sendiri menderita. Memaafkan adalah suatu kebesaran hati yang tinggi dan menyejukkan.
Terimakasih Pastor atas sharing pengalaman yang bisa membuka mata kami untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah kami miliki.