Ibuku di Surga

pertapaan yung fo, selasa 13 Oktober 2009

Engkau rindu menerima komuni kudus,namun engkau menahan kerinduanmu demi keharmonisan keluargamu. Kerinduanmu terus terpelihara sekalipun berpuluh-puluh tahun. Sekalipun engkau tersiksa dengan obat penenang&obat tidur,engkau memilih keharmonisan keluarga. Deritamu semakin bertambah manakala anak kesayanganmu meninggalkan dunia fana ini.

Penderitaan atas pengorbanan&kehilangan anak tercinta semakin menyeretmu pada pusaran penderitaan berkepanjangan. Bayang-bayang kebaikan Tuhan&anak kesayangan menghantui setiap langkahmu&menghantarmu pada kematianmu.Sekalipun puluhan tahun engkau sudah tak menjamah hosti kudus,engkau merindukan Tuhan selalu. Detik-detik terakhir engkau meninggalkan Pangkalpinang engkau berani mengekspresikan kerinduan penerimaan sakramen tobat di hadapan imam , suami, anak-anak dan menantumu. Engkau sisihkan waktumu bersimpuh di depan gua maria Yung Fo untuk sekedar mendaraskan doa rosario atau memandang bunda maria. Engkau sembunyikan rosariomu di tempat tersembunyi yang hanya engkau ketahui dan Tuhan ketahui.

Engkau tidak rela terbang berpindah ke lain tempat. Engkau memanggil-manggil nama-Ku. Engkau menyebut-nyebut nama-Ku. engkau menginginkan Aku bersamamu dan besertamu selalu. Engkau menggenggam erat tanganKu. Engkau tak mau terpisah dariKu.

“tuhan memberi. Tuhan mengambil.” kapan Tuhan mengambil pemberianNya, kita tidak mengetahuinya. Kematian adalah misteri. Engkau tegar meninggalkan Bangka. senyummu menghibur menenangkan semua orang di sekelilingmu. namun kami tidak menyangka bahwa engkau segera mengatupkan kedua kelopak matamu di Jakarta.

Api cintamu kepada Yesus masih menyala sekalipun ditekan oleh apapun di sekelilingmu. Pengorbananmu justru menghantarkan anak-anakmu untuk memahami makna cinta sejati kepada kekasihmu. 2 tahun sudah berlalu engkau bahagia dengan para kudus di surga. waktu terus berjalan. anak-anakmu&cucu-cucumu bertumbuh besar melanjutkan melangkahi waktu. Tuhan memberkatimu..

Read 1 comment

  1. Ada yang mengatakan”mencintai tak berarti memiliki”
    Mungkin itu yang dihayati oleh Si Ibu,cukup mencin
    tai dalam hati.Kita sering dihadapkan pada pilihan
    yang memberatkan,semua tak bisa kita pegang dalam
    waktu bersamaan.Menyadarinya kita berpasrah diri
    padaNya,bukan berarti menyerah kepada keadaan tapi
    berserah diri pada kekuatan yang lebih besar dalam
    hidup kita,semesta alam,yang tak pernah kita ketahui
    rahasiaNya.

    Selamat jalan Ibu…,kau telah meninggalkan semua
    orang yang kau cintai,pergi kepadaNya,memilikiNya.
    Sekarang giliranmu di surga mencintai mereka dalam
    hati…Semua ada waktunya.

    Salam buat Romo

Tinggalkan Balasan