Keuskupan pangkalpinang, 18 Maret 2010
htsalim</3 </3: Hidup ibarat buat bbrp film..misalnya film masa remaja..kuliah..karir..setiap org pasti ada naskah dlm pembuatan film2 tsb..jd naskah yg bagus akan hadirkan film bagus..tentu sbg aktor/artis kt perlu lakoni dgn baek…Naskah tahun ini apa..5 thn lg apa..dst..salam n doa
htsalim</3 </3: BBM ke Mahmud : Naskah antrasit dgn tema Super Basic Income perlu kt tanam dibenak ..market jelas..hasil jelas..role model jelas..What we need n want jelas..hehehe
Pastor titus budiyanto: "Dunia ini panggung sandiwara. Berkisah dalam cerita…"
htsalim</3 </3: Hahaha…
Naskah kehidupan bagi yg ada arah/tujuan..bila ga jd figuran..ya panggung sandiawara
Pastor titus budiyanto: Kita adalah sutradara dan sekaligus pemain. Ketika menjadi sutradara kita merencanakan hidup (hidup keluarga, hidup perusahaan, hidup berteman, dll). Perencanaan naskah dibuat dg jelas: ada topik, ada pesan mau disampaikan, ada tahapan dalam pencapaian tujuan tersebut. Sutradara perlu pandai memilih tokoh2 yang berkopeten. Seluruh pemain mengetahui perannya dan arah terakhir, apalagi sutradaranya
Pastor titus budiyanto: Pastor jadi ingat ketika pastor masih menyandang identitas frater. semua pemain, sutradara, pengamat memegang teks lengkap. Semua unsur itu menghafal dan menghayati naskah itu. Sekalipun dia memerankan tukang sapu atau tuan, pedagang atau guru, tokoh utama atau “bawang kosong”. Seluruh elemen seperti para pemain drama, pelatih drama, si piñata panggung, si pengatur busana para pemain, si piñata cahaya, masing-masing menguasai naskah.
Apakah dalam perusahaan kita, seluruh elemen terkait menguasai seluruh isi naskah dan bekerjasama menggapai goal akhir atau setiap orang berjalan masing-masing (semau nya gue)?
Pastor titus budiyanto: Di tingkat keuskupan seluruh komisi (perpanjangan tangan uskup dalam aneka bidang seperti komisi kepemudaan, komisi keluarga, komisi komsos, komisi kitab suci, komisi keluarga, komisi kateketik, dan semua komisi) menguasai visi – misi keuskupan. Demikian juga seluruh pastor yang yang berkarya di keuskupan pangkalpinang. Komisi dengan para pastor paroki bekerjasama mensoisalisasikan visi misi ke seluruh umat di keuskupan pangkalpinang. Pastor paroki bersama dengan dewan pastoral paroki dan bisa bekerjasama dengan komisi (sekpas) mensosialisasikan kepada seluruh kelompok atau stasi di paroki. Jadi 40.000 umat di wilayah keuskupan pangkalpinang memiliki satu visi satu misi, enggak pandang bulu identitas umat di masyarakat apa; guru, buruh, pengusaha, ibu rumah tangga, pelajar, nelayan, tukang kebun, petani, dan lain sebagainya.
Pastor jadi ingat 7 anak tangga dalam modeling yakni 1) Visi – misi / spiritualitas / goal / out come / mimpi 2) nilai , 3) believe / keyakinan, 4) identitas, 5) skill, 6) tingkah laku/tindakan, 7) lingkungan. Nomer 1 menjadi pondasi no 2-7. Jadi seluruh no digerakkan oleh no 1
Pastor titus budiyanto: Identitas kita mengalir – menjadi (belum jadi) dari SMA sma. Aku adalah mahasiswa. Aku adalah imam/pastor. Identitas membawa konsekwensi skill dan berimbas ke lingkungan atau sebaliknya (lingkungan bisa mengkondisikan kita memiliki skill dan memberi cap/stempel/identitas seperti paijo adalah tukang kebun. Acong adalah tukang mesin).
Yang sering pastor temui ketika menerima klien yakni ketujuh no di atas tidak selaras/bengkok (baca: orang tidak memiliki integritas). Padahal kalau lurus / konsisten / memiliki integritas maka orang menjadi luarbiasa. Contoh: seorang siswa SMP bertanya kepada mamanya, " ma besok aku bekerja apa (menjadi apa)?" Bila dicermati dari pertanyaan anak, dia belum memiliki visi jelas. Di kemudian hari dia ingin apa sih? Cita-cita dia apa sih? Ketika terjadi ketidakjelasan visi, maka seluruh skill masih terkubur di dasar jiwa manusia. Dia belum mengemuka.
Mamanya menjawab ,"nak, kau besok setelah besar membantu papa! Mulai sekarang engkau belajar giat agar engkau bisa membantu papa" posisi ini berada di lingkungan terkecil (keluarga) si anak. Lingkungan keluarga (dalam hal ini ibu) memberi stempel / identitas anak "kau adalah pembantu papa". Ketika anak yang sangat eksternal dalam konteks ini, dia menerima dan meyakini identitas barunya. Maka skill anak yang muncul adalah mentalitas pembantu / orang nomer dua. Fokus si anak adalah pembantu. Konsekwensi ketika identas “pembantu” disandang maka potensi keluar adalah skill pembantu dan potensi pembantu keluar.
Padahal ibu atau lingkungan terdekat bisa memberi stempel, “kamu kelak lebih besar dari papa. Kau menjadi pengusaha besar. Kamu memiliki ribuan karyawan. Kau menjadi nomer satu di perusahaan. Kau hebat melebih papamu.” Cermati ketika kedua hal tersebut distempelkkan ke anak, apakah engkau bisa merasakan perbedaannya?
Pastor titus budiyanto: Sejak kecil pastor suka menjadi sutradara. Pastor menulis naskah kehidupan di kemudian hari. Si penulis adalah pastor. Pemain kehidupan adalah pastor. Setelah proses penulisan naskah selesai maka pastor menayangkan naskah tersebut dalam bentuk film dengan melibatkan banyak elemen terkait dan para pemain drama. Sebenarnya para tokoh di dalam cerita dalam tayangan merupakan diri sendiri, bagian-bagian di dalam diri. Ketika cerita film di pikiran tersebut sangat jelas, maka arah hidup dan jalan hidup menjadi lebih jelas daripada pastor asal jalan (tanpa arah dan tujuan jelas).
Hasil evaluasi selama 20 tahun setelah berjalannya waktu hampir keseluruhan naskah menjadi realita dalam kehidupan ini. Sehingga pastor pernah menuliskan, “apakah hidup ini sudah ditakdirkan?” berdasarkan refleksi pastor, kita adalah penulis drama kehidupan kita sendiri dan kita memerlukan rahmat Tuhan dalam drama kehidupan kita.
Latihan sederhana ketika training master NLP dengan pak Hindranata di Skyline building / menara cakrawala Jakarta pusat tertanggal 25 februari 20010 sampai dengan 4 maret 2010, kami diminta untuk menuliskan niat pada hari itu dan di akhir training kami menuliskan evaluasi atas niat itu. Niat tersebut dibacakan di depan kawan-kawan sekelompok “Niat pastor hari ini adalah pastor mengikuti training dengan sadar sepenuhnya sehingga pastpr mudah menguasai materi hari ini ( 25 Februari 2010). Sebelum kami pulang, kami mengevaluasi di kelompok. “pastor menghargai diri pastor karena hari ini pastor berhasil mempertahankan state aware.”
Apakah kita sudah menuliskan naskah hidup kita untuk jangka panjang atau apa sih naskah drama kehidupan kita hari ini? Mari kita menuliskan naska hidup kita masing-masing, menvisualisasikan, mengumumkan kepada rekan-rekan kita, dan berjuang mewujudkannya dengan bantuan Allah.
Niat pastor hari ini adalah Ekaristi, masuk ke kantor tabloid berkat, makan bersama rekan dari Belinyu di restoran sea food Asui Kampung Bintang Pangkalpinang, pelayanan doa kepada yang berbeban hati (pelayanan sakramen tobat) di kelompok st paulus paroki St Yusuf Pangkalpinang, menerima telepon dari aneka kota di Indonesia, membaca buku pepatah-pepatah bahasa latin, membaca buku ho to be confident using the power of NLP.”